tag:blogger.com,1999:blog-25279215265517069482024-03-13T09:00:43.710+07:00Kumpulan Cerita TerhangatKumpulan cerita-cerita hangat untuk Pasanganyunnileehttp://www.blogger.com/profile/15596533211185417604noreply@blogger.comBlogger50125tag:blogger.com,1999:blog-2527921526551706948.post-47626685667687298802017-08-01T13:56:00.001+07:002017-08-09T06:59:49.903+07:00Keperawananku di rengut oleh Wali Kelasku<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgI7G7sTaX1NqEFrkji6nFSedKfnddsUAmOUy5CDN1AVbZGcsIaN2J3JGYr9E3EBfsBPhyiFliktkkGdrAjiq56uZkhJLA5khn0-B7sgri_w-woEV09j5nM-7GIYGIYtNm5HgezzfN584DK/s1600/tttttttttttt.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="https://ceritamalam8899.blogspot.com/" border="0" data-original-height="600" data-original-width="450" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgI7G7sTaX1NqEFrkji6nFSedKfnddsUAmOUy5CDN1AVbZGcsIaN2J3JGYr9E3EBfsBPhyiFliktkkGdrAjiq56uZkhJLA5khn0-B7sgri_w-woEV09j5nM-7GIYGIYtNm5HgezzfN584DK/s400/tttttttttttt.jpg" title="Keperawananku di rengut oleh Wali Kelasku" width="300" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://ceritamalam8899.blogspot.com/" target="_blank">Keperawananku di rengut oleh Wali Kelasku</a> - Namaku Vicki. Aku akan membagi pengalaman seksku dengan para pembaca Cerita 17 Ini merupakan cerita pertamaku, jadi harap maklum apabila tata bahasanya tidak terlalu bagus. Sebelumnya aku beritahu ciri-ciri dan perawakanku. Aku WNI keturunan, berusia 21 tahun saat ini, rambut hitam panjang sampai ke bahu dan agak bergelombang, tinggi 160 cm berat 45 kg. </div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
Cerita Sex Perawan - Perawakanku agak kurus, namun payudaraku tergolong besar, 38C. Berhubung tubuhku agak kurus, payudaraku <a href="http://www.daftarpokeronlineuangasli.com/" target="_blank"><span style="color: black;">h</span><span style="background-color: white; font-family: Arial; font-size: 13px; text-align: center; white-space: pre-wrap;"><span style="color: black;">ttp://www.daftarpokeronlineuangasli.com/</span> </span></a> terlihat sangat besar. Apalagi pantatku juga tidak besar, biasa-biasa saja. Ada beberapa teman yang mengatakan potonganku mirip dengan Amy Yip, mantan bintang panas Hongkong. Sejak kecil aku rajin berolahraga, seperti senam-senam sendiri di kamar dan sering sekali membantu ibuku beres-beres rumah sehingga tubuhku terlihat kencang dan padat. Namun aku tipe cewek yang konservatif, jarang memakai pakaian yang ketat, dan memakai kacamata minus satu, rambut aku kuncir di belakang, sehingga tampaknya tidak terlalu banyak cowok yang mendekatiku. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Walaupun saat memakai kaos olahraga pada waktu SMA, para cowok selalu menatap buah dadaku yang menonjol dengan penuh nafsu, sikap dinginku sering membuat mereka malas melakukan pendekatan terhadapku. Aku kehilangan keperawananku saat SMA kelas 2, berumur 17 tahun oleh pacarku, yang juga WNI keturunan dan merupakan temen kuliah kakak lakiku. Sebetulnya aku tidak berniat pacaran saat itu, namun karena ia sering datang ke rumah dan bercengkerama dengan aku dan kakakku, lama kelamaan kami saling menyukai. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Itu merupakan pengalaman pertamaku berpacaran dan karena masih sangat lugu, aku gampang dirayu sehingga mahkotaku direnggutnya. Kemudian selama hampir 3 bulan bermain seks dengan pacarku, aku tidak terlalu menikmatinya, bahkan terkadang sedikit kesakitan saat aku digaulinya. Mungkin karena ia juga tidak terlalu berpengalaman:-) Setelah putus karena pacarku kepergok kakakku berselingkuh, aku kembali bersikap dingin terhadap cowok. Aku pikir apa enaknya orang pacaran dan ngeseks, ya gitu-gitu aja, tidak seperti yang kudengar dari temen-temen cewekku saat kami bergosip. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku baru mulai menikmati sampai terjadi peristiwa yang akan kuceritakan di bawah ini. Saat itu aku duduk di kelas 3 SMA, cawu 1, sudah putus dengan pacar, dan berkonsentrasi untuk kelulusan. Tinggi, berat dan perawakanku hanya terpaut sedikit sekali dengan aku yang sekarang, dan ukuran payudaraku juga sudah 38C pada waktu itu. Aku tergolong murid yang rajin dan nilainya cukup baik, namun pada mata pelajaran eksakta seperti matematika, kimia dan fisika, aku sering kesulitan sampai terkadang stres. Tapi karena dorongan keluargaku yang pas-pasan, aku memilih jurusan IPA karena aku beranggapan jika memilih kuliah seperti di jurusan teknik maka nantinya akan mendapat gaji lumayan bila sudah bekerja. Dan salah satu kekhawatiranku terbukti, dengan nilai2 ulangan kimiaku super jeblok. Aku khawatir tidak lulus, sehingga pada suatu siang sepulang sekolah, aku memberanikan diri menemui Pak Gatot, guru kimiaku yg juga sekaligus wali kelasku. Pak Gatot berusia 50 tahunan, dari suku Jawa, tingginya sekitar 170-an, dengan perawakan besar dan hitam, wajahnya agak sadis dan tegas, terkenal sebagai guru “killer”, namun kata temen-temen orangnya baik bila ada murid yang minta bantuan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pak Gatot telah selesai mengajar di satu kelas dan sedang memberes-bereskan barangnya saat kutemui. “Pak Gatot, boleh saya bicara sebentar,” kataku. Pak Gatot hanya melihat sepintas ke arahku, sebelum menjawab cepat dengan nada sedikit membentak, “Ada apa?” Aku mulai menjelaskan permasalahanku dan kekhawatiranku. Aku menyampaikan bahwa aku berniat meminta tugas-tugas tambahan untuk mendongkrak nilaiku. Tapi Pak Gatot menolaknya dan menawarkan les privat seminggu dua kali di rumahnya. Aku langsung menyetujuinya tanpa berpikiran apa-apa. “Ok, nanti sore kamu ke rumah saya jam 4,” ujar Pak Gatot dengan nada memerintah. “Baik Pak, saya bisa, terima kasih,” jawabku sambil pamit pulang. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tepat jam 4 setelah naik kendaraan umum aku tiba di rumah Pak Gatot yang berlokasi di perumahan cukup elit, baru dibangun dan sepi. Kabarnya Pak Gatot memiliki pekerjaan lain yang cukup memadai, sehingga meskipun guru tapi rumahnya bagus. Setelah melepas sandal dan masuk ke ruang tamu di rumahnya, aku dipersilahkan duduk di sebuah sofa yang besar dan empuk. “Rumahnya bagus juga, tapi kok sepi ya,” pikirku. Aku beranikan diri bertanya, “sendirian di sini Pak?” “Iya, memangnya kenapa?” jawabnya dengan sedikit gusar. “Oh gak apa-apa Pak,” kataku. Pak Gatot kemudian menjelaskan bahwa anak-anaknya kuliah di luar kota, dan istrinya kerja sebagai suster dari sore sampe malam di sebuah rumah sakit. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sore itu aku memakai pakaian yang biasa kukenakan. Kemeja berkancing yang agak kebesaran, untuk menutupi menonjolnya payudaraku, serta celana jins yg tidak terlalu ketat, tentu tak lupa juga BH dan celana dalam. Sementara Pak Gatot tampak santai, memakai kaos berlengan dan celana panjang biasa. Pak Gatot langsung duduk di sebelahku, dan menjelaskan kondisiku. Dengan jebloknya nilai ulangan-ulanganku, mulai sekarang aku harus berusaha sangat keras supaya bisa lulus. “Kamu mengerti situasimu kan?” tanya Pak Gatot. Aku langsung mengiyakan. Pak Gatot meneruskan, “Kalo gitu, kamu harus sering-sering nurut sama Bapak, mengerti Vicki?” Aku mengiyakan lagi tanpa berpikiran macam-macam. Tiba-tiba Pak Gatot langsung menubrukku dari samping dan menindih tubuhku di bawah tubuhnya yg besar dan wajah kami saling berhadapan dekat sekali. Tepat saat aku mau menjerit dan memberontak, Pak Gatot langsung membungkam mulutku dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya memegangi kedua pergelangan tanganku sekaligus di atas kepalaku. Aku berusaha keras memberontak dan menjerit, namun cengkeraman Pak Gatot terlalu kuat. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku sangat takut pada saat itu melihat pandangan Pak Gatot yang berubah menjadi penuh nafsu, dan aku hanya bisa memelas lewat tatapan mataku. Pak Gatot mulai tersenyum dan terkekeh-kekeh. “Tenang saja Vicki, sebaiknya kamu santai saja. Sudah lama Bapak ingin memerkosamu, tidak disangka hari ini kamu menyerahkan diri,” ujarnya sambil tertawa keras selagi tetap memegangi mulut dan kedua tanganku. “Kamu nggak usah macam-macam, layani saja Bapak, maka kamu nggak perlu mengkhawatirkan nilai-nilaimu yang jeblok itu. Kalo sampai kamu menjerit atau berontak terlalu keras, maka Bapak jamin kamu tidak akan lulus, ok?” tambahnya lagi. Saat itu aku sungguh-sungguh tidak tahu harus berbuat apa karena belum pernah menghadapi situasi seperti ini dalam hidupku. Tiba-tiba Pak Gatot dengan cepat melepas kacamataku dan menaruhnya di meja sebelah. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kemudian tangan kirinya menarik rambutku dan menciumi bibirku yang mungil dengan kasar, sementara tangan kanannya meremas-remas payudaraku yang sebelah kiri dengan gemasnya sehingga kemejaku mulai awut-awutan. Karena kedua tanganku sudah tidak dipegangi lagi, sempat terlintas di pikiranku untuk memukuli Pak Gatot, namun ancaman tidak lulus membuatku sangat takut dan tidak berani melakukannya. Aku hanya berusaha melepaskan diri namun sia-sia saja. Kemudian Pak Gatot melepaskan ciumannya, dan kedua tangannya dengan segera memreteli kancing kemejaku satu-persatu. Aku mulai menangis dan memohon untuk dilepaskan, tapi Pak Gatot tidak menghiraukan. Dengan kasar ia menyingkirkan kemejaku dan melemparkannya ke lantai. Setelah itu Pak Gatot dengan paksa melucuti celana jinsku. Tubuhku hanya tertutupi BH dan celana dalam saja, buah dadaku yang berukuran 38C terlihat sangat menonjol. Sekali lagi aku diterkamnya sehingga hanya bisa berbaring pasrah di sofa yang besar dan empuk itu. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pak Gatot kembali menciumi bibirku sementara kedua tangannya dengan ganas meremas-remas buah dadaku. Aku selalu mencoba menghindari ciuman Pak Gatot, tapi remasan-remasan tangannya pada payudaraku, yang harus kuakui memang sangat sensitif, membuatku sedikit demi sedikit mulai terangsang. Tapi karena aku bukan cewek gampangan, tetap saja aku berusaha memberontak. Ironis memang, dalam hati aku berusaha melawan namun tubuhku berkata lain menghadapi serangan-serangan Pak Gatot. Beberapa saat Pak Gatot terus menciumi bibirku dan meremas-remas payudaraku dengan penuh nafsu. Nafasku mulai berat dan saat itu terus terang aku terpaksa pasrah saja. Hanya sesekali aku memelas untuk dilepaskan. “Jangan Pak, tolong Pak,” rintihku. Pak Gatot menyadari perlawananku yang melemah, kemudian dengan cepat sedikit mengangkat punggungku dan melepas tali pengait BH-ku. BH-ku kemudian dilemparkannya. Aku berusaha menutupi buah dadaku dengan lemah namun Pak Gatot mencengkeram kedua pergelangan tanganku dan melebarkannya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Terpampang jelas buah dadaku yang besar, putih mulus, sangat padat, montok dan membusung tegak itu. Serta juga putingku yang berwarna merah muda, kecil namun runcing itu. Pak Gatot memandangi semua itu dengan mata terbelalak, wajahnya yang menurutku sangat jelek itu menunjukkan kegembiraan seperti baru menang lotere. “Akhirnya kesampaian juga, impian Bapak melihat gunung kembarmu yg indah ini. Putih banget dan besar lagi! Mm.. 38C ya? Tadi Bapak lihat ukuran BH kamu. Kenapa nggak sejak dulu kamu tunjukkan Bapak? Putingmu juga seksi sekali. Pas banget rasanya! Ha.. ha.. ha..”, ujarnya santai sambil matanya tidak pernah lepas dari payudaraku. Aku rasanya mau menangis keras-keras, tapi ketakutanku sekali lagi menyebabkanku pasrah saja. Setelah melepas kedua pergelangan tanganku, Pak Gatot memulai serangannya di payudaraku yang sudah tidak tertutupi apa-apa lagi. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kedua telapak tangannya yang hitam dan kuat itu meremas-remas payudaraku yang putih mulus dengan kasar tapi tidak bermaksud melukaiku, sambil matanya yg sadis itu melihat reaksi wajahku. Kontras sekali kasarnya telapak tangan Pak Gatot yang hitam pada kulit buah dadaku yang putih, mulus dan sangat sensitif itu. Meskipun tetap berusaha menjaga harga diriku dengan memohon-mohon kecil untuk dilepaskan, permainan tangan Pak Gatot benar-benar membuatku lupa diri, dan Pak Gatot tahu benar dari ekspresi wajahku yang mulai menikmati. Pak Gatot mendekatkan mulutnya ke payudaraku dan menjilati kedua putingku bergantian dengan liarnya selagi tangannya tidak pernah berhenti meremas-remas gunung kembarku. Aku mulai melenguh keenakan dan Pak Gatot bertambah semangat. Disedotnya salah satu putingku dengan kuat, secara otomatis aku menjerit terangsang sedikit keras. Kulihat Pak Gatot tersenyum bangga melihat responku, dan serangannya makin ganas. Kedua putingku yang sudah keras dan tegang sekali bergantian disedotnya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kemudian Pak Gatot menjilati kedua buah dadaku dengan terampilnya. Lidahnya yang panjang itu seperti kehausan menyapu setiap sentimeter dari payudaraku dan putingku. Tangannya tetap ganas meremas-remas, dan Pak Gatot bergantian mencoba ‘melahap’ masing-masing payudaraku menggunakan mulut dan bibirnya, sementara lidahnya beraksi dengan membuat lingkaran-lingkaran kecil di putingku dan sekitarnya. Tidak lupa juga digigit-gigit kecil masing-masing payudaraku, membuatku hanya bisa merem melek dan mendesah-desah terangsang. Saat itu barulah aku menyadari bahwa aku 100% takluk terhadap Pak Gatot. Belum pernah aku dibuat senikmat ini, pacarku yang dulu sama sekali tidak berpengalaman dalam ‘foreplay’ seperti yang dilakukan Pak Gatot ini. “Mm.. Pak.. oh..,” rintihku berulang kali saat itu. Cukup lama Pak Gatot memberikan serangan-serangan dashyat terhadap kedua payudara dan putingku menggunakan telapak tangan, bibir dan lidahnya itu. Tiba-tiba saja aku menjerit cukup keras dan liar. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku baru menyadari inilah orgasme terhebat yang pernah kurasakan. Tubuhku yang berkeringat itu sedikit terguncang-guncang dalam cengkeraman Pak Gatot. Celana dalamku terasa sangat basah oleh cairan memekku. Saat aku orgasme, Pak Gatot menyedoti kedua putingku bergantian dan meremas-remas gunung kembarku dengan lebih kuat. Jeritanku bertambah keras dan liar karena merasakan kenikmatan yang amat sangat. Untuk beberapa saat orgasmeku berlangsung, dan selama itu pula Pak Gatot tidak pernah menghentikan serangannya terhadap kedua payudara dan putingku yang super sensitif. Akhirnya orgasmeku usai, dan aku hanya bisa berbaring dengan nafas amat berat dan tersengal-sengal. “Gila bener kamu Vicki, padahal cuma Bapak mainin buah dada dan puting kamu, ternyata kamu udah orgasme segini hebatnya. Maniak juga kamu ya!” kata Pak Gatot dengan gembira dan bangga. Aku tersenyum malu dan wajahku memerah mendengar kata ‘maniak’. Senyuman Pak Gatot bertambah lebar melihat ekspresi wajahku. “Kamu bener-bener menggemaskan dan seksi abis!” katanya lagi. Kemudian Pak Gatot merangkulku dengan lembut dalam posisi tubuhku masih dibawahnya, keringatku jelas menempel di kaos dan celana panjang Pak Gatot. Aku ingin membalas hangatnya rangkulan Pak Gatot, tapi berhubung masih ‘bau kencur’ dalam urusan seks, aku malu-malu dan hanya diam saja, tapi hatiku berdebar-debar dan ekspresi wajahku menunjukkan kegembiraan. Pak Gatot mulai bercerita bahwa sudah sejak aku kelas satu ia mengincarku saat melihat aku dalam pelajaran olahraga memakai kaos. Katanya meskipun aku tampak berusaha menggunakan kaos yang agak kelonggaran, ia tahu bahwa payudaraku sangat besar, apalagi porsi tubuhku bisa dibilang agak kurus. Penantian hampir dua tahun tidak sia-sia katanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku sekali lagi hanya bisa tersenyum-senyum kecil dan malu. Pak Gatot juga menambahkan bahwa ia tidak pernah melakukan ‘pemaksaan’ seperti ini terhadap siswi-siswi lainnya. Ia mengaku amat sangat tidak tahan memikirkan kedua buah dadaku ini. Sejak istrinya menopause juga dua tahun yang lalu itu, bayangan sepasang buah dadaku selalu menjadi inspirasi onaninya yang hampir setiap hari katanya. Aku tambah malu rasanya, tapi tidak bisa menyembunyikan senyumku. Dalam hati aku berpikir, meskipun wajah Pak Gatot tidak tampan, sejak itu aku mulai menyukai wali kelasku sendiri itu. Pak Gatot sempat bertanya apakah aku pernah berhubungan seks. Aku menjawab bahwa pernah beberapa kali dengan mantan pacarku, tapi aku dengan wajah memerah mengaku belum pernah merasa senikmat ini, bahkan hanya sesekali orgasme dengan mantanku itu. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mungkin ia nggak berpengalaman Pak, kataku. Pak Gatot langsung tersenyum lebar, dan mengutarakan kebanggaannya menjadi orang pertama yang bisa memuaskanku dengan amat sangat. Pak Gatot juga memberitahuku bahwa rumahnya selalu sepi seperti ini, istrinya berangkat kerja dari jam 3 sore sampai sekitar 11 malam, dan sebetulnya tetangga-tetangga sebelah pada perumahan cukup elit seperti ini tidak peduli satu sama lain. Sehingga walaupun aku menjerit-jerit tidak akan ketahuan, apalagi tembok-tembok rumah Pak Gatot sangat tebal dan kokoh. Saat itu pukul 4:30, udah setengah jam aku di rumah Pak Gatot. “Vicki, kamu bisa pulang malam kan?” tanya Pak Gatot. “Ya.. bisa aja Pak, tapi jangan sampai kemaleman Pak, nanti ortuku bingung,” jawabku. “Tenang aja, kamu nanti tak antar pulang kalo Bapak udah puas. Oh ya, kamu telepon aja ke rumah bilang pulangnya agak malam,” jawabnya. Setelah itu Pak Gatot bangkit dan melepaskan rangkulannya. Ia mengambil ponselnya dan menyuruh aku telepon. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kemudian aku duduk, cuma pake celana dalam saja, lalu menelpon ortuku, beralasan bahwa aku belajar kelompok di rumah guruku. Karena selama ini aku cewek yang selalu penurut terhadap ortu dan hampir tidak pernah berbuat nakal, orang rumah percaya-percaya saja. Sesudahnya Pak Gatot duduk di sebelahku, membawakan sebotol minuman air dingin dan minum bersama. Supaya segar katanya. Setelah puas minum, Pak Gatot langsung berkata dengan tatapan nafsu, “Vicki, ayo ke kamar aja, ranjangnya besar, lebih enak, kamu boleh menjerit sepuasnya.” Aku lagi-lagi tersenyum malu, namun menjawab dengan sedikit khawatir, “Hah? Di kamar? Di ranjang? Apa nanti tidak ketahuan sama istri Bapak? Sofa Bapak ini aja udah basah semua kena keringatku.” “Santai aja, ini kamar untuk tamu kok sebetulnya. Kadang-kadang ada saudara atau famili yang menginap. Biasanya juga Bapak sendiri kok yang bersihkan. Jadi kamu nggak usah takut, pokoknya nurut aja,” ujarnya lagi. Walaupun tetap dengan gayaku yang sedikit ‘malu-malu kucing’, aku menyetujui ajakan Pak Gatot. Dengan tangkas Pak Gatot menggendongku dengan kekuatan kedua tangannya, aku langsung kaget dan menjerit kecil.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Tambah nggemesin aja kamu ini, Vicki,” katanya. Kamar untuk tamu Pak Gatot ternyata sangat rapi meskipun cukup kecil dan lampunya sangat terang. Hampir sebagian besar ruangan termakan tempatnya oleh sebuah ranjang spring bed besar lengkap dengan ukiran-ukirannya, yang jelas untuk ukuran dua orang. Perabotan sisanya hanya sebuah lemari pakaian besar dan sepasang kursi sofa kecil. Ada satu pintu di sebelah ranjang yang ternyata adalah kamar mandi dalam. Tubuhku yang berukuran mungil dibandingkan tubuh Pak Gatot, langsung dilemparkannya tepat di tengah-tengah ranjang sesudah ia menggendongku masuk. Aku kembali berteriak kecil karena kaget campur perasaan gembira tidak menentu membayangkan apa yang selanjutnya akan dilakukan Pak Gatot terhadapku. “Empuk sekali ranjangnya,” pikirku. Kemudian Pak Gatot mengambil posisi di atas kedua kakiku, mengangkat pantatku dan memeloroti celana dalamku dengan agak kasar. “Bapak ini bener-bener nggak tahan lihat keseksian tubuhmu, apalagi buah dada kamu, jadi maklum aja kalo Bapak sering agak kasar sama kamu,” godanya saat melepaskan CD-ku. Aku bener-bener telanjang bulat tanpa sehelai benangpun, berbaring di ranjang dengan wajah sedikit memerah mendengar berbagai macam perkataan Pak Gatot yang menggoda. Pak Gatot juga mengaku senang dengan memekku yang bulu-bulunya sejak dulu aku cukur sehingga tinggal tersisa tipis-tipis. “Vicki, kamu bener-bener cewek impian Bapak,” pujinya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kemudian dengan sangat cepat Pak Gatot melepas kaos dan celana panjang sambil berdiri di sebelah ranjang. Aku langsung menahan napas panjang melihat tubuh Pak Gatot yang hanya tinggal memakai celana dalam saja. Meski sudah berusia 51 tahun, katanya, tubuh hitam Pak Gatot masih berotot dan tampak tegap. Aku agak merinding melihat sekujur tubuhnya yang agak berbulu dan wajahku hanya bisa melongo melihat tonjolan besar di balik CD Pak Gatot. “Kok bengong?” tegur Pak Gatot sambil tersenyum-senyum. “Um.. anu Pak.. eh..,” reaksiku benar-benar seperti anak kecil yang kebingungan. “Nggak usah malu-malu, Bapak yakin kamu pasti pengen lihat kontol Bapak ini kan,” ujarnya lagi menggoda. “Ayo sini..” tambahnya. Dengan wajah khasku yang memerah bila malu-malu, aku turun dari ranjang sementara Pak Gatot duduk di tepi ranjang. Pak Gatot membuka pahanya lebar-lebar dan menyuruhku duduk bersimpu lutut di antaranya. “Kamu dulu pernah nyedot kontol mantan pacarmu?” tanya Pak Gatot. Wajahku tambah merah mendengar bahasanya yang kasar, tapi mungkin karena sudah 200% takluk, aku tambah berdebar-debar. “Belum pernah Pak, Vicki nggak berani,” jawabku. “Mm.. jadi kamu bisa belajar pake kontol Bapak,” balasnya. Wajahku merah padam seperti mati kutu, dan Pak Gatot semakin menjadi-jadi menggodaku. “Tapi kamu pasti pernah nonton BF kan?” tanyanya. Aku langsung mengiyakan dengan mengangguk pelan mengingat-ingat beberapa kali pernah menonton film porno bersama temen-temen cewekku. “Kalo gitu ya kamu pasti bisa Vicki, dan mulai sekarang kamu nggak usah malu-malu, he he he,” balasnya sambil tertawa. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tiba-tiba Pak Gatot memegang belakang kepalaku dan menarik kuncir rambutku yang masih terpasang sebelumnya. Rambut hitam panjangku yang agak bergelombang terurai di bahuku. “Kamu cantik dan seksi sekali Vicki sayang,” katanya sambil memandangi wajahku. Aku tersenyum sipu sementara Pak Gatot memegang kedua tanganku dan menaruhnya di pinggangnya. Kemudian Pak Gatot sedikit mengangkat pinggulnya. “Ayo diplorotin, kalo pengen lihat kontol Bapak nggak usah sungkan,” candanya lagi. Dengan bantuannya aku mulai menurunkan CD-nya hingga ke paha dan mataku langsung terbelalak lebar ketika senjata Pak Gatot bebas dari sarangnya. Kontol Pak Gatot ternyata begitu indah meski tampak menyeramkan. Berwarna hitam pekat, begitu besar dengan panjang sekitar 12 cm dan diameter sekitar 6 cm. Kontol yang sudah disunat itu dilengkapi dengan ujungnya yang berwarna coklat keungu-unguan. Sepasang buah zakar hitam besar dengan bulu lebat juga tidak lepas dari pandanganku. Aku hanya bisa memandang takjub dan melongo, mataku seperti terhipnotis oleh kontolnya. “Kenapa sayang, punya pacarmu nggak segede ini dulu?” tanyanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku menjelaskan bahwa panjangnya mungkin hampir sama, tetapi kontol Pak Gatot lebih lebar. “Lho jangan kaget ya, ini masih semi ereksi,” tambahnya. “Hah?” jeritku tambah melongo. Kemudian Pak Gatot menyuruhku menurunkan CD-nya sampai kedua kakinya, sehingga kami berdua sama-sama telanjang bulat. Sungguh pemandangan yang jarang terlihat, ABG berwajah lugu, berkulit putih mulus dengan payudara besar sedang berjongkok di antara kedua paha pria setengah baya berperawakan menyeramkan dengan kulit hitam pekat yang duduk di tepi ranjang. Pak Gatot dengan sabar mengamati reaksi wajahku dan menungguku beraksi sementara kedua tangannya berpegangan di tepi ranjang. Dengan sedikit gemetaran namun sudah terkontrol oleh nafsu membara, aku meraih kontol Pak Gatot dan mengocoknya pelan-pelan menggunakan tangan kananku. Jari-jariku yang mungil nyaris tidak bisa melingkari keseluruhan dari diameter kontolnya. Aku mulai mengocok kontol Pak Gatot naik turun, sambil sesekali melihat wajahnya. Pak Gatot sangat menikmati dan kadang-kadang salah satu tangannya membelai-belai rambutku. Setelah kukocok beberapa saat, dalam sekejap kontol Pak Gatot bertambah panjang, mungkin sekitar 18 cm. “Ini baru kontol Bapak yang sesungguhnya, enak banget kamu ngocoknya Vicki,” desahnya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku makin bersemangat dan mulai mengocok kontol Pak Gatot dengan dua tangan, naik turun dan tambah lama tambah cepat. Kemudian pikiranku untuk sesaat terbang ke salah satu film porno yang pernah aku tonton dan berusaha kuingat beberapa adegan oral seks. Aku melepaskan tangan kiriku dari rudal hitam tersebut, sementara tangan kananku memegangi pangkal kontol Pak Gatot dengan erat sambil kumajukan kepala dan kubuka mulut. Bibirku yang mungil terbuka lebar dan langsung mengulum kepala kontol Pak Gatot. “Mm..” desahku sambil menyedot-nyedot pelan. “Oh Vicki.. hebat bener kamu sayang,” desahnya keenakan. Aku benar-benar sudah seperti gadis liar seperti di film-film BF itu dan sedotanku makin lama makin kuat dan dalam, meskipun ukuran kontol Pak Gatot membuatku hanya bisa memasukkan sekitar setengahnya setiap sedotan. Entah belajar darimana, lidahku juga mulai beraksi dengan menjilati ujung kontolnya. Kulihat sepintas wajah Pak Gatot menunjukkan ekspresi yang sangat puas dan membuatku berbangga meski ini merupakan oral seks pertamaku. Setelah menyedot dan menjilati kontolnya beberapa saat, aku melepaskannya dari mulutku sampai terdengar suara ‘plop’. Kupandangi kontol hitam yang sekarang hampir setengahnya mengkilap terkena jilatan lidahku. Seperti kurang puas, gantian kupegangi kepala kontolnya sementara lidahku menjelajahi bagian bawah dan pangkal kontol Pak Gatot. Desahan Pak Gatot tambah panjang. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kamu lugu-lugu ternyata liar di ranjang ya Vicki, mm..” Aku tersenyum puas saat kupandangi kontol Pak Gatot sudah mengkilap hampir seluruhnya. “Kamu pinter banget Vicki, kamu basahin kontol Bapak kayak gini supaya siap dimasukkan di memek kamu ya?” senyumnya. Sekali lagi wajah merahku dengan senyuman tipis kembali terlihat. Setelah itu Pak Gatot mengangkatku berdiri dan merebahkan tubuhku kembali di tengah-tengah ranjang. Dibukanya kedua pahaku lebar-lebar dan Pak Gatot mengambil posisi di antaranya sambil memegangi senjatanya. “Pak, pelan-pelan ya? Punya Bapak besar sekali. Saya agak takut,” kataku saat itu. “Ha.. ha.. ha.. nggak usah takut, pokoknya kamu pasti seneng,” jawabnya. Pak Gatot juga memberitahuku nggak usah khawatir hamil, karena nantinya ia tidak akan mengeluarkan air maninya di memekku. “Biar kayak di BF-BF itu Vicki,” katanya. Aku yang berbaring telentang menjawab dengan kepalaku, yang dialasi bantal empuk, mengangguk-angguk. Aku menahan nafas saat Pak Gatot mulai memasukkan kontolnya ke arah memekku yang sudah basah sedari tadi. “Oh.. Pak..” jeritku kecil. Rasanya bener-bener nikmat meski mungkin baru ujung kontol Pak Gatot saja yang terbenam di pepekku . </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kulihat Pak Gatot mulai memompa dan memegangi kontolnya keluar masuk dari memekku sehingga menggesek-gesek klitorisku yang makin basah. Aku sungguh-sungguh terbuai, dan kemudian dengan sekali sentakan kulihat separuh kontol Pak Gatot masuk ke memekku. “Oh.. Pak Gatot..” desahku dengan nafas berat. Kemudian Pak Gatot mengarahkan kedua tangannya ke arah gunung kembarku dan mulai meremas-remas dengan agak kasar, sambil memaju mundurkan kontolnya keluar masuk memekku. “Oh Pak Gatot..” Aku sudah benar-benar lupa diri, yang ada di pikiranku saat itu hanyalah kenikmatan liar ini. Gerakan-gerakan dan respon tubuhku mungkin sudah seperti cewek-cewek dalam film-film porno yang pernah kulihat. Kombinasi dari gesekan-gesekan kontol Pak Gatot di memek dan klitorisku serta remasan-remasan kasar telapak tangannya di buah dadaku yang amat sensitif membuatku menjerit dan mendesah tidak karuan dengan liarnya. Kemudian sambil tetap meremas-remas sepasang payudaraku, Pak Gatot bergerak maju dan menciumi bibirku. Aku membalas dengan penuh nafsu, bibir dan lidah kami saling bermain satu sama lain. Setelah puas menciumiku, </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pak Gatot mulai memompa kontolnya dengan lebih cepat. Sambil tangannya bertumpu dengan meremas-remas buah dadaku, Pak Gatot bergerak maju mundur sangat cepat dan kuat. Pandangan penuh nafsu Pak Gatot di wajahku kubalas dengan reaksi serupa. Mungkin karena basahnya memekku, kulihat saat itu Pak Gatot bisa memasukkan seluruh kontolnya pada setiap sentakan. Kami berdua sudah sama-sama mandi keringat, apalagi urat-urat dan otot-otot di sekujur tubuh Pak Gatot jelas terlihat. Hanya suara desahan dan lenguhan liar bagaikan binatang dari kami berdua yang terdengar di kamar. Akhirnya aku tidak tahan lagi, orgasmeku yang kedua datang. Aku menjerit sangat keras, dan Pak Gatot justru tambah mempercepat dan memperkuat gerakan serta remasannya. Tubuh mungilku terguncang hebat, sekali lagi dalam cengkeraman Pak Gatot. Kemudian dipeluknya tubuhku, kubalas pula dengan erat sehingga terasa keringat kami berdua saling bercampur. Pak Gatot tidak pernah berhenti memompa kontolnya saat orgasmeku yang kedua itu berlangsung. Setelah klimaksku selesai beberapa saat kemudian, tubuhku tergolek lemas dalam posisi saling memeluk, sungguh kontras sekali perbedaan warna dari tubuh kami. Memekku dan kontol Pak Gatot yang terbenam seluruhnya terasa sangat basah dan aku kesulitan mengatur nafasku di bawah tindihan tubuh Pak Gatot. “Asyik sekali kamu Vicki,” ujar Pak Gatot sambil tersenyum ke wajahku. Kubalas lemah senyumannya sambil merasakan kenikmatan ini. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kuberanikan berbisik lemah, “Bapak kok belum keluar?” Sambil tertawa-tawa, Pak Gatot menjawab, “Kan sudah Bapak bilang nggak mungkin tak keluarin di memek kamu. Bapak sudah kepikiran tak keluarin pejuh Bapak di bagian tubuh kamu yang lain.” “Di mana Pak?” tanyaku. Pak Gatot hanya membalas dengan senyuman sambil melepaskan pelukannya dan bangkit dari atas tubuhku dan kemudian mengambil posisi duduk berjongkok di perutku. Terpampang jelas di mataku kontol hitam besar Pak Gatot yang tambah mengkilap akibat cairan dari memekku. “Sudah dua tahun ini Bapak selalu membayangkan kontol Bapak yang hitam ini dijepit dengan gunung kembarmu yang putih mulus itu lho,” ujar Pak Gatot. Wajahku yang penuh keringat kembali merah padam. “Kenapa? Kamu nggak suka?” tanya Pak Gatot. Aku juga menjelaskan bahwa sejak melihat salah satu adegan di BF barat, di mana seorang cewek yang berpayudara besar menjepit kontol pasangannya, aku amat ingin mencobanya. Tapi kujelaskan bahwa aku tidak berani dan sungkan mengutarakannya pada mantan pacarku yang dulu. “Ha ha ha.. kalo begitu kita bener-bener cocok Vicki. Ayo sekarang kamu pegangi gunung kembarmu itu!” kata Pak Gatot seperti tidak sabar. Kuturuti dan kupegangi masing-masing payudaraku, sementara Pak Gatot sedikit maju dan meletakkan kontolnya persis di antara sepasang bukit kenyalku. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Teringat pada adegan BF, aku langsung menjepit-jepit bukit kembarku itu, terasa sekali kontol Pak Gatot yang keras bergesekkan dengan kulit mulus payudaraku. Jujur saja aku sangat terangsang melihat kontrasnya warna kontol Pak Gatot dan payudaraku, membuatku makin bersemangat dan mulai memijat-mijat buah dadaku dengan kuat. Sepintas kulihat reaksi wajah Pak Gatot yang menunjukkan kenikmatan tiada tara. Aku sangat senang dengan ekspresinya, meski sekali lagi kutekankan bahwa wajah Pak Gatot boleh dibilang sama sekali tidak tampan. Pak Gatot yang sedari tadi diam dan menikmati pijatan payudaraku, kemudian mulai memaju mundurkan kontolnya sambil kedua tangannya berpegangan pada ukiran-ukiran tiang ranjangnya yang luks dan eksklusif itu. Campuran keringat dan cairan memekku membuat Pak Gatot dengan mudah menggerakan kontolnya di sepanjang belahan dadaku. Aku tidak pernah berhenti memijat, meremas, dan menjepit payudaraku sehingga kulihat mata Pak Gatot merem melek. “Oh Vicki sayang..!” jerit Pak Gatot sesekali. Gerakan Pak Gatot makin lama makin cepat, sementara aku juga menguatkan pijatan dan remasan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Karena payudaraku yang amat sensitif merasakan kerasnya kontol Pak Gatot, kurasakan ledakan-ledakan kecil di memekku. Aku juga sering mendesah-desah tidak karuan. Kuperhatikan dorongan kontol besar Pak Gatot membuat ujungnya makin lama makin dekat ke daguku, kurasakan pula buah zakarnya bertabrakan dengan pangkal payudaraku dalam setiap dorongan yang dilakukannya. Dengan beralaskan bantal, kumajukan mulutku dan mulai memberikan jilatan-jilatan cepat liar setiap kali kepala kontol Pak Gatot mendekat. Sekilas kulihat mata Pak Gatot terbelalak dengan keagresifanku ini. “Kamu makin liar aja Vicki, Bapak bener-bener nggak tahan!” desahnya. Dengan terampil kuberikan kenikmatan pada Pak Gatot, jilatan-jilatan lidahku pada ujung kontolnya serta remasan-remasan payudaraku menggesek kontolnya. Aku betul-betul ingin membalas semua kenikmatan yang sebelumnya diberikan Pak Gatot terhadapku, tidak peduli lagi status dan perbedaan usia kami. Gerakan dan ekspresi kami sudah seperti sepasang kekasih yang tidak mampu lagi menahan nafsunya atau mungkin layaknya dua bintang film porno. “Oh Vicki sayang!” Pak Gatot akhirnya menjerit keras dan menghentikan gerakannya. Kontol Pak Gatot masih terjepit di antara buah dadaku dan ujungnya persis dekat di depan bibirku yang sedikit menganga. Bersamaan dengan itu, air mani atau pejuh dari kontol Pak Gatot muncrat! Tembakan-tembakan deras pejuh Pak Gatot membasahi dan lengket di sebagian besar wajah dan bibirku. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku tidak pernah berhenti meremas-remas payudara sambil menelan dan menjilati air mani Pak Gatot yang mengarah ke bibirku dan keluar dengan derasnya. Aku sampai kewalahan dengan banyaknya air mani yang keluar dari kepala kontol Pak Gatot. Kemudian Pak Gatot bergerak maju mundur lagi, sehingga air maninya muncrat dan mendarat tidak beraturan di dagu, leher, dada dan tentunya sepasang payudara dan putingku. Akhirnya Pak Gatot berhenti bergerak meski kontolnya masih di antara kedua payudaraku. Kulepaskan salah satu cengkeraman tanganku dari buah dadaku, lalu kupegangi kontol Pak Gatot yang masih sedikit keras. Kemudian kugesekkan ujung kontolnya dengan buah dadaku yang ditahan oleh tanganku yang lain. Tak luput juga sesekali kugesek ujung kontol Pak Gatot dengan puting merah mudaku. Aku juga tidak menyadari dari mana kupelajari gerakan seperti itu, mungkin dari BF-BF itu dan mungkin benar juga kata Pak Gatot bahwa aku maniak. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kuratakan ceceran pejuh Pak Gatot dengan ujung kontolnya bergantian di masing-masing gunung kembarku. Setelah puas, akhirnya kulepaskan genggaman tanganku dari kontolnya dan payudaraku, kemudian kuusap-usap sekujur wajah, bibir, leher dan dadaku yang sebelumnya tersemprot dengan pejuh Pak Gatot, serta kujilat-jilat dan kutelan air maninya seperti binatang kehausan. Dengan wajah, bibir, leher, dada dan sepasang bukit kenyal serta kedua puting merah mudaku masih sedikit belepotan dan lengket dengan air maninya, kuberanikan diri tersenyum menggoda ke arah Pak Gatot yang masih belum beranjak dari posisi duduk berjongkok di atas perutku. “Oh Vicki! Kamu bener-bener seksi banget! Hebat!” teriak Pak Gatot gembira sambil memandangiku. Setelah itu Pak Gatot berbaring lemas di sebelahku, tubuh kami yang sudah basah dan mandi keringat saling berpelukan. Pak Gatot tampaknya juga tidak jijik dengan air maninya sendiri, terbukti kami saling berciuman dan berpagutan dengan sisa-sisa tenaga yang kami punyai. Kulihat saat itu pukul 1/2 6 sore dan kami berbicara dan bercanda dengan santai sekitar 1 jam-an sambil berbaring. Kami saling bercerita, aku membicarakan kesulitan-kesulitanku dalam menghadapi pelajaran-pelajaran di sekolah, sementara Pak Gatot banyak mengutarakan kesepiannya karena sejak dulu tiga anak-anaknya kuliah di luar kota dan istrinya bekerja dari sore sampai malam. Meskipun berkecukupan dan hubungan mereka berdua masih harmonis, Pak Gatot masih sering merasa kesepian. Sebelum istrinya menopause ia masih aktif berseks ria meski istrinya agak kewalahan mengimbangi. Ia mengaku merasa muda lagi setelah berhubungan denganku ini. Pak Gatot juga menjelaskan bahwa mulai sekarang aku tidak perlu khawatir dengan nilai-nilai ulanganku. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi Pak Gatot berjanji tetap akan membantuku belajar, jadi aku bukan dianggapnya sebagai ‘pemuas nafsu’ belaka. Lalu kami berdua sama-sama berpakaian dan merapikan diri. Pak Gatot mengajakku makan di rumahnya dan setelah itu ia mulai mengajariku. Ia juga menambahkan bahwa biaya untuk les privatku ini digratiskan aja, aku tidak perlu membayar. Aku bener-bener berterima kasih padanya. Mungkin karena Pak Gatot sudah menyukaiku, kesadisannya seperti biasa di kelas tidak terlihat, malahan dengan cepat aku dapat menangkap bahan-bahan pelajaran kimia yang diberikannya. Setelah selesai aku diantarnya pulang ke rumah dengan mobil sedannya. Dalam perjalanan Pak Gatot memberitahukan agar kami bersikap biasa-biasa saja di sekolah. Di kelas ia tetap akan memperlakukan sebagaimana murid-murid lainnya. Pak Gatot juga menanyakan apakah aku bisa datang ke rumahnya besok di waktu yang sama jam 4 sore. Aku menyetujuinya dan terus terang berdebar-debar juga memikirkannya. Aku sampai di rumah sekitar jam 8 malam dan langsung mandi untuk menyegarkan diri. Demikianlah awal petualanganku menjadi ’simpanan’ wali kelasku sendiri dan sangat menyukai seks. Semoga dalam kesempatan selanjutnya bisa aku tuturkan kisah seksku yang lain bersama Pak Gatot.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
yunnileehttp://www.blogger.com/profile/15596533211185417604noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-2527921526551706948.post-6039814417182742142017-08-01T13:52:00.002+07:002017-08-09T07:01:24.528+07:00Kakak Iparku yang super Montok<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhxgiA8RbEulNjXS9KNRDaTUE9PNY-toqDlYuQApYeuORi8LcIs-Bn5M7DPnPovh17HPbzETm-r4_3eBJQqA3ojeHiYOB_-IZWkMF6ZY8XtLlySpjEsqOHx7t2kV19kNebvMDNNHgejxJCS/s1600/Cerita-sex-kakak-ipar-montok-sedang-dilanda-birahi-sange-berat.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="https://ceritamalam8899.blogspot.com/" border="0" data-original-height="781" data-original-width="600" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhxgiA8RbEulNjXS9KNRDaTUE9PNY-toqDlYuQApYeuORi8LcIs-Bn5M7DPnPovh17HPbzETm-r4_3eBJQqA3ojeHiYOB_-IZWkMF6ZY8XtLlySpjEsqOHx7t2kV19kNebvMDNNHgejxJCS/s400/Cerita-sex-kakak-ipar-montok-sedang-dilanda-birahi-sange-berat.jpg" title="Kakak Iparku yang super Montok" width="306" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="font-size: 12px;"><a href="https://ceritamalam8899.blogspot.com/" target="_blank">Kakak Iparku yang super Montok</a> - </span><span style="background-color: white; font-size: 12px;">Yonar, aku adalah seorang lelaki yang sudah menikah, istriku mempunyai seorang kakak laki – laki yang telah beristri, istrinya sebut saja namanya linA, dengan linA dulu ketika kami masih sama2 pacaran, kami pernah dekat dan menjalin hubungan.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;"></span></span></div>
<a name='more'></a><div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;">Namun setelah kami sama2 menikah, kami menjauh, bahkan linA sangat menjaga jarak denganku. Jujur aku sendiri masih menyimpan hayal dengannya, tubuhnya memang kurang berisi, payudaranya juga tidak besar, </span><span style="background-color: white; font-family: Arial; font-size: 13px; text-align: center; white-space: pre-wrap;"><a href="http://www.daftarpokeronlineuangasli.com/"><span style="color: black;">http://www.daftarpokeronlineuangasli.com/</span></a> </span><span style="color: #333333; font-family: verdana, geneva, sans-serif;"> tapi permainan sex nya luar biasa, libido yang besar membuatku sering terbayang dirinya. Sering pada suatu saat aku berusaha menggodanya, tapi sulit. lina dan suaminya (kakak istriku) tinggal mengontrak sebuah rumah kontrakan yang kecil tepat di seberang sebelah rumah mertuaku yang juga mertua dia.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;">Ketika aku berkunjung k rumah mertua ku otomatis aku juga pasti bertemu dengannya dan suaminya.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;">Suatu Ketika aku sedang berkunjung ke rumah mertuaku, tentunya dengan istri dan anakku, karena rumah mertuaku berada di luarkota tempat aku tingal, otomatis biasanya aku menginap. Hari Minggu kami disana, Aku bertemu dengan lina, kami salam dan berbasa basi seperti biasa, aku masih saja terpesona melihatnya, apalgi dia hanya pakai celana pendek dan kaos oblong tipis, aku berusaha berlama-lama bersalaman dengannya, tp dia buru2 melepasnya. Aku berhasrat sekali dengannya tapi segera kubuang jauh2 pikiran itu karena keluarga sedang berkumpul tidak mungkin itu trjadi.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;">Esok hari, subuh2 sekali istriku, kakaknya (suaminya lina), dan adik2nya, sudah bersiap2 berangkat acara keluarga sekaligu ziarah ke makam leluhurnya, mereka berangkat dengan Pamannya, Ibu dan seluruh keluarga. Hanya Aku putuskan tidak ikut karena masih cape dan malas. jadi hanya AKu dan Kakak Perempuan ibu mertua yang sudah sangat tua dan sulit berjalan yang tidak bisa ikut, Oh iya lina juga tidak ikut karena dia hari itu tidak libur. Sial sekali pikirku, kukiran pagi ini bisa melihat alin dan ada kesempatan untuk menggodanya.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;">Pagi itu keadaan rumah sudah sepi, semua sudah berangkat, kecuali aku dan uwa. tiba2 terdengar alin masuk dari pintu belakang dari arah kontrakannya, bertanya pada uwa “wa, saklar di kontrakan rusak wa, jadi air sama lampunya ga bisa nya nyala, mana lina harus kerja lagi, si mas sama yng lain udah berangkat lagi gada yang bisa dimintain tolong”. Mendengar itu ingin rasanya aku segera beranjak dari ruang tengah menawarkan bantuan, tapi sebelum aku bicara uwa sdh menimpali “Tuh ada ada Yonar, dia ga ikut, minta tolong aj ya”, mendengar itu aku langsung menimpali ” Udah sini Lin aku coba liat sapa tau bisa” ” Ngga usah ngerepotin” jawab lina sambil berbisik ” ntra macem2 lagi”. Pikirku tau aja dia kalau aku punya niat macem2, tapi demi jaga gengsi aku bilang “Ada-ada aja, gini aj deh, selagi aku betulin saklar dikontrakan mu, lina disni aja dulu sampe beres, mandi disni aja” Dari gerakgeriknya dia hendak menolak namun Uwa buru2 bilang ” ya udah sekarang cepat betulin Yo, Lina disni aja dulu om ”</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;">Membawa Peralatn listrik, obeng, gunting dsb, lina menuntunku ke kontrakannya, sekaligus dia membawa perlengkapan mandinya untuk mandi di rumah mertua. Setelah Lina menerangkan masalahnya aku pun segera memperbaiki saklar kontraknya, dimana saklar ini sebagai penghubung listrik induk dengan listrik rumahnya, sementara Lina mandi di rumah mertua.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;">Sekitar 15 Menit sudah aku memperbaiki saklar di kontrakannya, Lina Pun belum juga selesai mandi. Sesekali aku bolak balik ke rumah mertua untuk mengambil beberapa keperluan, suatu kali ketika aku bolak balik, aku penasaran, jiwa nakal ku muncul, Hayalku membayangkan Lina yang sedang Bugil, tanpa sehelai benang pun ditubuhnya, terbayang tubuhnya dibasuh sabun, payudara dan vaginanya, pikiranku pun smkn nakal aplg setauku pintu kamar mandi disini tidak bisa tertutup sempurna sehingga ada bnyk celah untuk mengintip. .. Uuh.. ku intip Uwa sedang dikamarnya, mungkin tidur, maka hayalku memberanikan untuk Mengintip Lina yang sedang mandi, dari balik celah pintu yang rusak,.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;">Perlahan kuintip, wow kulihat lina menyamping, bugil seluruh tubuhnya dipenuhi busa – busa sabun, tangannya yang lentik mengusap perlahan toketnya, oh.. dia meremas2 toketnya sambil memejamkan mata, melihat ini kontolku tak kuasa makin menegang, aplagi kemudian aku dikagetkan dgn adegan berikutnya: Lina Mengusap vaginanya, memasukkan jarinya kedalam vaginanya, ah apakah dia sedang masturbasi? pikrku.. terus dia mengocok vaginanya sebari mendesah tak karuan, aku semakin tegang melihatnya, kontolku tak kuasa menegang, andai saya aku dapat menyetubuhinya.. . Sedang asik bermain dgn kelamin masing2, terdengar suara dari Dalam Ruang tengah: ” Liinn, kalau sudah mandinya, kesini dulu bentar ya..” lina yang sptnya sedang asik memainkan vagina terkaget lsg menjawab ” Iya Wa..” Begitupun dengan aku buru2 aku beranjak dari intipan ku dan segera kembali ke kontrakan lina meneruskan memperbaiki saklar.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;">Fyuhh.. benar2 tontonan yang membuat nafsu memuncak.. Pikiranku tidak bisa konsen memperbaiki saklar, pdhl aku sudah mau selesai. Ah kucoba hilangkan pikiran kotor itu dan kembali ke tugasku semula.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;">beberapa saat kemudian lina masuk ke rumah, habis mandi dengan (sayangnya) sudah menggunakan kaos dan celana pendek, padahal harapku dia hanya memakai handuk saja.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;">Seketika dia bertanya padaku ” belum selesai juga memperbaikinya? lama bnr” .. Aku jawab ” ya iyalah kan harus hati2, emangnya mau kalo nyetrum dan kebakaran”.. msh terbayang bagaimana adegan tadi kulihat di kamar mandi, maka muncul hasrat ku untuk menggodanya, menyetubuhi, atau bahkan memperkosanya.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;">Kulanjutkan tanyaku “udah mandinya Lin?” dgn agak sinis khasnya dia menjawab ” ya udah lah ngapain juga lama2″,</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;">aku : “udah tuntas ya aktifitasnya di kamarmandi”</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;">Lina: ” maksudnya? ya udah lah dah tau udh keluar kamar mandi berarti udah donk”</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;">Aku: “yaa kirain aj ada yang masih nanggung”</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;">Lina: Apaan sih, ga ngerti, udah ah cepetan benerin listriknya, aku mau ganti baju ni, susah kamarku kan gelap”</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;">Aku: gelap bukan berarti ga bisa ngapain2 kan.. buktinya jadi tuh anakmu waktu gelap2 kan? hahahaha.. udah tuh dicoba listriknya, coba aj lampu ama airnya ..</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;">LIna: iya aku coba..</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;">sebari dia coba satu persatu stopkontak, lina melanjutkan pembicaraan ” iya dulu gelap2an enak si sebelum ada si Tina (anaknya) , sekarang ..uuhh.. dah bosen kali si angga (suaminya – kaka istriku) udah jarang, eh YOnar udah oke nih semua lampunya”</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;">Aku: ahh kan banyak alternatif.. bisa sendiri atau cari bantuan lah… Syukurlah kalau sudah ok, dicoba juga airnya nyalain trs ganti baju kerja gih, ntr telat”</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;">Lina: ahh alternatif apaan maksudnya yo… (sebari melirik nakal kearahku), bosennya jg kali kalau sendiri,, dah aku ke kamar mandi cek dulu,</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;">Lina berlalu menuju kamar mandi diujung belakang kontrakannya, sebari aku mengikutinya dari belakang,</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;">kalimat terakhir dari mulutnya membuat hasrat ku makin bergetar, “bosen sendiri” dalam hatiku, hayalku trs bermunculan, apakah aku perkosa saja ketika dia di kamarmandi? kubekap dari belakang meremas toketnya, memaksanya .. tapi kalau ketauan gmn? kalau lina berteriak kencang gmn, sedang dinding pemisah antar kontrakan di tempatnya tidak tebal, tak tahan rasanya ingin menjilat lehernya yang lnjang, menikmati langsing tubuhnya..</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;">Hayalku sejenak terhenti oleh teriakan lina ” aduuhh yoo.. basah kuyup.. dah jalan lagi nih airnya.. tapi nyemprot banget..untung belum pake baju kerja..”</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;">dengan segera aku menghampirinya ” ya bagus donk,, berarti dah jalan lagi, gada masalah lagi kan, baru disemprot sama air, gmn kalau semprotan yang kental..” goda ku..</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;">Lina menjawab ” yaa kalau itu enak donk.. ” sebari dia membalikkan badan kea arah ku dan membuat mataku terbelakak,, air yang membasahi kaosnya, membuat lekuk tubuh dan payudaranya tercetak sempurna, dan yang membuatku menelan ludah adalah lina belum memakai bra!! ternyata sejak tadi dia hanya memakai kaos saja.. badanku makin gemetar.. kontolku makin ngaceng tak tertahan dibalik celana tidurku..</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;">“heh.. melotot aj!! liatin apa ayoo… udah mau ganti baju kerja sekalian, tuh beresin tuh yang dalam celana di kamar mandi” sebari tertwa kecil keluar dari kamar mandi. dengan malu aku masuk kamar mandi segera beresin celana, ku keluarkan kontolku, sudah ngaceng sekali kontolku, tak tahan rasanya, apa aku onani saja pikirku, ah tidak, masa sih aku menyia-nyiakan kesempatan dengan lina, tak ada orang disni.. pikirku mengalir liar, sampai tanpa sadar, ternyata lina memperhatikan aku dari balik lubang pintu kamar mandi yang memang tidak tertutup, ..</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;">“hayyo kenapa lin.. susah ni mau dituntasin, bantuin donk..” secepat itu aku langsung bicara sebari mengusap2 kontolku, dgn kelagapan lina beranjak pergi sebari bicara ” apaan sih, sendri aja gih, atau minta sama istrimu, udah ah ganti baju dulu ah udah mau kerja nih”</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;">aku pun mngikutinya berjalan menuju kamar, kulihat dari luar, dikamarnya dia dudukdi ranjangnya spt termenung, dia hendak membuka bajunya tapi terhenti ketika tangannya menyentuh payudaranya sendiri, dia usap2nya, mungkinkah dia juga sebenarnya terangsang dan sedang ingin bercinta tapi dia gengsi untuk jujur padaku..</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;">aku beranikan maksud ke kamar tidur kecilnya yang hanya cukup untuk satu ranjang dan sedikit ruang itu, dari belakang kubisikkan ditelinganya “aku kangen ih masa-masa kita dulu, aku kangen banget sama kamu, dah lama mendam rasa ini Lin”, dengan nada tinggi dia bilang ” Kamu masuk kamar orang ya ga sopan, ngomongnya ngawur ah, males ah, kita tuh udah sama2 nikah, dah punya anak lagi, inget tuh,..”</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;">aku: kalau perasaan susah Lin (kupegang bahunya ku balikkan tubuhnya sehingga menghadapku), “aku sayang banget sama kamu lina, sering aku terbayang dirimu yang jadi istriku”..tak kuasa aku memandangnya wajahnya dan memandang kaos basahnya yang setengah terbuka, tercetak jelas payudara mungilnya</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;">Lina: “inget .. kita udah … “</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;">belum selesai dia bicara aku langsung kecup bibirnya, kulumat bibirnya kuat2.. aku berusaha mendekap tubuhnya, sebelum lina mendorongku, duduk menjauh dari aku, berusaha unutk menamparku namun dengan segera ku pegang tangannya, “aku sayang banget lin sama kamu, sekalian lah bantuin aku tuntasin ya..”</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;">kuberanikan diri mendekatinya lagi tanpa melepas genggaman tanganku padanya, sebelah tanganku membelai rambut lurusnya, kurebahkan kepalaku, mulutku di telinganya, kubisikan “i luv u so much lin, please.. sekali ini aja, aku janji gakan jadi panjang, ..”</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;">kukecup langsung daun telinganya, kujilat, lina menggelinjang, dia memejamkan mata, tanpa perlawanan, kuanggap itu tanda setuju atas permintaanku. kuciumi kujilati telinganya, kuberanikan menjalarkan lidahku tak hanya di sekitar telinga, menjalar ke pipinya menuju bibirnya, sekali lagi aku kecup bibirnya, kujilati, kusedot, kali ini tanpa perlawanan, meski dia masih tak menggerakan bibirnya, aku terus melumat bibirnya, nafsu sudah membara sejak tadi, kusogokkan lidahku kedalam mulutnya yg masih rapat, kupaksa masuk kedalam mulutnya, tak lama dia menyerah juga, kumainkan lidahku didalam mulutnya, menyentuh lidahnya, menjilati lidahnya, kurasakan dera nafasnya semakin kencang, kucekatkan tubuhnya, kulumat terus bibirnya yang mulai terbuka, sesekali membalas ciumanku perlahan.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;">aku mulai melepaskan genggaman tanganku, kupegang kepalanya sebari tetap menciuminya, sementara tanganku yang satu mengusap, menyentuh2 lehernya punggungnya, memainkan telinganya,</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;">Ciuman itu berlangsung cukup lama, lama kelamaan lina mulai membalas ciumanku, dia mulai memainkan lidahnya, beradu dgn lidahku, mulutnya mulai berani melahapku, ciuman lahap dan kasarnya mulai nampak, desahan desahan nya mulai terasa trdengar ..Hmmm Hhh hsthhh… itu yang aku suka dan aku rindu darinya.. ciuman kami semakin panas, kedua tangannya mulai memelukku, satu tangannta mengacak2 rambutku, tubuhku mulai menempel dgn tubuhnya yang masih terbalut kaos yang basah.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;">Tanganku mulai berani menelusup kebalik kaosnya yang basah dan setengah terbuka, kuraih toketnya yang sedari tadi tercetak dibalik kaosnya, kuremas toketnya, AKKHHHHHHHHHH OOKHHHHHHH….OoHHhhhdsthh, erangan keras keluar dari mulutnya ketika ku remas toketnya, ku mainkan putingnya yang sudah mengeras,</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;">Kubuka kaosnya yang basah, tanpa kesulitan, kutau sejak awal dia sudah tidak memakai bra, kujalarkan lidahku kelehernya, uhh HHsshtstthh.. lina tak hentinya mendesah tak karuan.. kulanjutkan juluran lidahku bibirku menciumi sampai toketnya lina yg masih terduduk di ranjang dan aku yang sudah setengah jojok di lantai, sebelah toketnya kujilati perlahan, sebelah kuremas dengan tanganku.. Hhhhhsthh.. kujilat toketnya perlahan memutar dari pinggir toketnya memuncak ke puting .. kutarik kencang2 putingnya, semua kulakukan bergantian kanan kiri, yang makin membuat lina nafsu nya membesar, kulanjutkan petualangan lidahku keperutnya</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;">ku perosotkan celana tidurnya, ahhh … darahku serasa makin mendesir melihat langsung pemandangan tanpa CD, langsung kulihat vaginanya, Memeknya yang tadi hanya kulihat dari intipan di kamarmandi, kini didepana mataku dgn lina yang sudah berbugil ria. segera saja petualangan bibirku berlanjut di bibir memeknya lina. .OOhhh sedap sekali, aromanya semerbak habis mandi dicampur aroma cairan dari memeknya yang sudah becek sekali.. kulahap habis memeknya, kuciumi sekitarnya, kujulurkan lidahku masuk kedalam liang memeknya yang memang sudah longgar, kusogoh habis2n liang memeknya, lina menjerit kuat ” AHHHH oohhh… ughhh.. dibenamkan nya wajahku sedalam-dalamnya ke liang memeknya, tangannya benar2 mengacak-acak rambutku, mendorong kepala ke memeknya, sesekali mejenggut rambutku.. oohh uhh..</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;">sedang asik memainkan memek lina, tiba2 tangannya mendorong kepalaku keluar “Lina udah ga tahan banget yon mau orgasme nih, tp gamau sekarang ya ” dia bilang. Aku hanya mengangguk dan berkata “apapun mau kamu sayang”</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;">Lina mengangkat tubuh yang setengah jongkok untuk duduk disampingnya diranjangnya, “sekarang giliran lina” ucapnya, segera dgn kasarnya dia membuka kaosku, dikecup dan dilumatnya bibirku dgn liar, dipegangnya kepala erat2 dijilatinya pipiku bibirku, seluruh wajahku, telingaku dijilatinya kanan kiri, digitnya,, Akkhhhhhhhh Lin enak banget,, ughh,,,,,,, tanganku pun meraih toketnya meremas2nya, sebari bibir lina menjamahi wajahku, telingaku, leherku nyaris saja di cupangnya, sebelum aku melarangnya khawatir ketauan istriku.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;">Lina menjamahi tubuhku dengan liar, dadaku, perut buncitku, dia tarik puting susu ku yang berbulu, tangannya liar menjamahku, membuka celana pendekku, memerosatkannya berikut dgn CD ku, ko0ntolku sudah sangat , menegang kencang dan memerah.. Ahhh senyum liarnya lina sebari menatap liar padaku, dia menjulurkan lidahnya memainkan kepala kontolku. Akhhhh Linnn.. enak banget.. dia mengocok2 kontolku sebari menjilati ujung kontolku, dia berjongkok dilantai, memainkan kontolku, menghisapnya, naik turun, makin kencang makin kencang.. Ohh aku tak tahan lagi.. dijilatinya kontolku..</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;">Dia kemudian mencabut mulutnya dari kontolku, dia berdiri menghadapku yang masih terduduk, kesempatan ini kupakai unutk menjilat lagi memeknya yang sudah sangat becek, meremas toketnya kuat2.. ahh indah sekali pemandangan ini tubuh lina berdiri dihadapanku, seolah dia sedang stripsis, bergerak menggelinjang karena rangsanganku ke dlm memek dan toketnya..</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;">baru sebentar kumenikmati itu, lina mendorongku keras, sampai aku terlentang diranjangnya, ranjang tempat biasa dia bersetubuh dgn suaminya.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;">ucapnya ” Lina udah ga tahan yon’..</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;">dia menaiki tubuhku diranjang, diarahkan memeknya kearah kontolku, Bleesss,,, aakhhhh Ugghhhhhhhhhh kami mengerang bersama-sama..</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;">Lina menindihku.. women on top,, digerak2n tubuhnya… kami berciuman liar.. berulang kali dia berkata “udah gakuat lina ih..” .. aku berusahan membanting tubuhnya, membalik posisi, kali ini dia dibawah.. aku kocokkan kontolku semakin cepat dan kencang.. erangan lina udah tak tertahankan lagi.. “trs.. ayo dong…” ucapnya.. dia trs menggelinjang menggerakan bokongnya.. ” aku juga ga kuat lin” .. ayo dong kit bareng lagi..” tenaga lina begitu kuat mendorong kembali terguling mebalikkan posisi.. dia kembali diatas, kali ini dia duduk berkuda.. menggerak-gerakan pantatnya, tubihku bangun meraih toketnya.. darahku mendesir.. sekecap saja aku sedot toketnya.. meremas toketnya.. lian sudah tak kuasa hendak keluar.. AkhhhhhhhhhhOhhh YESsss……. uughhhhhhhhhhhhhhh ” lina keluar.. Ohhhhhhhhhhhh… Peluk erat 2 yon, gigit puting lina,” suaranya mengacau tak karuan..”‘akhhhhhhhhh… kelellllllllllllllluuaarrrrrrrrr…”””” … lina orgasme” tubuhnya semakin kuat mendekap, memeknya basah…</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "verdana" , "geneva" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 12px;">“Kamu curang yon… ga bareng” lina berbicara kacau sebari orgasme.. tubuhnya mulai melemas… kesempatanku membalikkan lagi tubuhnya.. kali ini kukocokkan kuat2 kontolku.. akhhhh.. aku keluar lin… “kucabut dan kubasahi tubuhn dan mulutnya…</span></span></div>
yunnileehttp://www.blogger.com/profile/15596533211185417604noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-2527921526551706948.post-58499702163222104342016-12-12T03:22:00.000+07:002017-08-09T07:02:25.900+07:00Hutan Kenangan Bagi Ningrum<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhF6THh6gX7hcvU3sXw1xgH6VU7bTn4rCk9bhsYbqrFbj5s9ihsYj2aAkx67lo-QnSGLLAoZFTtBw8ZAf8oQI7Frm_J8eCbQXl2owj19WrKhESj0GRoegxfCPWY8j6JbQkjcHhaaNtwwE1E/s1600/images+%25283%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhF6THh6gX7hcvU3sXw1xgH6VU7bTn4rCk9bhsYbqrFbj5s9ihsYj2aAkx67lo-QnSGLLAoZFTtBw8ZAf8oQI7Frm_J8eCbQXl2owj19WrKhESj0GRoegxfCPWY8j6JbQkjcHhaaNtwwE1E/s400/images+%25283%2529.jpg" width="299" /></a></div>
<span style="text-align: justify;">Namanya Nur Cahya Ningrum,<b> <a href="https://ceritamalam8899.blogspot.com/" target="_blank">anak cantik bintang SMU</a></b> di kotanya. Gadis ini tinggi dan berbody aduhai sekali. Setiap mata pria yang memandangnya pasti langsung tertuju pada matanya yang indah dengan bulu mata yang lentik lalu turun kearah bibirnya yang memang sensual itu dan terakhir adalah pada buah dadanya yang cukup besar untuk ukuran anak SMU.</span><br />
<div style="text-align: justify;">
</div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Ujian akhir sudah dekat dan gadis ini yang tergolong otaknya encer langsung mengikuti bimbingan belajar yang khusus dibuka saat Ujian Akhir Nasional tiba. Hasilnyapun tidak mengecewakan karena setelah pengumuman hasil ujian diberitakan, dia menempati urutan ke 15 dari SMU nya dan itu sudah tergolong sangat baik mengingat SMU tempat Ningrum belajar adalah SMU favorit di kota W.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Hai Rum. Gimana hasil ujian kamu? Pasti dapat peringkat yang tinggi yah?” Tanya seorang teman pria-nya. Pemuda ini bertubuh kecil dan merupakan mantan dari Ningrum, mereka pernah pacaran waktu masih SMP kelas dua dan putus setelah lulus <span style="background-color: white; font-family: Arial; font-size: 13px; text-align: center; white-space: pre-wrap;"><a href="http://www.daftarpokeronlineuangasli.com/" target="_blank"><span style="color: black;">http://www.daftarpokeronlineuangasli.com/</span><span id="goog_198686436"></span><span id="goog_198686437"></span> </a></span>SMP karena ketidak cocokan dan terang saja pemuda ini tersingkir karena di SMU yang baru, Ningrum sudah menjadi kembang sekolah yang baru dan bahkan banyak kakak kelas yang rela berantem untuk memperebutkan cintanya. Gadis ini akhirnya menetapkan pilihannya pada seorang bernama Firman setelah gonta-ganti pacar hingga dikelas tiga SMU, adapun nama dari mantannya adalah Eko.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ningrum hanya tersenyum kecut setelah tahu pemuda yang menyapanya barusan adalah mantan kekasihnya. Memang dia sangat tidak suka dengan pemuda ini karena sekarnag pemuda yang dulunya simpatik ini telah berubah menjadi seorang pemabuk yang tidak jelas masa depannya lagi, walaupun sebenarnya dia berasal dari keluarga yang berada.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Hutan Kenangan Bagi Ningrum</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Eko tertunduk menahan sakit hati dan malu ketika pertanyaannya tidak dijawb oleh Ningrum dan bahkan gadis ini ngeloyor pergi tanpa peduli dengan perasaan temannya itu. Gadis cantik namun sedikit congkak walaupun dia punya alasan untuk itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ningrum berjalan mendekati kerumunan anak lelaki dan langsung menuju kesamping Firman, kekasihnya. Beberapa teman pemuda itu bersiul-siul menggoda, Firman tahu kalau sebenarnya teman-temannya itu selalu bermimpi bisa berpacaran dengan kekasihnya sekarang ini, mereka pasti memikirkan bagaimana bentuk tubuh gadis cantik itu saat telanjang. Segala pikiran kotor seolah dibenarkan dengan cara para anak lelaki itu menatap pantat, perut dan bahkan buah dada Ningrum yang sudah tumbuh itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Gimana rencana untuk perpisahan dengan teman-teman?” Tanya Ningrum kepada Firman dan pemuda ini memberikan kode kepada salah satu temannya untuk bicara.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Jangan khawatir, semua sudah kita urus kok cantik. Kita bakalan ajak pacar kita masing-masing untuk bernostalgia sekaligus piknik di hutan wisata diluar kota.” Sahut salah seorang teman Firman yang bernama Bimo. Bimo ini berbadan gemuk dan tidak begitu tinggi namun walaupun begitu dia adalah ank seorang pengusaha yang lumayan sukses di kota W.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kamu bisa ikut khan Rum?” Tanya Firman kepada gadis cantik itu. Dan Ningrum menjawabnya dengan anggukan gembira. Dia teringat dengan perkataan Firman bahwa dia akan mendapatkan kejutan pada acara perpisahan dengan teman-teman kumpulnya selama ini. Dia selalu menebak-nebak apa yang akan diberikan pemuda ini kepadanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya hari yang ditentukan untuk acara perpisahan datang juga. Sabtu siang Firman, Ningrum dan 3 pasang anak SMU yang lain berangkat untuk menuju keluar kota, kesebuah hutan wisata yang letaknya tidak begitu jauh dari batas kota W. dalam waktu kurang dari setengah jam mereka tiba di kawasan hutan lindung itu dan segera saja mereka menyusuri jalan kecil yang membelah hutan itu untuk menemukan lokasi yang sesuai untuk berkumpul. Akhirnya setelah beberapa saat mencari, Bimo memberikan komando bahwa dia telah menemukan spot yang asyik untuk mereka berdelapan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kok lewat jalan kecil?” Tanya Ningrum ketika Firman melajukan sepeda motornya menembus rimbunnya hutan dengan sepeda motor Vega miliknya dan melewati jalan setapak yang belum diaspal, jalan ini lebih kecil dibandingkan dengan jalan utama yang membelah hutan yang barusan mereka lewati.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Firman memperlambat laju kendaraan bermotornya dan akhirnya berhenti ketika Bimo dan temannya yang lain juga berhenti. Mereka telah tiba didaerah perbatasan antara hutan dengan perkebunan strawberry dan perkebunan kajuput (bahan pembuat minyak kayu putih). Dari kejauhan tampak sungai Bengawan Solo membelah kawasan hutan itu dan hanya di hubungkan dengan sebuah jembaan kecil yang hanya mampu dilewati satu sepeda motor secara bergantian saja. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lokasi ini cukup datar dan semaknya sedikit dimana terdapat dua gazebo tua yang tak terawat yang dulunya diperuntukkan sebagai lokasi peristirahatan wisata namun karena anggaran pemerintah kota tidak mencukupi maka proyek dihentikan sementara gazebo dan perlengkapan lainnya ditinggal begitu saja tanpa diurus sehingga sekarang terlihat tak terawat padahan gazebo itu cukup besar dan nyaman.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di tiang-tiang gazebo ini terdapat coretan tangan-tangan jahil yang kebanyakan adalah anak sekolah yang dulunya menggunakan tempat itu untuk indehoy bersama dengan pasangannya masing-masing. Tapi sepertinya Ningrum belum paham dengan situasi tempat itu dan maih adem ayem saja.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Disini yah Fir?” tanyanya lagi kepada kekasihnya dan Firman mengangguk lalu mengajak Ningrum untuk menuju kesebuah gazebo dan membersihkan kursi dari semen yang kotor akan daun-daunan itu sehingga mereka dapat duduk disana.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kamu cantik sekali hari ini sayang.” Perkataan manis itu meluncur begitu saja dari mulut Firman yang sedetik kemudian dia merangkul Ningrum dan memangkunya dipahanya. Sementara Ningrum tidak berusaha untuk melepaskan dekapan Firman dari belakang walaupun dalam hati dia malu tapi dia juga mau.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kita mau apa sih sebenarnya kemari? Nggak ada apa-apa disini sayang.” Ucap Ningrum memecah kebuntuan pembicaraan antara mereka berdua.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Firman yang asyik membelai-belai rambut gadis cantik ini kemudian menjawabnya, “Aku khan ingin berdua saja denganmu, lagipula nanti jika kamu memutuskan untuk kuliah, aku khan sudah susah untuk bertemu denganmu lagi karena ayahku tidak memiliki biaya untuk mengantarkan aku kejenjang mahasiswa. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lihat saja Bimo dan Wahyu, mereka juga berperasaan sama denganku. Bimo akan disuruh kuliah diluar kota sementara Wahyu sudah didaftarkan kesebuah institute terkenal di Jogja. Kita nggak akan ketemu lagi dalam waktu yang lama sayang. Aku cuman ingin untuk melepaskanwaktu-waktu terakhir kita sebagai orang bebas. Kamu mau khan?” rajuk pemuda ini kepada Ningrum dan gadis ini tersenyum lalu mengangguk. Dalam hati Ningrum, dia sangat yakin bahwa kekasihnya ini benar-benar mencintainya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hari mulai sore dan matahari mulai memerah pertanda akan segera tenggelam. Seolah tidak rela dengan ekpergian sang mentari, Ningrum memeluk kedua tangan Firman yang kali ini masih merangkulnya dari belakang. Seolah tahu kalau gadisnya itu masih ingin berdua saja dengannya, Firman menyuruh teman-temannya untuk pergi terlebih dahulu ketika mereka mengajak Firman dan Ningrum untuk pulang. Sekarang tinggal berdua sendiri ditengan hutan wisata itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Aku juga tidak ingin berpisah denganmu bidadariku.” Firman membisikkan kata-kata itu sembari mendekatkan bibirnya kearaha telinga Ningrum dan sedetik kemudian dia mengecup pipi dan leher Ningrum lembut. Gadis ini menoleh kebelakang untuk mengatakan sesuatu tetapi langsung dibungkam mulutnya dengan ciuman mesra dari Firman. Ciuman pertamanya dalam sejarah hidup seorang Nur Cahya Ningrum.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Entah karena terbawa oleh situasi yang sejuk dan sepi, Ningrum membalas ciuman Firman itu dengan tak kalah mesranya dan dengan posisi masih dipangku kekasihnya dan membelakangi Firman, Ningrum tak lepaskan ciuman pacarnya itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jemari nakal Firman mulai meraba-raba payudara Ningrum yang masih terbungkus baju sekolah itu dan satu persatu kencing bajunya mulai terbuka hingga sekarang baju sekolah itu terbuka lebar mempertontonkan payudara putih Ningrum yang dibalut dengan bra warna krem. Seperti tersihir saja, Ningrum sepertinya tidak sadar bahwa sekarang buah dadanya nyaris telanjang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Merasa mendapatkan lampu hijau, Firman lalu mengarahkan tangannya yang sudah mulai lebih nakal itu kearah punggung Ningrum dan melepaskan kaitan bra gadis cantik itu sehingga dengan mudah sekarang Firman dapat menguak bra milik pacarnya itu keatas dan sekarang terlihat sudah payudara Ningrum tanpa penutup apapun lagi. Ini adalah kali pertamanya bagi Ningrum menunjukkan buah dadanya didepan pemuda yang bukan keluarganya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sembari kedua mulut pasangan itu saling berpagutan satu sama lain, tangan Firman keduanya mulai menjelajahi bukit kembar gadis ini untuk mendapatkan kepuasan sebagai seorang pria. Buah dada ranum milik Ningrum diremasnya berulang-ulang hingga kedua putingnya mengeras dan tak hanya itu saja, pemuda ini juga memilin-milin puting Ningrum dengan gemasnya hingga sering gadis ini harus menghentikan ciumannya untuk mendesah, entah karena rasa sakit ataupun rasa nikmat yang tiada tara.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Akhh…Fir, sudah! Aku nggak mau nanti kita kebablasan.” Seru Ningrum mencergah tangan Firman yang menyelusupi pahanya dari balik rok seragam abu-abunya. Namun Firman tak peduli dan menepiskan tangan Ningrum yang mencekal tangannya dan langsung mengarahkan kepangkal paha gadisnya itu sehingga menyentuh bagian vital Ningrum yang masih terbungkus celana dalam warna putih itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bagian vital yang belum pernah dia tunjukkan kepada siapapun juga bahkan kepada kekasihnya yang terdahulu. Jemari Firman merasakan adanya cairan yang membasahi celana dalam kekasihnya itu. Walaupun masih perawan tetapi Ningrum tetaplah seorang gadis normal biasa yang tidak bisa menahan godaan sensasi apabila terus dirangsang habis-habisan oleh pacarnya. Sekarang vagina gadis cantik ini sudah basah akan cairan kewanitaannya sendiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ningrum sadar bahwa dia sudah melangkah terlalu jauh dan berusaha untuk membebaskan dirinya dari rangkulan Firman namun gagal karena Firman sudah tidak dapat lagi melepaskan moment yang ditunggu-tunggunya selama ini. Dengan setengah memaksa, pemuda ini melepaskan bra dan baju seragam SMU yang dikenakan oleh Ningrum dari arah belakang lalu membuangnya jauh-jauh agar tidak dapat direbut lagi oleh Ningrum. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rasa malupun mendera wajah Ningrum yang sekarang berubah merah padam melihat dirinya sekarang nyaris telanjang dengan payudara yang menggelantung bebas walaupun dia berusaha menutupinya dengan menyilangkan kedua lengannya tetapi tetap saja pandangan mata liar Firman dapat menembus sela-sela lipatan tangan itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Firman! Apa-apaan kamu ini? Katanya kamu sayang ama aku, kok begini jadinya?” gadis cantik ini mulai meneteskan airmatanya memohon agar Firman mau berhenti dan tidak memaksanya lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Lha inilah bukti sayangku kepadamu Rum. Aku sayang sama kamu dan aku butuh kamu selalu menjadi milikku selamanya.” Sahut Firman lalu mendekap Ningrum dari depan dengan erat. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Berbagai ucapan manis dilontarkan oleh pemuda ini dan akhirnya Ningrum luluh juga hatinya dan membuka silangan tangannya hingga sekarang payudara montok itu terlihat kembali. “Kamu benar-benar sempurna sayang. Buah dadamu benar-benar sangat indah luarbiasa.” Ucap Firman lalu meremas-remas lagi buah dada Ningrum dengan mesra dan mulutnya pun tak mau ketinggalan. Jilatan dan sedotan juga pilinan jemari nakal Firman seolah membuat Ningrum terbang keangkasa. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dia yang sebelumnya anti dengan hal semacam ini sekarang menjadi menikmati. Hilang sudah rasa takut dan rasa malunya yang tadi sempat mendera hatinya dan berganti sudah dengan keinginan untuk merasakan kenikmatan total bersama dengan pacarnya sekarang ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Akhh…Firman…ekhhh…” desahan demi desahan Ningrum yang seksi itu membahana disekeliling gazebo tanpa takut bahwa akan ada orang yang menyaksikan perbuatan kedua sejoli itu karena memang lokasi itu berada ditengah hutan sementara perkebunan yang berada didekat mereka masih belum waktunya panen sehingga jarang dikunjungi petani.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tak butuh waktu lama bagi Firman untuk melancarkan aksi susulan. Ketika Ningrum masih dibuai dengan kenikmatan cumbuannya terhadap buah dada gadis cantik itu, Firman mengarahkan jemarinya yang sudah terampil itu menelusuri paha Ningrum dan mengaitkan jemari kedua tangannya ke celana dalam kekasihnya itu dan menariknya kebawah. Dalam hitungan detik saja, celana dalam Ningrum sudah jatuh ketanah. Gadis ini kaget tapi belum sempat dia protes, Firman kembali mencumbu bibirnya sehingga membuat Ningrum tak dapat berkata apa-apa lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sembari menciumi Ningrum, salah satu tangan Firman meremas-remas payudaranya sementara tangan yang lain menelusuri vagina gadis cantik ini yang sudah basah kuyup. Sesekali Ningrum merintih sakit apabila tusukan jemari Firman terlalu dalam sehingga menyentuh bagian dalam labia minora gadis cantik ini. “Jangan Fir! Aku masih perawan.” Seru Ningrum tapi sekali lagi bujuk rayu Firman nampaknya cukup ampuh untuk membendung penolakan Ningrum terhadap perlakuannya itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Diturunkan resleting celana abu-abu pemuda ini dan dipelorotkannya kebawah beserta dengan celana dalamnya sendiri dan saat itu juga terpampang dengan jelas dimata Ningrum sebuah penis seorang pemuda remaja yang sudah ereksi sedari tadi. Bahkan diujungnya sudah mengeluarkan cairan pelumas siap untuk mengendarai liang kewanitaan gadisnya itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Akh..Firman. Kamu mau apa?” serunya ketika melihat batang kejantanan itu disodorkan kearah Ningrum dan memaksa kedua tangan Ningrum itu untuk memegangnya. Awalnya agak grogi dan risih juga ketika Ningrum menyentuh benda asing milik pria itu namun setelah beberapa saat dia sudah mulai biasa bahkan mulai menuruti kata-kata Firman untuk mengocoknya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan servis tangan sepertinya Firman masih merasakan kurang puas, lalu dengan sigap dia menarik rok abu-abu milik Ningrum kearah atas sehingga vagina gadis itu terlihat olehnya dengan jelas. Bulu-bulu lembut dan jarang menghiasi vagina gadis cantik ini. Firman lalu mengarahkan batang kejantanannya kearah lubang kenikmatan itu dengan posisi setengah berdiri sementara tangannya yang lain mendorong tubuh Ningrum agar bersandar ke tiang utama gazebo yang berbentuk kotak besar itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pemuda ini menggesek-gesekkan penisnya ke bibir vagina Ningrum sehingga sesekali bibir kemaluan gadis cantik itu terbuka dan ketika sudah cukup basah, pemuda ini mendorongkan batang kejantanannya yang berukuran panjang kurang kebih 12cm itu kearah vagina Ningrum dan menguak menerobos bibir kemaluan pacarnya tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Sakit…aduh..Fir! Hentikan! Sudah! Aku sudah tidak tahan…sakittt…akhh…!” racau Ningrum sembari berusaha melepaskan diri dari dekapan Firman namun sia-sia. Pemuda kekasihnya itu sudah lebih mirip binatang ketika memaksakan penisnya untuk melabrak lubang senggama gadis cantik ini. “Akhh…sakit! Sudah hentikan! Sakit Fir…” desak Ningrum tapi apa daya karena Firman sudah kesetanan dan dengan teganya dia melakukan penetrasi paksa kepada liang vagina yang masih perawan tersebut hingga dalam satu sodokan kasar akhirnya batang kejantanannya sudah berhasil merobek selaput dara Ningrum dan membenamkan seluruh penisnya kedalam liang senggama gadis cantik itu. Seiring dengan lolongan sakit Ningrum, benda haram yang tumpul itu telah berhasil terbenam didalam liang kewanitaan dara manis ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ningrum. Kamu benar-benar cantik dan moy abis. Memang rasanya luar biasa kalau ngent*tin cewek secantik kamu.” Ucap Firman yang kemudian tanpa memberikan waktu untuk Ningrum mengambil nafas langsung saja melakukan sodokan-sodokan liarnya memompa liang kewanitaan gadis malang ini. Ningrum menangis tersedu setelah mengetahui dirinya sudah tidak lagi perawan bahkan kekasihnya sepeti lebih memperdulikan kenikmatan bercintanya dibandingkan perasaannya pacarnnya sendiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selama sepuluh menit, penis Firman menyodoki lubang vagina Ningrum tanpa ampun walaupun seringkali gadis cantik ini meminta gar Firman berhenti sejenak karena dia merasakan rasa sakit namun tidak digubris oleh pemuda ini dan terus melakukan pompaannya tanpa lelah. Tubuh Ningrum yang setengah berdiri bersandar di balok kayu besar yang menjadi penyangga utama gazebo itu, terhentak-hentak tiap kali Firman mempercepat goyangan pinggulnya dan sekarang tubuh molek gadis cantik ini seolah tak bernyawa saja. Payudaranya yang berulang kali diciumi Firman secara kasar sudah mulai memerah karena perlakuan kasar kekasihnya itu. Tak ada lagi desahan kenikmatan, yang ada hanyalah rintihan tiap kali Firman melakukan sodokan kasar kepadanya. Dirinya diperlakukan Firman tak ubahnya seperti barang atau benda mati yang hanya dibutuhkan vaginanya sebagai alat pemuas nafsu pemuda ini saja.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ningrum! Akh…sayang…akh…” seru Firman yang lalu mengejang tubuhnya. Sperma miliknya membasahi liang senggama Ningrum dan menetes keluar seiring dengan saat dia mencabut batag kejantanannya tersebut dari vagina kekasihnya itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kamu benar-benar memuaskan Rum. Kapan-kapan lagi yah. Sekarang kamu khan sudah nggak perawan jadi kalo mau bercinta berapa kali tidak apa-apa.” Ucapnya sembari membelai rambut panjang kekasihnya yang masih terduduk lemas itu. Ningrum hanya diam saja, dia tahu kalau belaian itu adalah tipuan, tapi walau begitu dia masih berharap bahwa ini hanyalah mimpi atau setidaknya dia ingin agar Firman tidak meninggalkannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya setelah bermesraan selama satu setengah jam lebih, mereka berdua berboncengan kembali kerumah masing-masing. Ningrum yang baru saja kehilangan keperawanannya menjadi susah untuk berjalan karena jalannya menjadi agak ngangkang akibat perlakuan kasar dari Firman pada vagina yang selam ini dijaganya dengan hati-hati. Yang tersisa sekarang hanyalah gazebo tua yang menjadi saksi percintaan mereka berdua yang dibangkunya tercecer noda darah perawan seorang Nur Cahya Ningrum dan sperma milik Firman.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi sebenarnya ada satu lagi saksi mata, yaitu sepasang mata yang sedari siang tadi memperhatikan gerak-gerik mereka dengan penuh perasaan cemburu sekaligus dendam. Sepasang mata milik seorang anak SMU yang juga menyukai Ningrum tetapi ditolaknya dengan mentah-mentah waktu melamarnya. Seseorang yang bernama Ardian. Pemuda yang nantinya akan berperan penting dalam kehidupannya tanpa dia sadari.</div>
yunnileehttp://www.blogger.com/profile/15596533211185417604noreply@blogger.comIndonesia-0.789275 113.92132700000002-31.6684965 72.61273300000002 30.0899465 155.22992100000002tag:blogger.com,1999:blog-2527921526551706948.post-2716563536137907192016-12-12T02:57:00.000+07:002017-07-29T15:06:07.144+07:00 Wanita Setengah Perawan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUcVueBsA5-dbPKkEiuKPFNB5h1fOMmBftKZH5qc22qP7Viu2qy3EQijZ1rtb1ql_H_bi3WcitbihEa6fKDh21YCw3PbRc6i4jSlZ6-9dUdieaduNa3bTtaU8jxS5nWBd-iLfU2wiUYF2M/s1600/images.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUcVueBsA5-dbPKkEiuKPFNB5h1fOMmBftKZH5qc22qP7Viu2qy3EQijZ1rtb1ql_H_bi3WcitbihEa6fKDh21YCw3PbRc6i4jSlZ6-9dUdieaduNa3bTtaU8jxS5nWBd-iLfU2wiUYF2M/s400/images.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Ini merupakan pengalaman pertamaku. Tapi bukan berarti baru pertama kali aku melakukan senggama, tapi pertama dalam arti mendapatkan <a href="https://ceritamalam8899.blogspot.com/" target="_blank"><b>wanita dengan status setengah perawan</b></a>. Lho kok bisa setengah perawan, barangkali itu yang menjadi pemikiran para pembaca budiman.</div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
Setengah perawan itu dengan pengertian, tidak pernah disetubuhi laki-laki, tapi kemaluannya pernah dijilati pacarnya dan dimasuki jari tangan sehingga perawannya jebol, tapi masih perawan karena tidak pernah dimasuki kemaluan lelaki. Ini yang disebut setengah perawan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku mendapatkan Sri secara kebetulan. Ketika itu, aku yang senang naik bus kota karena banyak bertemu dengan karyawati, sedang menunggu di halte bus kawasan Slipi. Ketika sedang duduk-duduk menanti bus, seorang gadis dengan wajah tidak terlalu cantik dan tidak jelek, berkulit putih dengan payudara yang tidak terlalu besar (seperti kesukaanku), berjalan ke arahku dan langsung duduk di sebelahku. Perilakunya terkesan cuek, seperti pada umumnya cewek Jakarta. Aku mencari akal, bagaimana cara untuk mengajak ngomong cewek ini. Aku punya pikiran untuk minta maaf karena akan merokok. Ketika aku minta ijin merokok, Sri dengan senyum manisnya menyatakan tidak keberatan. Selanjutnya obrolan kian akrab dan saling tukar nomor handphone. Aku dan Sri kemudian berpisah karena tujuan kami berbeda. Aku mau ke Blok M sedang Sri mau ke Kampung Melayu, rumah temannya.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-weight: bold;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Wanita Setengah Perawan</b></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Malam harinya, aku sudah tidak sabar untuk menghubungi telepon selulernya. Obrolan pun terjadi, cukul lama. Hampir setiap hari aku telepon. Obrolannya pun mulai mengarah ke masalah pacaran. Dia mengaku baru saja putus dengan pacarnya karena menghamili gadis lain. Pura-pura sok suci, aku pun menasehatinya untuk tabah dan tawakal karena memang bukan jodohnya. Hubungan via telepon ini cukup lama, sekitar dua minggu dan hampir setiap hari aku selalu menghubunginya. Menginjak minggu ketiga, aku memberanikan diri mengajak untuk jalan-jalan. Karena aku belum lama di Jakarta, aku minta diantar ke Ancol, ternyata Sri tidak keberatan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Malam Minggu, aku dan Sri dengan naik sepeda motor pergi ke Ancol. Aku berpura-pura alim dan bercerita tentang masa laluku, dan cerita itu kubuat sedemikian rupa sehingga terkesan aku ini punya sifat terbuka. Dia juga menceritakan masa lalunya, termasuk tentang dirinya yang sudah setengah perawan. Di Ancol, aku juga menghindari untuk menciumnya. Ternyata sikapku yang sok suci ini membuat dia jatuh hati.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Memasuki minggu keempat, dia mengajakku untuk pergi jalan-jalan. Dia minta ke puncak dan berangkat minggu pagi. Usulnya kuterima dengan alasan aku juga belum pernah ke sana (padahal, di kawasan dingin itulah, aku sering membawa cewek-cewek Jakarta). Sekitar pukul 06.00, aku sampai di Terminal Rambutan dan tidak lama kemudian dia juga sampai di satu titik yang telah ditetapkan bersama. Singkat cerita, sekitar pukul 08.30, aku dan dia sampai di Puncak. Setelah sarapan, kita kemudian mencari tempat untuk melihat-lihat pemandangan. Di puncak, aku melihat Sri mulai aktif dengan menggandeng tanganku. Aku berpikir, inilah saatnya untuk mengeluarkan jurus terampuh, apalagi Sri ini termasuk wanita terlama yang aku minta menyerahkan barangnya (sekitar sebulan).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah mendapatkan tempat duduk, aku dan Sri kemudian terlibat pembicaraan hangat. Saat itu, mendung semakin tebal. Aku kemudian bilang sama Sri untuk mencari tempat karena hujan lebat tidak lama lagi akan turun. Tanpa kuduga, Sri menerima karena dia mengaku senang dengan sifat keterbukaanku dan berharap aku bisa jadi suaminya. Itulah kelemahan wanita, yang cepat percaya, yang akhirnya akan jadi korban lelaki.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku dan Sri kemudian mencari tempat dan tidak terlalu sulit untuk mendapatkannya. Singkat cerita, aku dan Sri sudah masuk ke kamar. Dengan sikap jantan dan tidak tergesa-gesa, aku dan Sri kemudian menonton televisi sambil ngobrol-ngobrol dan sekali-kali menyinggung tentang seks, terutama ketika kemaluannya dicium oleh pacarnya dulu. Pertanyaanku ini ternyata membuatnya bersalah dan berjanji tidak akan mengulangi lagi, kecuali pada calon suaminya. Dengan rayuan gombal, Sri tampak percaya sekali kalau aku merupakan calon suaminya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kemudian kucium pipinya dan Sri diam saja sambil menutup matanya. Setelah itu, dengan gaya halus, aku minta ijin untuk mencium bibirnya. Tanpa ada jawaban, Sri langsung menyosor bibirku, dan tanpa dikomando bibirnya segera kulumat dan tanganku menggerayangi payudaranya yang tidak terlalu besar. Ketika putingnya kuraba, dia mulai melenguh. Dengan gerakan halus, aku mulai membuka pengait BH-nya sehingga terbukalah bukit kembar miliknya. Sementara bibirku sudah beralih, tidak lagi di bibirnya tapi sudah menjilati telinga, dan lehernya. Karena buah dadanya sudah terbuka, mulutku pun bergeser ke puting susunya yang sudah menegang. Ketika kumainkan dengan lidahku, lenguhannya semakin panjang. Tangankupun tidak tinggal diam, retsleting celana panjangnya kubuka dan tanganku menerobos masuk dan dia tampaknya diam saja.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sambil memainkan clitorisnya, aku terus menjilati kedua payudaranya. Ketika aku merasakan kemaluannya sudah sangat basah, aku coba membuka celana panjangnya, ternyata dia mengangkat pantat sehingga memudahkan aku melepas celana panjang sekaligus celana dalamnya. Setelah terlepas, tanganku pun membuka baju kaos dan BH-nya. Dalam waktu singkat, Sri sudah telanjang bulat sedang aku masih berpakaian rapi. Melihat ini, Sri pun protes dan segera membuka T-Shirt warna putih milikku. Bersamaan itu pula, aku melepas celana panjang dan celana dalamku sehingga aku dan dia sama-sama telanjang bulat. Dalam keadaan begitu, aku kemudian mengajaknya masuk ke kamar dan dia tampak setuju atas ajakanku. Begitu duduk di pinggir kasur, aku langsung menyerang bibirnya dan tangannya kubimbing untuk memijit-mijit penisku yang sudah menegang berat. Sedang tanganku kembali ke vaginanya yang sudah becek.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tak lama kemudian, aku mendorongnya jatuh ke kasur. Mulutkupun segera menyusuri bukit kembarnya. Sri terus-menerus melenguh dan tampak sudah pasrah. Ketika aku minta supaya penisku dimasukkan, dia tak menjawab dan hanya tangannya merangkul leherku erat-erat. Inilah tanda-tandanya dia sudah tidak kuat. Aku pun segera menindihnya dan tanganku mengarahkan penisku ke liang vaginanya. Ketika kudapati lubang kenikmatan, segera penisku kutekan. Tapi tidak segampang wanita lain yang pernah kuajak bersenggama, lobang vagina Sri sangat sempit sekali. Berkali-kali kucoba untuk menekannya, masih tak berhasil menembus juga. Setelah lama dengan keringat membasahi tubuh, kepala penisku akhirnya dapat masuk, tapi setelah itu seperti lubangnya buntu. Karena aku sudah capek, babak pertama dengan tanpa hasil itu kuhentikan. Aku dan dia kemudian tiduran sambil tanganku memainkan puting susunya. Selang beberapa saat kemudian, aku dan Sri tertidur.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sekitar satu jam kemudian, aku terbangun karena kedinginan dan penisku tegak kembali. Aku kemudian mencium kening Sri hingga terbangun. Setelah itu, aku langsung melumat bibirnya yang cukup sensual. Tanganku kembali bermain di vaginanya hingga basah. Melihat kenyataan ini, aku kembali menindihnya dan mencoba memasukkan penisku dan ternyata kembali gagal, hanya kepala penisku yang masuk. Karena berkali-kali gagal, aku kemudian mengangkat kakinya yang kecil mulus ke atas hingga belahan vaginanya terlihat jelas. Dalam posisi ini, aku mencoba memasukkan penisku dan lagi-lagi hanya kepalanya saja yang masuk.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku kemudian berpikir bahwa Sri barangkali tegang hingga otot-otot vaginanya ikut tegang sehingga elastisitas vaginanya menjadi berkurang. Karena itu, aku kemudian mendiamkan saja kepala penisku terbenam di liang vaginanya dan aku kemudian membisikkan kata-kata gombal kepadanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tampaknya, rayuanku mengena sehingga kurasakan otot-otot vaginanya mulai melemas dan kesempatan itu kugunakan untuk kembali menggenjot penisku dan berhasil masuk setengah, setelah itu vagina Sri kembali mengeras. Melihat ini, aku membiarkan penisku terbenam tanpa berusaha kucabut. Rayuanku pun tak berhenti. Selang beberapa waktu kemudian, aku kembali merasakan otot vaginanya melemas dan kembali kutekan penisku hingga masuk dan total sekitar tiga perempat. Setelah itu, otot vaginanya kembali kaku dan tidak melemas meski sudah kurayu atau kubisikkan supaya tidak tengang dan menerima saja keadaan ini karena sudah telanjur masuk.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Karena buntu, aku berusaha mencabut penisku. Ketika akan kutekan lagi, ternyata buntu. Aku kemudian memintanya untuk rileks dan akhirnya penisku bisa masuk tiga perempat seperti semula. Aku kemudian mencabut penisku dengan perlahan, begitu keluar aku kembali memasukkannya, ternyata buntu lagi. Terus terang aku menjadi keki juga. Aku lantas bilang untuk rileks saja, dan kalau dia rileks maka penisku bisa masuk tiga perempatnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Karena pengalamanku dua kali, aku tak mau mencabut tapi langsung memutar-mutarkan penisku, dan terlihat olehku bibirnya menyeringai dan sesekali dia melenguh panjang. Kurasakan, vaginanya sangat basah. Ketika kutanya apakah sakit, dia ternyata diam saja maka penisku kembali kuputar-putar dan lama-lama menjadi cepat, ketika itu pula dia melenguh panjang dan tangannya mencengkeram punggungku. Ketika itulah, dia menjerit panjang sambil mengatakan, “Aduh Mas, enak Mas..”. Mendengar ini, putaranku semakin cepat dan selang beberapa lama dia menjerit dengan mengatakan hal yang sama. Ketika aku merasakan vaginanya sudah sangat basah, kucoba untuk mencabut penisku dari liang vaginanya, begitu aku menekan lagi ternyata buntu lagi. Sungguh, aku sangat heran dan baru pertama kali ini aku menemukan vagina seperti ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Karena sudah keki, aku minta dia supaya menjilati penisku. Awalnya, dia menolak karena tidak biasa dan jijik. Tapi setelah kurayu dan aku janji akan menjilati vaginanya, dia pun setuju. Setelah aku mencuci penisku, dia mulai menjilati. Awalnya, jilatannya tidak terasa karena masih merasa jijik. Tapi lama kelamaan jilatannya menggairahkan dan Sri mau memasukkan penisku ke mulutnya. Gerakannya pun makin lama makin kuat. Karena aku sudah terangsang dan sejak tadi begitu lama berjuang untuk mengebor vaginanya, akupun merasa penisku mulai berdenyut-denyut. Tanpa harus kutahan (daripada tambah pusing) aku pun mengeluarkan spermaku ke mulutnya. Merasa ada cairan masuk ke mulutnya, Sri melepas kulumannya dan memuntahkan sperma. Sri lantas seperti orang mual mau muntah. Aku tak peduli dan tanganku mengocok-ngocok penisku hingga spermaku banyak yang tumpah di kasur dan tubuhnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah aku dan Sri mencuci kemaluan masing-masing, kemudian kami tiduran di kasur. Selang beberapa lama, Sri memintaku untuk menjilati vaginanya. Meski aku di kantor terkenal dengan julukan penjahat kelamin, tapi aku belum pernah menyosor barang milik perempuan, karena aku yakin wanita yang kutiduri selalu puas dengan permainan ranjangku. Permintaan itupun kutolak halus dengan alasan lemas dan mengantuk. Aku dan Sri pun akhirnya tertidur lagi karena kecapaian.</div>
yunnileehttp://www.blogger.com/profile/15596533211185417604noreply@blogger.comIndonesia-0.789275 113.92132700000002-31.6684965 72.61273300000002 30.0899465 155.22992100000002tag:blogger.com,1999:blog-2527921526551706948.post-70208270578929002692016-12-12T02:54:00.002+07:002017-07-29T15:07:11.274+07:00Jenny<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj_9eT9yuQa_nQpLqOtwoJiKPGlmf-qWbO72QYisrO5IhpQd5Cl5aKXH0I6yG042VZG2c9l48o8DHt4EkTUQZ77nLn5YXA42N83tPHPYUNBuhFZ8XJp1nwEaYPQmq0ZXSgZYYdQJjW1c-JU/s1600/download+%25281%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj_9eT9yuQa_nQpLqOtwoJiKPGlmf-qWbO72QYisrO5IhpQd5Cl5aKXH0I6yG042VZG2c9l48o8DHt4EkTUQZ77nLn5YXA42N83tPHPYUNBuhFZ8XJp1nwEaYPQmq0ZXSgZYYdQJjW1c-JU/s400/download+%25281%2529.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Sejak aku duduk di bangku SMA, aku selalu meraih ranking pertama dalam tiap semester, sikapku agak pendiam dan pemalu karena waktu itu mungkin diantara seluruh murid akulah yang termiskin, </div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
Walau demikian tidak sedikit teman sekelasku yang wanita mendekatiku, yah mungkin untuk sekedar nyontek kalau ulangan, diantara sekian banyak cewek, ada yang sangat menarik perhatianku, namanya Jenny, julukannya <a href="https://ceritamalam8899.blogspot.com/" target="_blank"><b><span style="color: black;">TOGE PASAR</span></b></a> (TOket GEde PAntat beSAR).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kulitnya putih bersih, Rambutnya dipotong cepak seperti lelaki, selalu di jelly sehingga kelihatan basah dan seolah memamerkan lehernya yang jenjang dan mulus putih, bibirnya pun selalu diberi lipgloss, bodynya luar biasa seksi, lelaki manapun pasti akan tergiur dengannya, apalagi tiap sekolah selalu memakai rok diatas lutut, praktis Jenny menjadi idola di sekolahku, Pria bagaikan semut yang berebut gula, namun aku tak tahu Jenny malah sering mendekatiku yang secara fisik, materi dan lain-lain yang aku punya, jauh dibawah teman-teman priaku, mungkin hanya sedikit kecerdasan yang jadi andalanku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Memang keakrabanku dengan Jenny kian hari kian erat, aku sering kerumahnya membantu menjelaskan pelajaran-pelajaran dari sekolah, Nah waktu di rumahnya Jenny selalu mengenakan kaos tanpa lengan dan celana pendek, Sehingga saat itu aku yang belum pernah tahu arti seks dan sedang dalam gairah yang tinggi, dibuatnya ngaceng terus, apalagi kalau pas nerangin pelajaran kadang kulitnya yang halus bersentuhan, Senjataku pasti langsung meronta-ronta didalam celanaku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Jenny</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Pernah waktu itu aku datang dia masih tiduran dikamarnya, aku yang sudah akrab dengan keluarganya langsung saja masuk ke kamarnya, dan pemandangan indah yang tidak pernah aku lupakan seumur hidupku, saat itulah aku pertama kali melihat paha mulus seorang wanita sampai pangkalnya, bulu ketiaknya sangat hitam dan lebat, karena posisinya waktu tidur itu hanya mengenakan celana dalam dan BH saja, Buah dadanya yang besar menyembul sebagian karena BH-nya tidak mampu menutupi seluruhnya, kakiku sampai gemetar menyaksikannya, Senjataku terasa mau memuncratkan sesuatu, sayang waktu itu imanku masih kuat, aku bergegas menutup kamarnya, dan berlari ke kamar mandi, aku langsung mengeluarkan senjataku yang kaku dan mengocoknya sambil membayangkan Jenny, tak lebih dari 5 menit, spermaku muncrat mengotori sebagian dinding kamar mandi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari cerita-cerita Jenny, akhirnya aku tahu bahwa saat ini dia sudah punya pacar yang sudah sangat mapan, mobil punya, rumah punya, kerjanya sebagai manajer, hubungannyapun sudah termasuk serius, namun sayang ketika aku Tanya arti serius, Jenny tidak menjawab, malah mengatakan, aku masih kecil dan belum tahu apa-apa! Memang sih saat itu aku belum tahu apa-apa tentang seks, namun dari bacaan stensilan, juga film-film BF yang aku tonton, aku merasa sudah mahir dalam teori.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Keakrabanku makin erat kala Jenny memintaku memberikan les privat kepada adiknya yang masih SMP, namanya Elrika, Tipe-tipe orangnya sama dengan Jenny, hanya bodynya agak kurus. Jadi setiap pagi sebelum sekolah, aku harus memberikan private kepada adiknya, memang khusus matematika dan fisika, Elrika tergolong lemah, namun berkat kesabaran dan teknik mengajarku yang baik, aku berhasil membuat Elrika menyukai pelajaran fisika dan matematika, bahkan nilai-nilainya setelah aku pegang menjadi sangat baik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pagi itu, Kalau tidak salah hari Sabtu, seperti biasa aku memberikan privat kepada Elrika, Namun kali ini Jenny tidak ada, Mungkin sedang jalan-jalan dengan cowoknya, karena setahuku cowoknya Jenny libur kerja hari sabtu, memang cowoknya Jenny baik sekali, orangnya royal, meskipun agak pendek, tapi penampilannya selalu rapi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pagi itu ternyata jadwal pelajaran Biologi yang membahas tentang alat reproduksi pria dan wanita, Aku agak grogi juga neranginnya, apalagi Elrika selalu tersenyum nakal seolah menggodaku, wajahnya yang lebih manis dari Jenny memerah saat aku terangkan bahwa Penis adalah bagian vital tubuh pria yang berperan dalam memperoleh bayi, pada wanita disebut vagina. Tau bahwa aku grogi Elrika malah menggodaku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kak, Rika belum pernah liat penis, Rika boleh lihat tidak?”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku tak bisa bayangkan betapa mukaku saat itu malu, namun tercampur dengan nafsu, Membayangkan itu penisku langsung saja berontak dalam celanaku, namun aku berusaha tenang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Memang Rika mau lihat penis siapa?” tanyaku.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Penis kakak saja, kan kakak yang ngajarin Rika?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Berani juga nih anak!” pikirku, Aku yang sudah nekatpun tak kalah berani, kuusir perasaan malu dalam diriku.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Kalau mau lihat di kamar mandi sekarang!” sahutku.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ah disini saja” jawab Rika manja.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Nanti kalau ketahuan mama kamu gimana?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Biar saja, kan Rika lagi belajar!”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku sempat bingung dan ragu, Apakah Rika polos? Atau ingin menggodaku? Akhirnya dengan ragu-ragu aku keluarkan penisku yang sudah tegang dari celanaku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Nih, lihat baik-baik” kataku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rika mendongakkan kepalanya untuk melihat lebih jelas bentuk penisku, mungkin pandangannya terhalang oleh meja dihadapannya, Aku berdebar-debar menanti kelanjutannya..</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kok lain ya sama anak kecil?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Rika boleh pegang, Kak?”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku hanya mengangguk, Elrika berdiri mendekatiku dan langsung menggenggam senjataku, aku merasakan nikmat yang luar biasa saat tangan Rika mengenggamnya, Rika pun aku lihat agak memerah mukanya..</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kok keras ya Kak?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Oh ini namanya penis kakak sedang ereksi” terangku dengan nafas yang memburu</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untunglah atau mungkin tepatnya sialnya! Rika tak meminta lebih jauh, terpaksa pulang dari rumah Rika aku langsung ke kamar mandi menuntaskan hasrat yang belum tersalurkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Senin pagi, aku sudah siap untuk memberikan privat, namun ternyata Elrika nya tidak ada, Jenny bilang mungkin hari ini tidak les, karena ada keperluan mendadak, dan sekarang sedang pergi dengan mamanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ya udah, gua balik ya Jen?” pamitku</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ntar dulu Yud, sini kita bicara ke kamar gua!”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku deg-degan, jangan-jangan Rika cerita peristiwa sabtu kemaren ke Jenny, namun aku berusaha setenang mungkin, setelah aku dikamarnya, tanpa basa-basi lagi Jenny pun menanyakan peristiwa kemaren sabtu, pas dengan dugaanku!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Yud, kemaren bener loe ngasih unjuk penis loe ke adik gua?”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku jawab apa adanya dan aku jelaskan sejujurnya bahwa Rika lah yang meminta! Untunglah Jenny tidak marah, malah dia pesan kepadaku untuk berhati-hati dengan adiknya!, aku jadi bingung sendiri!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Yud, sekarang kalau gua yang minta ngelihat penis loe boleh?” aku terkejutnya bukan main, aku pandangi wajahnya yang cantik, aku lihat tidak ada nada bercanda di sinar matanya,</div>
<div style="text-align: justify;">
“Memang kenapa Jen?” sahutku ragu</div>
<div style="text-align: justify;">
“Terus terang aja, gua penasaran, kata Rika penis loe gede, panjang lagi!” sahutnya tanpa malu-malu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku jadi terbawa berani.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ah, bohong Jen, biasa aja!”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ya udah sekarang buka, gua mau lihat!”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mungkin karena terbawa rasa takut, penisku tidak mau ereksi, aku keluarkan penisku yang masih loyo dihadapannya, ternyata reaksi Jenny cukup mengagetkanku.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Wow, gede banget Yud!”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Apanya yang gede, orang lagi tidur”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Punya pacar gua aja kalau lagi bangun tidak sepanjang dan segede ini Yud! Suer!”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Coba lu bangunin Yud!” pinta Jenny</div>
<div style="text-align: justify;">
Kali ini aku yang sudah bisa menguasai diri dari rasa takut, berbalik menggodanya</div>
<div style="text-align: justify;">
“Lu dong yang bangunin!” sahutku</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jenny diam, mungkin ragu, tapi tak lama, jari-jarinya yang lentik sudah menggenngam senjataku, tidak lebih dari 5 detik, senjataku langsung membengkak kaku dalam genggaman tangannya, aku perhatikan muka Jenny agak memerah, mungkin menahan gairah nafsunya,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Yud, terus terang, gua udah kenal 3 kontol sampai sekarang!, dan kontol loe yang paling gede!” sambil bicara Jenny dengan trampilnya mengocok senjataku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku merasakan nikmat yang luar biasa, aku mengerang tak sadar, dan tiba tiba saja Jenny memelukku, bibirnya yang sensual menerobos mulutku, Aku yang sudah dikuasai birahi pun tak kalah siap, Aku balas melumat bibir Jenny, lidah kami saling mendorong dan mengait, sementara tangan Jenny masih terus mengocok senjataku yang terasa semakin kaku dan membengkak, Sebenarnya aku sudah tak tahan ingin memuncratkan kenikmatan, namun aku ingat bahwa dalam cerita stensilan yang aku baca, aku sebagai lelaki tidak boleh keluar lebih dulu sebelum pasangan main kita keluar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku lepaskan pelukannya, aku serang Jenny dengan imajinasi-imajinasi yang aku dapat dari cerita dan film, aku rebahkan Jenny dikasurnya, kini aku yang menyerangnya, Aku cium seluruh wajahnya, dari dahi, hidung, bibir, pipi, lehenya, dan telinganya, sambil saling melumat bibir Jenny membuka kemejaku, aku pun tak mau kalah, membuka kaos tanktopnya, apalagi melihat rimbunnya bulu ketiak Jenny, nafsuku semakin tak terbendung, satu persatu pakaian kami bertebaran dilantai, kini tubuh kami berdua bagaikan bayi, polos tanpa sehelai benangpun.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Yud, tolong kunci pintu kamar dulu” pinta Jenny, suaranya agak serak mungkin karena terbawa gairah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah mengunci pintu kamar, Aku kembali menciumi seluruh tubuh Jenny, buah dadanya yang montok menjadi sasaran mulut dan jari-jariku, Tak puas-puasnya aku mencumbui seluruh permukaan tubuh Jenny, Aku keluarkan seluruh imajinasiku yang selama ini belum pernah tersalurkan, aku puaskan keinginanku tentang tubuh wanita, kekenyalan buah dada Jenny membuat aku betah berlama-lama di dadanya, Lidahku yang hangat mengecup puting buah dadanya yang masih merah, satu tanganku aku gunakan memilin puting buah dadanya yang satunya, sementara tanganku satu lagi menggosok-gosok memeknya yang sudah basah! Entah sudah berapa kali Jenny mengerang dan memintaku memaasukkan kontolku yang pentolnya sudah mengkilap oleh cairan nafsu! Namun aku belum puas, aku tak tahu berapa lama aku mencumbu dadanya, menciumi keteknya, apalagi menjilati memeknya! Akupun tak tahu berapa kali Jenny mengejang kaku melepaskan orgasmenya! Yang aku tahu aku harus selama mungkin mencumbunya! Memuaskannya, dan memuaskan seluruh keingintahuanku!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah seluruh tubuh Jenny dari leher sampai ujung kaki penuh dengan bekas cupanganku, akhirnya aku baru memasukkan senjataku yang kaku ke dalam memeknya yang sudah basah, Beberapa kali aku gagal memasukkan kontolku, akhirnya Jenny menggenggam senjataku menuntunnya pada lubang yang benar sambil berkata, “Tekan sekarang, Yud!”.</div>
<div style="text-align: justify;">
Perlahan aku tekan kontolku, akhirnya sedikit demi sedikit aku merasakan pertama kalinya kontolku memasukki memek, sungguh nikmatnya luar biasa, Aku lihat Jenny yang sudah kelelahan kembali bergairah.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Terus Yud!, tekan yang dalam!”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku mulai menggerakkan pinggangku seiring dengan keluar masuknya kontolku dalam celah sempit memek Jenny, Sekitar 5 menit aku memompa memek Jenny dengan nafsu, Aku berusaha keras semampuku menahan semprotan pejuku, tak lama Jenny mengapit pinggangku dengan dua pahanya yang gempal, matanya terbalik, dan tubuhnya mengejang disertai dengan jeritan kuat!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mungkin Jenny sudah keluar pikirku! Aku langsung mempercepat pompaanku, kontolku terasa semakin membengkak dalam memek Jenny yang sempit, akhirnya akupun tak tahan, aku segera cabut kontolku dari memek Jenny (sampai mengeluarkan bunyi “Plop”) dan kusemprotkan cairan nikmatku diatas perutnya.. aku memejamkan mata menikmati seluruh rasa nikmat diseluruh tubuhku, aku takpeduli spermaku berhamburan sampai kebuah dada Jenny bahkan saampai ke mukanya..</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Gila, loe hebat banget, Yud!” Jenny menciumku mesra, aku yang baru pertama merasakan nikmatnya dunia, masih penasaran, Aku kembali melumat bibir Jenny dan meremas-remas lembut buah dadanya!</div>
<div style="text-align: justify;">
“Udah, Yud! Gua cape, lagian udah siang! Bentar lagi kan sekolah!”</div>
<div style="text-align: justify;">
aku lihat jam sudah menunjukan 11.30 berarti bentar lagi harus sekolah, aku ngalah, aku kenakan pakaianku kembali!</div>
<div style="text-align: justify;">
“Jen, terus terang gua baru pertama kali ngewe”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Gua tahu, loe masih kaku tapi jujur, loe termasuk hebat!, cowok gua paling kuat 10 menit! Dan biasanya gua paling top sekali keluar! Bahkan sering tidak keluar! Tapi dengan loe tadi gua sampai 5 kali keluar!, dengkul gua sampai gemeter nih!”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Tapi ada yang gua nggak suka dari loe! Besok-besok jangan bikin cupangan kaya gini! Ntar kalau ketahuan pacar gua gimana? Untung masih hari senin!”</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku hanya mengangguk dan tersenyum..</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sejak itu keakraban aku dengan Jenny semakin tak terpisahkan, Di sekolah sudah tertanam image bahwa dimana ada Jenny pasti ada yudas! Aku bangga bisa memiliki Jenny meskipun aku tahu tidak mungkin 100%, Hari-hari yang aku lewati dengan Jenny semakin seru, tiada hari tanpa seks, bahkan pernah Jenny bicara dengan mamanya hanya dengan mengeluarkan kepalanya dari hordeng kamar, sementara aku dibelakangnya sedang asyik menusuk memeknya dengan gaya doggy.</div>
yunnileehttp://www.blogger.com/profile/15596533211185417604noreply@blogger.comIndonesia-0.789275 113.92132700000002-31.6684965 72.61273300000002 30.0899465 155.22992100000002tag:blogger.com,1999:blog-2527921526551706948.post-13425689365784218112016-12-12T02:53:00.000+07:002017-07-29T15:10:04.329+07:00Janda Kembang<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLspGYaDt-ZREInVBqo-9uwmJhz_9TIKR_GyMbvDD3ijJUyQ8DIYCvU5bcsO7oaovljIxzNUQ6V6tEZnvLN5_dEbos3hWVRNrnMuxiAT1CTvD-IC3BWHuXxZkclVmOLsaNowz-JD3dBTWk/s1600/download.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLspGYaDt-ZREInVBqo-9uwmJhz_9TIKR_GyMbvDD3ijJUyQ8DIYCvU5bcsO7oaovljIxzNUQ6V6tEZnvLN5_dEbos3hWVRNrnMuxiAT1CTvD-IC3BWHuXxZkclVmOLsaNowz-JD3dBTWk/s400/download.jpg" width="299" /></a></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Aku sebenarnya enggan memperkenalkan diri sebagai dokter, namun untuk kelengkapan cerita, aku terpaksa mengakui bahwa aku memang dokter.</div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
Telah belasan tahun berpraktek aku di kawasan kumuh ibu kota, tepatnya di kawasan Pelabuhan Rakyat di Jakarta Barat. Pasienku lumayan banyak, namun rata-rata dari kelas menengah ke bawah. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi sekalipun telah belasan tahun aku berpraktek dengan jumlah pasien lumayan, aku tetap saja tidak berani membina rumah tangga, sebab aku benar-benar ingin membahagiakan isteriku, bila aku memilikinya kelak, dan kebahagiaan dapat dengan mudah dicapai bila kantongku tebal, simpananku banyak di bank dan rumahku besar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun aku tidak pernah mengeluh akan keadaanku ini. Aku tidak ingin membanding-bandingkan diriku pada Dr. Susilo yang ahli bedah, atau Dr. Hartoyo yang spesialis kandungan, sekalipun mereka dulu waktu masih sama-sama kuliah di fakultas kedokteran sering aku bantu dalam menghadapi ujian. Mereka adalah bintang kedokteran yang sangat cemerlang di bumi pertiwi, bukan hanya ketenaran nama, juga kekayaan yang tampak dari Baby Benz, Toyota Land Cruiser, Pondok Indah, Permata Hijau, Bukit Sentul dll.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan pekerjaanku yang melayani masyarakat kelas bawah, yang sangat memerlukan pelayanan kesehatan yang terjangkau, aku memperoleh kepuasan secara batiniah, karena aku dapat melayani sesama dengan baik. Namun, dibalik itu, aku pun memperoleh kepuasan yang amat sangat di bidang non materi lainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://ceritamalam8899.blogspot.com/" target="_blank"><b>Janda Kembang</b></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Suatu malam hari, aku diminta mengunjungi pasien yang katanya sedang sakit parah di rumahnya. Seperti biasa, aku mengunjunginya setelah aku menutup praktek pada sekitar setengah sepuluh malam. Ternyata sakitnya sebenarnya tidaklah parah bila ditinjau dari kacamata kedokteran, hanya flu berat disertai kurang darah, jadi dengan suntikan dan obat yang biasa aku sediakan bagi mereka yang kesusahan memperoleh obat malam malam, si ibu dapat di ringankan penyakitnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saat aku mau meninggalkan rumah si ibu, ternyata tanggul di tepi sungai jebol, dan air bah menerjang, hingga mobil kijang bututku serta merta terbenam sampai setinggi kurang lebih 50 senti dan mematikan mesin yang sempat hidup sebentar. Air di mana-mana, dan aku pun membantu keluarga si ibu untuk mengungsi ke atas, karena kebetulan rumah petaknya terdiri dari 2 lantai dan di lantai atas ada kamar kecil satu-satunya tempat anak gadis si ibu tinggal.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Karena tidak ada kemungkinan untuk pulang, maka si Ibu menawarkan aku untuk menginap sampai air surut. Di kamar yang sempit itu, si ibu segera tertidur dengan pulasnya, dan tinggallah aku berduaan dengan anak si ibu, yang ternyata dalam sinar remang-remang, tampak manis sekali, maklum, umurnya aku perkirakan baru sekitar awal dua puluhan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Pak dokter, maaf ya, kami tidak dapat menyuguhkan apa apa, agaknya semua perabotan dapur terendam di bawah”, katanya dengan suara yang begitu merdu, sekalipun di luar terdengar hamparan hujan masih mendayu dayu.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Oh, enggak apa-apa kok Dik”, sahutku.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan untuk melewati waktu, aku banyak bertanya padanya, yang ternyata bernama Sri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ternyata Sri adalah janda tanpa anak, yang suaminya meninggal karena kecelakaan di laut 2 tahun yang lalu. Karena hanya berdua saja dengan ibunya yang sakit-sakitan, maka Sri tetap menjanda. Sri sekarang bekerja pada pabrik konveksi pakaian anak-anak, namun perusahaan tempatnya bekerja pun terkena dampak krisis ekonomi yang berkepanjangan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saat aku melirik ke jam tanganku, ternyata jam telah menunjukkan setengah dua dini hari, dan aku lihat Sri mulai terkantuk-kantuk, maka aku sarankan dia untuk tidur saja, dan karena sempitnya kamar ini, aku terpaksa duduk di samping Sri yang mulai merebahkan diri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tampak rambut Sri yang panjang terburai di atas bantal. Dadanya yang membusung tampak bergerak naik turun dengan teraturnya mengiringi nafasnya. Ketika Sri berbalik badan dalam tidurnya, belahan bajunya agak tersingkap, sehingga dapat kulihat buah dadanya yang montok dengan belahan yang sangat dalam. Pinggangnya yang ramping lebih menonjolkan busungan buah dadanya yang tampak sangat menantang. Aku coba merebahkan diri di sampingnya dan ternyata Sri tetap lelap dalam tidurnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pikiranku menerawang, teringat aku akan Wati, yang juga mempunyai buah dada montok, yang pernah aku tiduri malam minggu yang lalu, saat aku melepaskan lelah di panti pijat tradisional yang terdapat banyak di kawasan aku berpraktek. Tapi Wati ternyata hanya nikmat di pandang, karena permainan seksnya jauh di bawah harapanku. Waktu itu aku hampir-hampir tidak dapat pulang berjalan tegak, karena burungku masih tetap keras dan mengacung setelah ’selesai’ bergumul dengan Wati. Maklum, aku tidak terpuaskan secara seksual, dan kini, telah seminggu berlalu, dan aku masih memendam berahi di antara selangkanganku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku mencoba meraba buah dada Sri yang begitu menantang, ternyata dia tidak memakai beha di bawah bajunya. Teraba puting susunya yang mungil. dan ketika aku mencoba melepaskan bajunya, ternyata dengan mudah dapat kulakukan tanpa membuat Sri terbangun. Aku dekatkan bibirku ke putingnya yang sebelah kanan, ternyata Sri tetap tertidur. Aku mulai merasakan kemaluanku mulai membesar dan agak menegang, jadi aku teruskan permainan bibirku ke puting susu Sri yang sebelah kiri, dan aku mulai meremas buah dada Sri yang montok itu. Terasa Sri bergerak di bawah himpitanku, dan tampak dia terbangun, namun aku segera menyambar bibirnya, agar dia tidak menjerit. Aku lumatkan bibirku ke bibirnya, sambil menjulurkan lidahku ke dalam mulutnya. Terasa sekali Sri yang semula agak tegang, mulai rileks, dan agaknya dia menikmati juga permainan bibir dan lidahku, yang disertai dengan remasan gemas pada ke dua buah dadanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setalah aku yakin Sri tidak akan berteriak, aku alihkan bibirku ke arah bawah, sambil tanganku mencoba menyibakkan roknya agar tanganku dapat meraba kulit pahanya. Ternyata Sri sangat bekerja sama, dia gerakkan bokongnya sehingga dengan mudah malah aku dapat menurunkan roknya sekaligus dengan celana dalamnya, dan saat itu kilat di luar membuat sekilas tampak pangkal paha Sri yang mulus, dengan bulu kemaluan yang tumbuh lebat di antara pangkal pahanya itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kujulurkan lidahku, kususupi rambut lebat yang tumbuh sampai di tepi bibir besar kemaluannya. Di tengah atas, ternyata clitoris Sri sudah mulai mengeras, dan aku jilati sepuas hatiku sampai terasa Sri agak menggerakkan bokongnya, pasti dia menahan gejolak berahinya yang mulai terusik oleh jilatan lidahku itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sri membiarkan aku bermain dengan bibirnya, dan terasa tangannya mulai membuka kancing kemejaku, lalu melepaskan ikat pinggangku dan mencoba melepaskan celanaku. Agaknya Sri mendapat sedikit kesulitan karena celanaku terasa sempit karena kemaluanku yang makin membesar dan makin menegang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sambil tetap menjilati kemaluannya, aku membantu Sri melepaskan celana panjang dan celana dalamku sekaligus, sehingga kini kami telah bertelanjang bulat, berbaring bersama di lantai kamar, sedangkan ibunya masih nyenyak di atas tempat tidur.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mata Sri tampak agak terbelalak saat dia memandang ke arah bawah perutku, yang penuh ditumbuhi oleh rambut kemaluanku yang subur, dan batang kemaluanku yang telah membesar penuh dan dalam keadaan tegang, menjulang dengan kepala kemaluanku yang membesar pada ujungnya dan tampak merah berkilat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kutarik kepala Sri agar mendekat ke kemaluanku, dan kusodorkan kepala kemaluanku ke arah bibirnya yang mungil. Ternyata Sri tidak canggung membuka mulutnya dan mengulum kepala kemaluanku dengan lembutnya. Tangan kanannya mengelus batang kemaluanku sedangkan tangan kirinya meremas buah kemaluanku. Aku memajukan bokongku dan batang kemaluanku makin dalam memasuki mulut Sri. Kedua tanganku sibuk meremas buah dadanya, lalu bokongnya dan juga kemaluannya. Aku mainkan jariku di clitoris Sri, yang membuatnya menggelinjang, saat aku rasakan kemaluan Sri mulai membasah, aku tahu, saatnya sudah dekat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kulepaskan kemaluanku dari kuluman bibir Sri, dan kudorong Sri hingga telentang. Rambut panjangnya kembali terburai di atas bantal. Sri mulai sedikit merenggangkan kedua pahanya, sehingga aku mudah menempatkan diri di atas badannya, dengan dada menekan kedua buah dadanya yang montok, dengan bibir yang melumat bibirnya, dan bagian bawah tubuhku berada di antara kedua pahanya yang makin dilebarkan. Aku turunkan bokongku, dan terasa kepala kemaluanku menyentuh bulu kemaluan Sri, lalu aku geserkan agak ke bawah dan kini terasa kepala kemaluanku berada diantara kedua bibir besarnya dan mulai menyentuh mulut kemaluannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kemudian aku dorongkan batang kemaluanku perlahan-lahan menyusuri liang sanggama Sri. Terasa agak seret majunya, karena Sri telah menjanda dua tahun, dan agaknya belum merasakan batang kemaluan laki-laki sejak itu. Dengan sabar aku majukan terus batang kemaluanku sampai akhirnya tertahan oleh dasar kemaluan Sri. Ternyata kemaluanku cukup besar dan panjang bagi Sri, namun ini hanya sebentar saja, karena segera terasa Sri mulai sedikit menggerakkan bokongnya sehingga aku dapat mendorong batang kemaluanku sampai habis, menghunjam ke dalam liang kemaluan Sri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku membiarkan batang kemaluanku di dalam liang kemaluan Sri sekitar 20 detik, baru setelah itu aku mulai menariknya perlahan-lahan, sampai kira-kira setengahnya, lalu aku dorongkan dengan lebih cepat sampai habis. Gerakan bokongku ternyata membangkitkan berahi Sri yang juga menimpali dengan gerakan bokongnya maju dan mundur, kadangkala ke arah kiri dan kanan dan sesekali bergerak memutar, yang membuat kepala dan batang kemaluanku terasa di remas-remas oleh liang kemaluan Sri yang makin membasah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tidak terasa, Sri terdengar mendasah dasah, terbaur dengan dengusan nafasku yang ditimpali dengan hawa nafsu yang makin membubung. Untuk kali pertama aku menyetubuhi Sri, aku belum ingin melakukan gaya yang barangkali akan membuatnya kaget, jadi aku teruskan gerakan bokongku mengikuti irama bersetubuh yang tradisional, namun ini juga membuahkan hasil kenikmatan yang amat sangat. Sekitar 40 menit kemudian, disertai dengan jeritan kecil Sri, aku hunjamkan seluruh batang kemaluanku dalam dalam, kutekan dasar kemaluan Sri dan seketika kemudian, terasa kepala kemaluanku menggangguk-angguk di dalam kesempitan liang kemaluan Sri dan memancarkan air maniku yang telah tertahan lebih dari satu minggu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Terasa badan Sri melamas, dan aku biarkan berat badanku tergolek di atas buah dadanya yang montok. Batang kemaluanku mulai melemas, namun masih cukup besar, dan kubiarkan tergoler dalam jepitan liang kemaluannya. Terasa ada cairan hangat mengalir membasahi pangkal pahaku. Sambil memeluk tubuh Sri yang berkeringat, aku bisikan ke telinganya, “Sri, terima kasih, terima kasih..”.</div>
yunnileehttp://www.blogger.com/profile/15596533211185417604noreply@blogger.comIndonesia-0.789275 113.92132700000002-31.6684965 72.61273300000002 30.0899465 155.22992100000002tag:blogger.com,1999:blog-2527921526551706948.post-71624783272377673892016-12-12T02:50:00.001+07:002017-07-29T15:11:44.396+07:00Pulau Berminyak<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8GiGKp292X99NVjeC8VrA8UivAJ48nLpHqTOH7OVGB95InK1WglYKwxdMl-ByD1xNCSJEG9BmuKNAs2a46yFvHRKJltPyWxG6wwXNadqwXnqbVe9E3hXyIT0cv4M2LdEVibIIbNllCb7a/s1600/images+%25281%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="299" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8GiGKp292X99NVjeC8VrA8UivAJ48nLpHqTOH7OVGB95InK1WglYKwxdMl-ByD1xNCSJEG9BmuKNAs2a46yFvHRKJltPyWxG6wwXNadqwXnqbVe9E3hXyIT0cv4M2LdEVibIIbNllCb7a/s400/images+%25281%2529.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Siang itu kelelahan benar-benar menyapaku. Masih ada dua rute lagi harus kami jalani untuk sampai ke pulau Tarakan. Sementara Captain Frank (instruktur terbangku yang funky dan hobby tidur saat pesawat telah level di puncak ketinggian) masih terdengar dengkurnya yang nyaring. Sari, <a href="https://ceritamalam8899.blogspot.com/" target="_blank"><span style="color: blue;"><b>pramugari seksi dan montok</b></span></a> angkatan 24 meleburkan lamunanku.</div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
“Teh, kopi apa susu Mas?”.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Heh bukan gitu nanyanya”, kataku.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Trus?”.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Teh ama kopinya bener..”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Susunya?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Heh.., heh..”, sahutku nakal.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Dasar!”, katanya sambil senyum manis.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Oke, kopi instant tanpa gula”, akhirnya aku menjawabnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Captain?”.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ssst, beliau baru ibadah!”, kataku.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sari mengangguk geli sambil ngeloyor membuat kopi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Begitulah, sedikit bahasa kami saat di udara sana. Dan setelah menyelesaikan dua landing terakhir hari ini, sampai juga kita di Tarakan. Sebuah pantai penghasil minyak yang cukup mungil namun tampak jelas di ujung kanan atas pulau Kalimantan. Capt. Frank tampak lebih segar setelah istirahat di cockpit siang tadi. Maklum Tarakan adalah kampung halaman istrinya. Sedangkan Sari dan Noni tampak kelelahan duduk di belakang mobil yang mengantarkan kami ke hotel tempat kami biasa beristirahat.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-weight: bold;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Pulau Berminyak</b></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Sebenarnya Sari dan Noni cukup cantik untuk menjadi teman apa dan ke mana saja. Sari bermuka antara Padang dan Menado, matanya sipit, rambutnya ikal seksi, tubuhnya khas pramugari dengan kaki dan punggung indah ditambah kebiasaannya fitness dua hari seminggu sehingga mukanya tampak selalu memerah segar. Sedangkan Noni bertubuh sintal dan wajah manis khas Semarang. Keduanya tampak indah selama perjalanan kerja lima hari ini. Namun keduanya tak begitu menarik kelelakianku untuk menjelajah cukup jauh. Bagiku Pramugari is just pramugari. Terlalu riskan untuk didekati, apalagi pramugari baru seperti mereka.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kebanyakan mereka bersih. Namun karena informasi yang dijejalkan oleh para senior mereka sangat padat, akhirnya banyak juga yang bertumbangan karena tergoda ingin mencoba lebih “menyelami” pekerjaan mereka sebagai pramugari. Telah beberapa orang sebelum angkatan mereka masuk telah kutelusuri pola kehidupannya. Rata-rata mereka tercebur ke dunia pengajian (pengasah bijian -> sorry bahasa ‘penerbangan’) diawali dengan latihan pacaran dengan beberapa Co-pilot, Captain, pramugara, atau penumpang yang kebetulan satu hotel. Mereka melepas keperawanan mereka hanya untuk melapangkan dunia seks mereka yang seluas rute yang mereka jelajahi. Sorry buat yang merasa jadi pramugari baik-baik. But it’s true. Skandal pilot-pramugari memang benar ada. Makanya para pilot senior mukanya selalu cerah kalau ada penerimaan pramugari baru apalagi kalau sudah mulai boleh terbang, wah bakalan pada rebutan deh jadwal terbangnya. Bagi yang hobby hunting, just try it!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Buatku yang hidup di lapangan yang sama, bertualang dengan pramugari hanya akan mengurangi naluri jelajahku. Nah kisahku kali ini bukan pengalaman me”reyen” para pramugari itu, karena peristiwa di Tarakan ini cukup unik, makanya sekarang terpampang di sini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah sampai di hotel, kami berempat check in. Petugas hotelnya kebetulan 2 orang wanita. Karena sudah beberapa kali menginap di hotel yang sama, keakraban pun telah ada antara kami dengan para petugas hotel (beberapa office boy malah sudah hapal dengan pilot-pilot yang selalu menanyakan foto ‘artis’ baru di hotel itu)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sementara ketiga ‘rekan’ kerjaku sudah menuju kamar masing-masing, aku kembali ke mobil sebentar mengambil tasku yang tertinggal. Dan kalau mau percaya, hal itu kulakukan karena aku sering melihat melalui ujung mataku, seorang dari kedua petugas check in itu selalu berusaha mencuri perhatianku. Dari arah pintu masuk aku berjalan perlahan dengan pandangan mata hampir tak berkedip ke arah receptionist itu. Dan dugaanku memang tak meleset. Dasar memang kisah nyata ini harus terjadi. Dia memberi kode pada teman satunya untuk sedikit ‘menyingkir’ dari kami.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sampai di mejanya, dengan senyum yang tak pernah kubuat-buat kami akhirnya saling berkenalan. Wajahnya memang manis, Noni masih kalah karena yang ini lebih dewasa face-nya. Tubuhnya biasa, tingginya biasa, hanya saat kami bertemu pandang ada sedikit aliran darah yang ’salah’ masuk urat rasanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ini kuncinya Mas”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Lho kok Mas?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ini sekalian ID-nya Mas, saya juga orang jawa kok..”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Jawa?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Iya saya dari Solo, Mas pasti orang jawa, omongnya kan medok”, katanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Heh.., he.., iya ya.., eh ada juga putri solo di sini..”, kataku datar.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Kamar 201 Mas”, katanya sambil menyorongkan kunci kamar.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Makasih, sibuk ya?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Belum”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Banyak tamu?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Biasa Mas”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Nanti ngobrol yuk”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ini juga ngobrol”, katanya</div>
<div style="text-align: justify;">
“Temen kamu mana?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ke pantry”, mukanya memerah.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ooo..”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ya udah, nanti aku yang telpon kamu.., Oke?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Iya Ias”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Namamu siapa?”, tanyaku sambil melirik kartu nama di dada kirinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ana.., kalo Mas?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Nanti di telepon aja, dinding-dinding sini bertelinga”, kataku sok gentle.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kuterima kunci kamar yang ia sorongkan, tak luput aku pegang tanganya yang menjulurkan kunci. Matanya melirik tajam penuh arti, meskipun bukan pandangan nakal. OK enough, ini yang aku cari.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Jam enam aja Mas telponnya”, bisiknya cepat. Aku mengangguk lalu menaiki tangga menuju kamar. Sampai di kamar, jam masih menunjuk pukul setengah lima. “Ah untung masih sempat istirahat”, pikirku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku buka dasi, ID, wing, bolpoint lalu kuletakkan di atas meja dengan rapi beserta topi petnya. Kulepas sepatu, kumasukkan seluruh pakaiannku termasuk dalaman dan kaus kaki ke dalam tas plastik tempat cucian, lalu kutaruh di luar pintu kamar agar besok pagi siap untuk another flight. Kunyalakan air di bath up. setelah air hangat penuh aku berendam selama seperempat jam untuk ‘merebus’ otot-otot sekaligus mengendorkannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jam enam kurang satu menit, masih dengan tubuh basah aku keluar dari kamar mandi karena telepon berbunyi. Rupanya dari para pramugari.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Mas mau makan di mana?”, kudengan suara Sari yang sekamar dengan Noni.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Aduh, kayaknya captain ke rokum mertokatnya tuh..”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Berarti?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Yah, kalian pesen aja dari kamar, kan kita baru hari pertama di sini..”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Iya Mas mana cape lagi”, katanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ya udah, istirahat aja dulu, besok baru kita jalan-jalan cari ma’em di luar?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Mas gak pa-pa?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Udah santai aja kalo ama ogut, aku gak sama koq ama co-pil laen yang harus makan barenglah, inilah.., itulah.., capek!”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Iya deh Mas makasih ya..”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Yup!”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kututup telepon.., eehh bunyi lagi.. Kuangkat, terdengar suara si Ana di ujung sana.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Mas sorry aku yang nelpon, abis ruang operator baru sepi nih..”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Eh, aku dong yang sorry.., terlambat tiga menit nelpon kamu..”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ya Mas aku tahu, kan di ruang operator, emang baru ngobrol penting ya tadi sama pramugari di kamar 204?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ah enggak, mereka cuman mau nanya mau makan di mana kok..”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ooo”, sahutnya</div>
<div style="text-align: justify;">
“Eh Mbak Ana pulang jam berapa?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Lho kok pake Mbak?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Abis umurku baru dua dua dan Mbak kayaknya udah lama kerja di sini..”, jelasku.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Panggil aja Ana jangan pake Mbak, o iya coba tebak umurku berapa..”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Engng.., dua lima”, kataku.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Salah”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Dua lapan!”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Lho koq tahu?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Kan nebak..”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Iya dua lapan tua ya?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Enggak juga, malah aku kira dua lima tadi”, aku yakin hatinya agak meremang di ujung sana.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Mau makan di mana?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Mau nemenin?”, tanyaku</div>
<div style="text-align: justify;">
“Mmm.., besok kali ya..”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Sekarang aja deh..”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Eh, kalo sekarang ngobrol dulu”, katanya ngajarin, (kan lebih tua).</div>
<div style="text-align: justify;">
“Uh kelamaan ngobrol kapan akrabnya!”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Kan nggak enak ngobrol di telepon..”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ke sini dong”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Eh, ke kamar?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Iya”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Waduh..”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Kenapa.., takut?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Enggak.., gak enak aja kalo ketemu temen di lantai dua”</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku diam sebentar, aku yakin Ana baru berpikir keras. Dalam hati aku bertanya, kok tumben ngobrolnya lancar gini.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ya udah, kamu buka sedikit deh kamarnya, aku naik ke lantai dua, kalo sepi aku langsung masuk kamar deh..”, katanya tak kuduga.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Iya deh, aku tunggu..”, kataku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kututup telepon dan buru-buru kupakai kaos dan celana pendekku. Belum tiga menit pintu terbuka dengan cepat, Ana masuk lalu menutup pintu dengan cepat pula. Aku hanya melongo melihat kenekatannya. Ana tersenyum, jelas terlihat nafasnya yang ngos-ngosan karena deg-degan, matanya tak lepas memandangku. Kuhampiri, kupeluk dia agar agak cepat ketegangannya menurun.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Hampir..”, katanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku hanya tersenyum.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Baru sekali ini aku masuk ke kamar tamu hotel, habis..”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Kenapa?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Nov, namamu Nova kan? kamu mirip sama almarhum mantanku yang di Solo..”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku bengong.. Ternyata, caraku berjalan, berbicara dan bercanda sangat mirip dengan pacarnya yang telah tiada yang menyebabkan dia depresi lalu dibawa ke Tarakan oleh ayahnya dan dikawinkan dengan orang Tarakan. Ana bercerita panjang lebar kepadaku di tempat tidur sambil kupeluk.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah selesai dan capek bercerita, kucium bibirnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
“suamimu?”, tanyaku.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Di rumah, aku gak pernah cerita sama dia”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Kamu lima tahun lebih muda menurut mataku..”</div>
<div style="text-align: justify;">
Ana menggelayut manja, tak tampak lagi kepiluan di matanya, mungkin dia sudah tidak peduli, baginya aku adalah pacarnya yang masih hidup. Kerinduannya bergejolak berpadu dengan sugesti dan fantasinya yang terpendam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kubelai kepalanya sambil kucium bibirnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ih, mesra juga”, katanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Busyet kataku dalam hati, sengaja kuhanyutkan diriku ke dalam imaginasinya. Aneh, seperti disirep, kucium pipinya, mulutnya.., berhenti lama di situ.. mulut kami berpagut seperti memecah ribuan rindu. Lidah kami bermain di sana. Sungguh, pengalaman kali ini seperti dongeng. Kuturunkan lidahku ke arah lehernya.., menggelinjang.., matanya terpejam, tangannya bergidik seperti menahan gelombang perasaannya sendiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan gigi, kubuka satu persatu kancing bajunya dari atas, aku sendiri heran, biasanya tak sesabar ini. Setelah terbuka bajunya, tampaklah sepasang dada yang indah. Kupandangi.., sengaja tak kucium, aku tahu Ana menunggunya. Tanpa Ana sadari, dari pinggang, tanganku langsung masuk ke spannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Hekhh..”, Ana melotot saat terasa kedua tanganku langsung meremas kedua pantatnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Heh.., heh.., jangan sembarangan ya Mbak..”, kataku dalam hati.</div>
<div style="text-align: justify;">
Buah dadanya masih menantang tepat di depan kedua mataku.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Nov..”</div>
<div style="text-align: justify;">
Matanya terbuka menantangku melakukan yang lebih. Tangan kiriku masih menopang pantatnya, tangan kananku dengan cepat dan sedikit kasar merangsek ke vaginanya. Sekarang matanya malah melotot, sekali-sekali kelopaknya bergetar menatap mataku. Kusambut tatapannya dengan dingin.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Mmmffh.., mmhh..”, tampak Ana menahan sensasinya. Matanya semakin memberi tenaga pada sang penis di belahan pahaku. Sekarang giliran jari tengah kiriku menyodok lubang duburnya. Tampaknya Ana tidak menyangka itu akan kulakukan, “Slett..”, dua ruas jari tengah sukses menyetubuhi pantatnya yang kuning mulus itu. “Hmm.., eehh..”, nafasnya mulai memburu. Kulanjutkan jari tengah kananku dan.., “slet..!”, langsung tiga ruas masuk ke sana, jempolku menekan clitorisnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Haah.., Nov.., hmm..”. Ular dipelukanku yang tadi diam dengan tabah kini berkelenjotan dengan panik tapi yang meyebabkanku makin sayang padanya adalah matanya. Seolah-olah Ana ingin menyaksikan dunia nakal di balik mataku. Tangannya menggapai-gapai meskipun ada tubuhku di depannya. Ana masih belum menyerah, dia masih terbang dengan kerinduannya, jauuh.., tinggi.., tak tahu sampai di mana. Selagi Ana meliuk-liukkan tubuhnya dengan ganas, kulepas dengan tiba-tiba kedua jariku dari kedua lobangnya. Kubanting tubuhnya ke ranjang, kuarahkan penisku ke wajahnya dan di sambut kuluman mesra pada penisku, kuikuti french kiss pada vaginanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Mmmhh.., sshh.., mmhh.., ahkk..”, dan sepanjang waktu 20 menit berikutnya kita berkutat dalam posisi terbalik dengan posisi 69. Clitorisnya semerah daging babi yang baru direbus, vaginanya banjir bandang, baunya wangi seperti arak cina bercampur wijen.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Akh.., ahhkk.., iikhh.., Nov.., Nov.., ahh..”, erangan Ana diikuti gerakan mengejan eksotis di pinggulnya. Striptease di Fort-street selandia sana masih kalah jauh dengan yang satu ini. Desah dan erangan Ana tiba-tiba berhenti. “Srepp.., srreepp..”, mulutnya berhenti di penisku, rupanya Ana tak terima berkali-kali orgy sendirian, dia betot penisku dan dimasukkan penuh ke dalam mulutnya sementara salah satu jarinya entah yang mana mulai membalas dendam perlakuanku pada awal permainan tadi. Ya, jarinya ia masukkan ke duburku bersamaan dengan energy memuncaknya Ana menyedot dan mengocok jarinya yang tenggelam dengan tak teratur.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pembaca, bukan main yang kami alami saat itu. Dalam satu kesempatan yang tak terhitung lagi, meledaklah kedua puncak birahi kita secara bersamaan, berisiknya sudah tak terkira lalu hening. Kubalik posisi hingga kini Ana berada di atasku. Sambil megap-megap Ana memasukkan penisku ke liang vaginanya. Tak tahu bagaimana caranya penis yang mulai lemas itu akhirnya terpendam di dalam vagina Ana yang berkedut-kedut, sementara antara sadar dan enggan berdiri, sang penis secara perlahan mulai sadar kembali hingga tak sempat lemas lunglai. Rupanya Ana secara naluri tahu cara membooster penis agar cepat ereksi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sekian puluh detik berlalu, penisku siap bertempur di liang vaginanya. Ana pasti sudah tahu itu tapi Mbak yang satu ini rupanya memiliki “sesuatu” meski telah kuyup badan kami berdua, meskipun napas tinggal satu-satu nampaknya pertarungan sesungguhnya segera berlangsung.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selanjutnya aku sendiri bingung menceritakannya seingatku, badannya memelukku dengan erat, tangannya memegang kedua pantatku. Kedua tanganku disuruhnya memeluk erat punggungnya lalu ia menyuruhku memejamkan mata dan kepalanya turun menempel di leher kiriku, mukanya tenggelam di bantal. Kuturuti semua pesannya, “Nurut aku ya Nov, kamu diem aja, kalo gak bisa nahan ikutin naluri aja, jangan mikirin apa-apa, jangan pake teori.. sekarang diem dan nikmatin aja..”. Begitulah kira-kira instruksi singkat yang kudengar samar-samar di telingaku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tiba-tiba, “Sutt.., srruutt..”, tak tahu apa yang dilakukan dengan pinggulnya, yang jelas gerakannya membuat tulang-tulangku serasa lolos sampai sunsumnya. Aku melotot tak mampu berteriak, dadaku sesak dan tenagaku hanya terkumpul di tiga titik, dua telapak tangan dan penis. Sepertinya penisku hampir meledak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Gilaa, kuremas apa yang bisa kuremas, sementara aku tak bisa melihat muka Ana, dadanya masih menindih dadaku, tangannya masih di pantatku tapi pantatnya seperti ombak melebur-lebur dahsyat. Entah berapa menit Ana memacuku seperti itu, mataku berkunang-kunang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tiba-tiba badannya tersentak ke belakang, posisi Ana sekarang terduduk, sekilas aku sempat melihat Ana mengatur nafasnya, “Hhh.., sshh.., mmhHP..”, rupanya mukanya ia tempelkan di kasur agar tak bernafas dan nampaknya serangan kedua telah siap ia lakukan. Aku kini lebih siap, kutarik nafas dalam-dalam lalu “Sssyyuutt..”, seperti ada angin di dalam tubuhku ke arah penisku yang terasa kempot-kempot.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Gila!, apalagi nih.., dan aku tak mampu bernapas, dadaku sesak, kandung kemihku serasa dibetot-betot.., dan di puncak kenikmatan ini air maniku terasa bagaikan air bah dari dam yang jebol. Ana menggigit kencang bantal di mukanya, kukunya mencengkram kencang pantatku, vaginanya bagaikan vacuum cleaner super. “Crott.., croott.., crott”. Kami tak mampu berteriak, kami ledakkan sensasinya di dalam dada. Gila, baru sekali ini aku merasakan hal yang luar biasa seperti ini. Dan hebatnya lagi, Ana langsung bangkit dari dadaku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“nova.., sudah malam.., aku pulang dulu..”</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku cuma melongo tapi tak mampu untuk bangkit apalagi mencegahnya, mataku berkunang-kunang saat Ana selesai berpakaian, dan akupun tertidur karena kecapaian.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku terbangun saat jam menunjukkan pukul empat pagi. Saat kulihat selembar kertas tertempel di kaca hias. Ana meninggalkan pesan, “Nova sayang, kamu baik sama Ana, besok ngobrol lagi”. Di balik kertas itu dia meninggalkan nomor telepon rumahnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan lima hari tugas di Tarakan hampir setiap malam hal yang sama terjadi, namun kami melakukannya di lain hotel di kamar nomor 13. Sekarang kadang aku merindukan ketabahannya itu, bukan main.., bahkan hal itu tak terulang lagi padahal aku sangat merindukan belaian serta pelayanan dari Ana.</div>
yunnileehttp://www.blogger.com/profile/15596533211185417604noreply@blogger.comIndonesia-0.789275 113.92132700000002-31.6684965 72.61273300000002 30.0899465 155.22992100000002tag:blogger.com,1999:blog-2527921526551706948.post-12156694733209312142016-12-10T03:18:00.003+07:002016-12-10T03:18:57.223+07:00Kakak Ketagihan Ngeseks Dengan Adik Kandung<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5i7YB28pD13eWWE7OXliFJJF9Be-J7KzmjaJbwcvgAr988DE3KcuzYC63uVUMQ59xwAQ70woRr5Ne6_t4HnP4020AP6gSrPhj_j3qFxJrCqd4uKYFLPN3Vu1w0F0lYFQKyFr6Dl8XBJw4/s1600/images+%2528188.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5i7YB28pD13eWWE7OXliFJJF9Be-J7KzmjaJbwcvgAr988DE3KcuzYC63uVUMQ59xwAQ70woRr5Ne6_t4HnP4020AP6gSrPhj_j3qFxJrCqd4uKYFLPN3Vu1w0F0lYFQKyFr6Dl8XBJw4/s320/images+%2528188.jpg" width="244" /></a></div>
Nama gue Erlina, saat ini tercatat sebagai mahasiswi ekonomi Universitas swasta yang ada di Bandung. Ayah gw berasal dari Bandung, sedangkan ibu gw asli Sukabumi, mereka tinggal di Sukabumi.ini menceritakan kisah nyataku yang terjadi saat masih duduk dibangku sekolah, tepatnya saat kelas 1 SMA. Dan skandal seks tabu ini masih terus berlanjut sampai detik ini! gw terus kecanduan ngentot ama adik kandung gw sendiri. Sebagai kakak kandung hasrat hubungan sex dengan adik itu slalu saja gagal kubendung.<br />
<br />
Gw anak yang paling tua dari tiga bersaudara. Gw mempunyai satu adik laki-laki dan satu adik perempuan. Umurku berbeda 1 tahun dengan adik lelakiku namu adik perempuanku beda lagi 10 tahun. Kami sangat dimanja oleh orang tua kami, sehingga tingkahku yang tomboy dan suka maksa pun tidak dilarang oleh mereka. Begitupun dengan adikku yang tidak mau disunat walaupun dia sudah kelas 2 SMP.<br />
<br />
<b>Kakak Ketagihan Ngeseks Dengan Adik Kandung</b><br />
Waktu kecil, Gw sering mandi bersama bersama adik gw, tetapi sejak dia masuk Sekolah Dasar, kami tidak pernah mandi bersama lagi. Walaupun begitu, Gw masih ingat betapa kecil dan keriputnya penis adik gw. Sejak saat itu, Gw tidak pernah melihat lagi penis adik gw. Sampai suatu hari, Gw sedang asyik telpon dengan teman cewekku. Gw telpon berjam-jam, kadang tawa keluar dari mulutku, kadang kami serius bicara tentang sesuatu, sampai akhirnya Gw rasakan kandung kemihku penuh sekali dan Gw kebelet pengen pipis. Benar-benar kebelet pipis sudah di ujung lah. Cepat-cepat kuletakkan gagang telpon tanpa permisi dulu sama temanku. Gw berlari menuju ke toilet terdekat. Ketika kudorong ternyata sedang dikunci.<br />
<br />
hallow..! Siapa di dalam buka dong..! Udah nggak tahan..! Gw berteriak sambil menggedor-gedor pintu kamar mandi<br />
Iyaaaaaaa..! Wait..! ternyata adikku yang di dalam. Terdengar suaranya dari dalam.<br />
Nggak bisa nunggu..! Cepetan..! kata Gw memaksa.<br />
aduhhhhhhhh….. Gw benar-benar sudah tidak kuat menahan ingin pipis.<br />
<br />
kreottttttt..! terbuka sedikit pintu toilet, kepala adikku muncul dari celahnya.<br />
Ada apa sih kak? katanya.<br />
Tanpa menjawab pertanyaannya, Gw langsung nyerobot ke dalam karena sudah tidak tahan. Langsung Gw jongkok, menaikkan rokku dan membuka celana dalamku.<br />
criitttttt keluar air seni dari vagina Gw.<br />
Kulihat adikku yang berdiri di depanku, badannya masih telanjang bulat.<br />
<br />
Yeahhhhh..! Sopan dikit napa kak? teriaknya sambil melotot tetap berdiri di depanku.<br />
Waitttt..! Udah nggak kuat nih, kata Gw.<br />
Sebenarnya Gw tidak mau menurunkan pandangan mata Gw ke bawah. Tetapi sialnya, turun juga dan akhirnya kelihatan deh burungnya si adik gw.<br />
hahahahah.. Masih keriput kayak dulu, cuma sekarang agak gede dikit kataku dalam hati.<br />
Gw takut tertangkap basah melihat kontolnya, cepat-cepat kunaikkan lagi mata Gw melihat ke matanya. Eh, ternyata dia sudah tidak melihat ke mata Gw lagi. Sialan..! Dia lihat vagina Gw yang lagi mekar sedang pipis. Cepat-cepat kutekan sekuat tenaga otot di vagina Gw biar cepat selesai pipisnya. Tidak sengaja, kelihatan lagi burungnya yang masih belum disunat itu. Sekarang penisnya kok pelan-pelan semakin gemuk. Makin naik sedikit demi sedikit, tapi masih kelihatan lemas dengan kulupnya masih menutupi helm penisnya.<br />
<br />
Sialan nih adikku. Malah ngeliatin lagi, mana belum habis nih air kencing..! Gw bersungut dalam hati.<br />
o0oooo.. Kayak gitu ya Kak..? katanya sambil tetap melihat ke vagina Gw.<br />
Eh kurang ajar Lu ya dik! langsung saja Gw berdiri mengambil gayung dan kulemparkan ke kepalanya.<br />
Kletokkkk..! kepala adikku memang kena pukul, tetapi hasilnya air kencingku kemana-mana, mengenai rok dan celana dalamku.<br />
<br />
Ya… basah deh rok kakak… katGw melihat ke rok dan celana dalamku.<br />
Syukurin..! Makanya jangan masuk seenaknya..! katanya sambil mengambil gayung dari tanganku.<br />
Mandi lagi ahh..! lanjutnya sambil menyiduk air dan menyiram badannya.<br />
Terus dia mengambil sabun dan mengusap sabun itu ke badannya.<br />
Waduh.., sialan nih adik gw! sungutku dalam hati.<br />
Waktu itu Gw bingung mau gimana nih. Mau keluar, tapi Gw jijik pake rok dan celana dalam yang basah itu. Akhirnya kuputuskan untuk buka celana dalam dan rokku, lalu pinjam handuk adikku dulu. Setelah salin, baru kukembalikan handuknya.<br />
<br />
Udah.., pake aja handuk Gw kak! kata adikku.<br />
Sepertinya dia mengetahui kebingunganku. Kelihatan kontolnya mengkerut lagi.<br />
Jadi lucu lagi gitu..! Hihihi..! dalam hatiku.<br />
Gw lalu membuka celana dalam gw yang warnanya merah muda, lalu dilanjutkan dengan membuka rok. Kelihatan lagi deh memek Gw. Gw takut adikku melihatku dalam keadan seperti itu. Jadi kulihat adik gw. Eh sialan, dia memang memperhatikan Gw yang tanpa celana.<br />
<br />
kakak Memek tu emang gemuk kayak gitu ya..? kakakaka..! katanya sambil nyengir.<br />
Sialan, dia menghina vagina Gw, Daripada culun kayak punya lhoo..! kata Gw sambil memukul bahu adik gw.<br />
Eh tiba-tiba dia berkelit, wakzzzzzz..! katanya.<br />
Karena Gw memukul dengan sekuat tenaga, akhirnya Gw terpeleset. Punggungku jatuh ke tubuhnya. Kena deh pantatku ke penisnya.<br />
Iiihhh.., rasanya geli banget..! cepat-cepat kutarik tubuhku sambil bersungut, Huh..! kakak sih..!<br />
<br />
kak.. kata Kakak tadi culun, kalau kayak gini culun nggak..? katanya mengacuhkan omonganku sambil menunjuk ke penisnya.<br />
Kulihat penisnya mulai lagi seperti tadi, pelan-pelan semakin gemuk, makin tegak ke arah depan.<br />
Ya.. gitu doang..! Masih kayak anak SD ya..? kata Gw mengejek dia.<br />
Padahal Gw kaget juga, ukurannya bisa bertambah begitu jauh. Ingin juga sih tahu sampai dimana bertambahnya. Iseng Gw tanya, Gedein lagi bisa nggak..? kata Gw sambil mencibir.<br />
Bisa..! Tapi kakak harus bantu dikit dong..! katanya lagi.<br />
Megangin ya..? Wisssss.., ya nggak mau lah..! kataku.<br />
Bukan..! kakak taruh ludah aja di atas kontolku..! jawabnya.<br />
<br />
Karena penasaran ingin melihat penis cowok kalau lagi penuh, kucoba ikuti perkataan dia.<br />
Gitu doang kan..? Mau kakak ngeludahin Kamu mah. Dari dulu Kakak pengen ngeludahin Kamu” ujarku<br />
Sialan nih adikku, Gw dikerjain. Kudekatkan kepal Gw ke arah penisnya, lalu Gw mengumpulkan air ludahku. Tapi belum juga Gw membuang ludahku, kulihat penisnya sudah bergerak, kelihatan penisnya naik sedikit demi sedikit. Diameternya makin lama semakin gede, jadi kelihatan semakin gemuk. Dan panjangnya juga bertambah. keren banget melihatnya. Geli di sekujur tubuh melihat itu semua. Tidak lama kepala penisnya mulai kelihatan di antara kulupnya. Perlahan-lahan mendesak ingin keluar. Wahh..! Bukan main perasaan senangku waktu itu. Gw benar-benar asyik melihat helm itu perlahan muncul.<br />
Akhirnya bebas juga kepala penis itu dari halangan kulupnya. Penis adikku sudah tegang sekali. Menunjuk ke arahku. Warnanya kini lebih merah. Gw jadi terangsang melihatnya. Kualihkan pandangan ke adikku.<br />
Hehe… dia ke arahku. Masih culun nggak..? katanya lagi. Hehe..! Macho kan kak! katanya tetap tersenyum.<br />
Tangannya tiba-tiba turun menuju ke selangkanganku. Walaupun Gw terangsang, tentu saja Gw tepis tangan itu.<br />
<br />
Apaan sih dik..! kubuang tangannya ke kanan.<br />
Kak..! Please kakkk.. Pegang aja kak… Nggak akan diapa-apain… Gw pengen tahu rasanya megang itu-nya cewek. Cuma itu aja kak.. kata adik gw, kembali tangannya mendekati selangkangan dan mau memegang memek gw.<br />
ehmmmm.. sebenarnya Gw mau jaga image, masa mau sih sama adik sendiri, tapi Gw juga ingin tahu bagaimana rasanya dipegang oleh cowok di memek!hihihii…<br />
Inget..! Jangan digesek-gesekin, taruh aja tanganmu di situ..! akhirnya Gw mengiyakan. Deg-degan juga hati ini.<br />
<br />
Tangan adik gw lalu mendekat, bulu kemaluanku sudah tersentuh oleh tangannya. Ihh geli sekali… Gw lihat penisnya sudah keras sekali, kini warnanya lebih kehitaman dibanding dengan sebelumnya. opppssttttt… Hangatnya tangan sudah terasa melingkupi vagina Gw. Geli sekali rasanya saat bibir vagina Gw tersentuh telapak tangannya. Geli-geli nikmat di syaraf vagina Gw. Gw jadi semakin terangsang sehingga tanpa dapat ditahan, vagina Gw mengeluarkan cairan.<br />
Hihihi.. kakak terangsang ya..?<br />
Enak aja… sama adik mah mana bisa terangsang..! jawabku sambil merapatkan selangkangan gw agar cairannya tidak semakin keluar.<br />
Ini basah banget apaan Kak..?<br />
Itu sisa air kencing Kakak tahuuu..! kata Gw berbohong padanya.<br />
Kak… memek tu anget, empuk dan basah ya..?<br />
Tau ah… Udah belum..? Gw berlagak sepertinya Gw menginginkan situasi itu berhenti, padahal sebenarnya Gw ingin tangan itu tetap berada di situ, bahkan kalau bisa mulai bergerak menggesek bibir memek Gw.<br />
<br />
Kak… gesek-gesek dikit ya..? pintanya.<br />
Tuh kan..? Katanya cuma pegang aja..! Gw pura-pura tidak mau.<br />
Dikit aja Kak… Please..!<br />
Terserah adik aja deh..! Gw mengiyakan dengan nada malas-malasan, padahal mau banget tuh. Hihihi.. Habis enak sih…<br />
Tangan adik gw lalu makin masuk ke dalam, terasa bibir vagina Gw terbawa juga ke dalam.<br />
uhhhhhh..! Hampir saja kata-kata itu keluar dari mulut gw. Rasanya nikmat sekali. Otot di dalam vagina Gw mulai terasa berdenyut. Lalu tangannya ditarik lagi, bibir vagina Gw ikut tertarik lagi.<br />
Ouughhhhhhhhh..! akhirnya keluar juga desahan nafasku menahan rasa nikmat di vagina Gw.<br />
Badanku terasa limbung, bahuku condong ke depan. Karena takut jatuh, Gw bertumpu pada bahu adik gw.<br />
<br />
Enak ya kak..?<br />
Heeheee.., jawabku sambil memejamkan mata.<br />
Tangan adik gw lalu mulai maju dan mundur, kadang klitoris gw tersentuh oleh telapak tangannya. Tiap tersentuh rasanya nikmat luar biasa, badan ini akan tersentak ke depan.<br />
kak..! Adek juga pengen ngerasaain enaknya dong..!<br />
Kamu mau diapain..? jawab gw lalu membuka mata dan melihat ke arahnya.<br />
Ya pegang-pegangin juga..! katanya sambil tangan satunya lalu menuntun tanganku ke arah kontolnya.<br />
Kupikir egois juga jika Gw tidak mengikuti keinginannya. Kubiarkan tangannya menuntun tangan gw. Terasa hangat penisnya di genggaman tangan ini. Kadang terasa kedutan di dalamnya. Karena masih ada sabun di penisnya, dengan mudah Gw bisa memaju-mundurkan tanganku mengocok penisnya.<br />
<br />
Kulihat tubuh adikku kadang-kadang tersentak ke depan saat tanganku sampai ke pangkal penisnya. Kami berhadapan dengan satu tangan saling memegang kemaluan dan tangan satunya memegang bahu.<br />
Tiba-tiba dia berkata, Kak..! Titit Adek sama memek Kakak digesekin aja yah..!<br />
hooh Gw langsung mengiyakan karena Gw sudah tidak tahan menahan rangsangan di dalam tubuh.<br />
Lalu dia melepas tangannya dari vagina Gw, memajukan badannya dan memasukkan penisnya di antara selangkangan gw. Terasa hangatnya batang penisnya di bibir vagina Gw. Lalu dia memaju-mundurkan pinggulnya untuk menggesekkan penisnya dengan vagina Gw.<br />
<br />
ohhhhh..! Gw kini tidak malu-malu lagi mengeluarkan erangan.<br />
Dek… masukin aja..! Kakak udah nggak tahan..! Gw benar-benar sudah tidak tahan, setelah sekian lama menerima rangsangan. Gw akhirnya menghendaki sebuah penis masuk ke dalam memek Gw.<br />
Iya Kak..!<br />
Lalu dia menaikkan satu paha Gw, dilingkarkan ke pinggangnya, dan tangan satunya mengarahkan penisnya agar tepat masuk ke itil Gw.<br />
<br />
Gw terlonjak ketika sebuah benda hangat masuk ke dalam kemaluanku. Rasanya ingin berteriak sekuatnya untuk melampiaskan nikmat yang kurasa. Akhirnya Gw hanya bisa menggigit bibir gw untuk menahan rasa nikmat itu. Karena sudah dari tadi dirangsang, tidak lama kemudian Gw mengalami orgasme. Vagina Gw rasanya seperti tersedot-sedot dan seluruh syaraf di dalam tubuh berkontraksi.<br />
ohhhhhh..! Gw tidak kuat untuk tidak berteriak.<br />
Kulihat adik gw masih terus memaju-mundurkan pinggulnya dengan sekuat tenaga. Tiba-tiba dia mendorong sekuat tenaga hingga badanku terdorong sampai ke tembok.<br />
Ouughhh..! katanya.<br />
Pantatnya ditekannya lama sekali ke arah vagina Gw. Lalu badannya tersentak-sentak melengkung ke depan. Kurasakan cairan hangat di dalam vagina Gw.<br />
<br />
Lama kami terdiam dalam posisi itu, kurasa penisnya masih penuh mengisi vagina Gw. Lalu dia mencium bibirku dan melumatnya. Kami berpagutan lama sekali, basah keringat menyiram tubuh ini. Kami saling melumat bibir lama sekali. Tangannya lalu meremas payudara dan memilin putingnya.<br />
Kak..! Kakak nungging, terus pegang bibir bathtub itu..! tiba-tiba dia berkata.<br />
Wahh..! Gila adik ya..!<br />
Udah.., ikutin aja..! katanya lagi.<br />
Gw pun mengikuti petunjuknya. Gw berpegangan pada bathtub dan menurunkan tubuh bagian atasku, sehingga batang kemaluannya sejajar dengan pantatku. Gw tahu adikku bisa melihat dengan jelas vagina Gw dari belakang. Lalu dia mendekatiku dan memasukkan penisnya ke dalam vagina Gw dari belakang.<br />
<br />
uhhhhhh..! %@!#$&tt..! Gw menjerit saat penis itu masuk ke dalam rongga vagina Gw.<br />
Rasanya lebih nikmat dibanding sebelumnya. Rasa nikmat itu lebih kurasakan karena tangan adikku yang bebas kini meremas-remas payudara Gw. Adikku terus memaju-mundurkan pantatnya sampai sekitar 10 menit ketika kami hampir bersamaan mencapai orgasme. Gw rasakan lagi tembakan sperma hangat membasahi rongga vagina Gw. Kami lalu berciuman lagi untuk waktu yang cukup lama.<br />
<br />
Setelah kejadian itu, kami jadi sering melakukannya, terutama di kamar gw ketika malam hari saat orang tua sudah pergi tidur. Minggu-minggu awal, kami melakukannya bagaikan pengantin baru, hampir tiap malam kami bersetubuh. Bahkan dalam semalam, kami bisa melakukan sampai 4 kali. Biasanya Gw membiarkan pintu kamar gw tidak terkunci, lalu sekitar jam 2 malam, adik gw akan datang dan menguncinya. Lalu kami bersetubuh sampai kelelahan. Kini setelah Gw di Bandung, kami masih selalu melakukannya jika ada kesempatan. Kalau bukan Gw yang ke Sukabumi, maka dia yang akan datang ke Bandung untuk menyetor jatah spermanya ke memek Gw. Saat ini Gw mulai berani menelan sperma yang dikeluarkan oleh adik kandung gw sendiri! Begitulah cerita sedarah itu terjadi, dan terus terang gw kecanduan ngentot ama adik gw sampai sekarang !yunnileehttp://www.blogger.com/profile/15596533211185417604noreply@blogger.comIndonesia-0.789275 113.92132700000002-31.6684965 72.61273300000002 30.0899465 155.22992100000002tag:blogger.com,1999:blog-2527921526551706948.post-47802351226425895182016-12-10T03:16:00.000+07:002016-12-10T03:16:37.512+07:00Guru Private<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8fDJOot0-raEtFYRxFTONTCXcm7sT0c7_ieDHS_SNl-G2AccdmRoZRzPjLDC4WuR_GN2c8LFc2TS6gHYAgO8grLRqUNp4KtnrY95nx-IlfCAR6T-L6ZaLunDMHUNram179j-P2h-Rpapw/s1600/images+%252818521.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="239" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8fDJOot0-raEtFYRxFTONTCXcm7sT0c7_ieDHS_SNl-G2AccdmRoZRzPjLDC4WuR_GN2c8LFc2TS6gHYAgO8grLRqUNp4KtnrY95nx-IlfCAR6T-L6ZaLunDMHUNram179j-P2h-Rpapw/s320/images+%252818521.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Aku Andre</span><span style="font-family: Trebuchet MS, Tahoma;">, </span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">saat ini umur 23 tahun dan baru lulus kuliah. Sekilas tentang diriku,tampangku 6,5; body 7,5; kejantanan 18 cm (kalo dinilai 9, nanti disangka 9cm hehehe) badanku lumayan kekar karena darri SMP aku kadang2 ke gym. aku tidak termasuk golongan orang pintar secara keseluruhan, tapi aku punya kelebihan dibidang ilmu alam.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Jadi cerita ini adalah tentang aku saat masih kuliah sambil memberi les pada anak2 SMP dan SMA dibidang IPA. Dari 9 orang muridku, 4 diantaranya duduk di bangku SMA kelas dua IPA. les yang aku berikan les privat dan aku yang dateng ke rumah muridku.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Cynthia salah satu muridku yang paling cerdas, orangnya periang dan ramah. Mungkin sebenarnya dia tidak butuh les denganku, tapi karena dia anak tunggal dan sering ditinggal maka orangtuanya menaruh harapan besar terhadapnya. Ayahnya cuma punya waktu 1 minggu dalam satu bulan untuk tinggal dirumah, ibunya masih muda (37 tahun) dan suka jalan2 dengan teman2nya sampai lupa anak gadisnya juga butuh kasih sayang.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Guru Private</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Cynthia memiliki paras yang cantik dengan rambut se-tali bra, mirip sekali dengan Luna Maya. selain itu tubuhnya yang ramping dengan lekuk betis indah dan paha jenjang yang putih muluscukup membuat aku sering deg2an. Apalagi ukuran dadanya yang 32C itu, tubuhnya menjadi begitu sempurna.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Aku mulai mengajar Cynthia sejak ia masuk SMA, jadi saat kejadian mengasikan ini terjadi aku sudah kenal dengan dia dan keluarganya kurang lebih 2 tahun (sudah hampir naik kelas 3).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">*****</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Hujan lebat mengguyur kota Jakarta pada Maret 2007, aku juga basah kuyup saat harus datang dengan sepeda motorku kerumah cynthia. “what a bad f**king day..” aku berbisik sambil menengadah kelangit.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Hujan yang luar biasa lebat disore hari, pasti aku gak bisa pulang lagi sampe malem karena hujan. Tugas2ku juga sudah numpuk apalagi dua bulan kedepan aku harus sidang KP dan Skripsi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pagar dibukakan si mbok, aku langsung mendorong motorku ke carport rumahnya dan mmelepas jas hujanku.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Ko, si non lagi keluar.. katanya sih sebentar aja” kata si mbok menjelaskan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Oh, gak apa mbok saya tunggu saja” jawabku sambil menggantung jas hujan di motor.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Ya sudah silakan masuk, mbok buatkan teh hangat.” ujar si mbok sambil ngeloyor masuk lewat garasi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Aku masuk ke ruang tamu tapi aku gak berani duduk karena celanaku basah, aku takut mengotori sofa mahal dari bahan suede nya itu. Aku hanya berdiri sambil memandangi lukisan dan foto2 yang terpajang di tembok ruang tamu</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“lho kog ndak duduk,ko?” si mbok nyeletuk sambil meletakkan teh hangat.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“iya nih mbok, abis basah sih!” jawabku jujur.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Ntar yah, tak ambilin anduk dan baju bekas bapak!”, singkat kata aku pun disuruh mandi air hangat supaya gak sakit, lagian si Cynthia blom pulang.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Saat aku selesai mandi, cynthia sudah ada dikamarnya diatas. Aku pun berterima kasih sama si mbok dan langsung ke lantai dua. Aku ketuk pintu kamarnya lalu aku menuju ruang belajar yang persis diseberang kamarnya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Aku tunggu cynthia setengah jam tapi kog gak muncul2 juga, maka ku beranikan diri untuk membuka pintu kamarnya setelah kuketuk dan tidak dijawab lagi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ternyata Cynthia sedang mandi, aku mendengar gemericik air dari kamar mandinya, dan aku melihat pakaian dalamnya berserakan dilantai.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Seketika itu aku merasa terbakar urat hornyku.. Seperti suatu keinginan besar yang sudah lama dipendam dan saat ini saat paling tepat untuk dilepaskan..</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Aku berusaha mengontrol berahiku tapi memang nasib.. Cynthia keburu keluar kamar mandi dengan telanjang bulat, mempertontonkan lekuk tubuhnya yang paling pribadi dihadapanku.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“KyaAaaaA…” teriaknya Cynthia spontan karena kaget.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Oooops…” hanya itu kata2ku dan cepat beringsut kearah pintu keluar.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Koko ngapain dikamar aku??” tanya Cynthia dengan suara yang tiba2 sudah terkendali.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Sori, aku gak sengaja!” jawabku sambil membelakanginya</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Bohong…! Mo ngintip yah!!” serangnya sedikit ketus sekarang. aku sempat melirik lagi kearahnya, sekarang handuknya yg sebelumnya melingkar di kepala telah menutupi buah dadanya yang ranum itu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Aku keluar dulu deh, kamu pake aja baju trus ntar aku baru jelasin. sori bgt!” cerocosku cepat sambil menarik handle pintu, tapi tiba2 aku berubah pikiran.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Hujan lebat dan berisik sekali diluar sana, buktinya si mbok aja gak bisa denger jeritan Cynthia tadi, apa salahnya kalau aku coba berbuat nakal.. toh aku sudah hampir selesai kuliah dan mungkin akan pindah kota.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Aku berbalik, kali ini dengan cepat aku sergap Cynthia. aaah.. aku bener2 sudah seperti binatang buas.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Belum sempat meronta, aku langsung membekap tubuh Cynthia dari depan dan mengunci mulutnya dengan mulutku supaya dia tidak menjerit. Aku bawa dia ke ranjang dan masih terus ku kulum bibirnya yang sexy..</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sejurus kemudian aku tarik handuknya, satu2nya penutup tubuh yang menempel dibadannya. Benar2 indah payudaranya, mengkel dan putih bersih lengkap dengan putingnya yang masih merah muda.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Aku lahap kedua gunung kembar itu satu per satu. Supaya jeritannya tidak terdengar, aku tutup mulutnya dengan tangan kananku, sementara tangan kiriku menahan rontaannya dan mulutku menjelajah payudaranya yang indah itu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Aku terus mempermainkan puting susunya dan mulai berani melepas tangan kiriku di vaginanya yang mulai becek. Perlawanan Cynthia tidak terlalu berarti buatku.. Ia terus meronta-ronta tapi akhirnya kehabisan tenaga.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“oouh…” lenguh Cynthia saat aku sentuh klitorisnya, matanya merem melek keenakan. Sirna sudah rontaan demi rontaan yang dari tadi dilakukan Cynthia, berganti goyangan pinggul malu2 dari seorang perawan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Aku mulai merasa Cynthia menyukai permainanku maka ku lepas tanganku dari mulutnya dan mulai meremasi payudaranya yang indah dengan kedua tanganku. Mulutku terus bergulir kebawah sambil menyapu tubuhnya dengan jilatan sampai akhirnya aku berhadapan dengan miss cheerful-nya. Aku intip sedikit, Cynthia pura2 tak melihatku, ia palingkan wajah ke samping tapi terlihat jelas ia sedang menanti2kan apa yang ingin segera kulakukan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kusapu bibir vaginanya.. pantat Cynthia terangkat sedikit. Kusapu sekali lagi belahan vaginanya.. tubuh Cynthia menggelinjang kegelian.. lalu kulahap klitorisnya, kusedot2 dan kupilin2 dengan lidahku.. Cynthia langsung menjambak dan mengusap2 rambutku.. Kali ini dia sudah tak tahan utk bertindak pasif… Pinggulnya digoyang2 mengikuti irama bibirku melahap klitorisnya yang kini sudah basah.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“ouuch…. sssh…..” rintihnya</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“mmmhh…. enak ya sayang? mmmh….”ujarku menyela</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">PLAAAKKK!!!! tamparan telak ke pipiku. Aku kaget bukan main tapi tangan itu kembali menjambak dan mendorong kepalaku supaya terus mengoralnya…</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Aku semakin bersemangat dibuatnya… tanda2 kalau dia juga mau sama mau mulai diperlihatkan. aku semakin intens memberikan variasi oral di klitorisnya. tanganku sesekali berputar2 mengorek bagian luar liang vaginanya. Rupanya Cynthia yang selama ini kukira cerdas dan baik2 memiliki bakat terpendam.. bad girls wanna be..</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Cynthia makin belingsatan, pinggulnya berayun2 dan nafasnya memburu…</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“ko.. An..dre, mmpfh… te..rus..in.. aaahk.. enak… kkoooh….” rintihnya terbata2 sambil menggigit bibir bawahnya..</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“mmmph.. mmpphhhh…. mmpphhfff… aaakhhh… yes right there……!!”lenguhnya panjang sambil memeras payudaranya. rupanya Cynthia orgasme.. vaginanya menyemburkan cairan yang langsung kusapu dengan lidahku.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Aku mengambil posisi disebelah Cynthia yang terpejam lemas sambil bertelajang. aku buka bajuku dan memeluknya dari samping-belakang. Kubelai rambutnya hingga ke buah dadanya.. kupeluk erat dan ku ciumi lehernya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“mmh.. wangi kamu enak Cyn.. wangi khas wanita..” bisikku ke telinganya..</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“ko.. kenapa ko andre tega sih…?” lirih bibir manis itu berucap</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“tega apa Cyn..? emang kamu gak suka ya?” aku bertanya balik</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“suka..” jawabnya lirih. sekarang Cynthia berbalik menatapku, “ko, tadi pas terakhir enak bgt!! itu orgasme yah?” lanjutnya</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“iya, itu orgasme sayang.. kamu suka?”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Suka bangeet… enak bgt… nanti aku mau lagi!” jawabnya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Huff.. tadinya aku berniat memperkosa dengan menanggung segala akibat, ternyata gadis manis ini malah minta lagi. “Sayang, kamu udah pernah pegang Kontol cowok blom?” tanyaku.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Pernah, punya mantanku!” jawabnya cepat sambil mengelus kontolku dari luar celana.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Kalo gitu kali ini kamu kocokin aku ya..!” pintaku sedikit memelas manja.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Cynthia langsung membuka celanaku, ditangkapnya batang kontolku yang sudah keras dan dia mulai turun kebawah memberikan servis oral.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“mmh… enak bgt sayang. kamu jago oral tapi kog gak tau orgasme?” tanyaku setengah curiga.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“hiha, hahu hulu hering horal hacarhu.. (iya, aku dulu sering oral pacarku)” jawabnya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“tapi itu dimobil, jadi dia gak pernah sentuh punyaku” lanjutnya lagi sambil terus mengocok batang kontolku dengan tangan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Kontol ko Andre gede yah.. enak!” sambungnya lagi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Kalo enak, diisepin lagi aja Cyn…” kataku lagi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tiba2 pintu kamar Cynthia menjeblak terbuka. “Haaallooo manis..” suara itu terputus saat melihat aksi kami berdua. Ternyata itu mamanya Cynthia yang pulang shopping kena macet karena hampir banjir. tante Reni. Masih muda, lebih cantik dari Cynthia, badan terjaga dan lebih sintal. Dia cantik sekali dengan rambut bergelombangnya yang dicat sedikit pirang. Susah juga menjelaskan parasnya, karena gak terlalu mirip artis, tp yang pasti dia cantik.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Kalian apa2an..?” bentaknya..</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kamipun baru sadar dan cepat2 berberes. berharap seolah2 mamanya Cynthia tidak melihat apa yang baru kami lakukan. Sebelum marah lebih jauh Cynthia memotong pembicaraan ibunya</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Kenapa ma?? Apa Cuma mama yang boleh begini sama pak Asep??”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Bukan main, ternyata tante cantik ini sering kesepian ditinggal suaminya dan sering minta jatah dari sang Supir.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Kamu… kamu…. kamu tau dari mana?” tanya mamanya kaget.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“aku tau dari dulu ma! Tiap pergi arisan mama selalu begini kan di mobil?” Cynthia sengit.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“ah udah deh, daripada saling ngadu ke Papa mendingan mama ikut aja sama ade.” Lanjutnya lagi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kemudian si tante yang malu ngeloyor pergi keluar kamar. Aku yang kaget, takut dan bingung cuma bisa bengong dan menyesal kenapa pintu gak dikunci sampai tiba2 batangku digigit2 kecil oleh Cynthia.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“mmmmffh… enak Cyn.. terus Sayang..” pintaku. Cynthia makin bernafsu mengulumi batang zakar dan biji peler ku. kepalanya berayun-ayun memberikan aku kenikmatan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tak berapa lama pintu kamar terbuka lagi. Tante Reni masuk ke kamar setelah berpakaian lebih santai.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Andre, ternyata kamu liar juga yah…” katanya. “tante bayar kamu untuk beri les pelajaran, bukan yg seperti ini!” sambungnya lagi sambil duduk ditepi ranjang.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Aku sendiri mulai ngerasa gak enak karena sebenarnya aku menaruh hormat pada setiap orang tua murid lesku.. Tapia pa boleh buat, anaknya yang binal masih saja mengulumi batang dan buah zakarku. Aku tidak dapat menjawab sepatah kata pun. Tapi tante reni langsung berinisiatif untuk mencium bibirku. Tante reni juga sudah bernafsu. Akupun langsung membalas ciumannya, ku sentuh pipinya lalu kurangkul tengkuknya supaya ciuman kami lebih hot!</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“tante, mau ikutan?” tanyaku sok asik.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“iya dong, sekali2 tante pengen coba daun muda!” jawabnya nakal.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Cynthia, kamu sejak kapan kayak gini? kamu udah gak Virgin?” tanya tante Reni ke putri satu2nya itu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Masih kog ma, kalo sama ko Andre sih baru kali ini..” jawabnya sambil melepas kulumannya dan mengocok kontolku dengan tangannya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Dre, oralin tante sih.. pengen coba kemampuan kamu!” tanpa basa basi tante Reni langsung ngangkang diatas aku yang terduduk sambil menikmati oralan anaknya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Aku langsung melahap vagina tante Reni, kalo yang satu ini aku berani colok2 dengan jariku, karena toh memang sudah gak perawan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“ooh ndre, e….nak! terusin sayaaaang..” kata tante reni.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tiba2 aku mulai merasakan kontolku berkedut2 dan siap menyemburkan cairan sperma. Ku goyangan pinggulku maju mundur seperti sedang bersenggama tapi dengan bibir Cynthia.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Cyn.. terus.. yang.. aku.. udah … “. CROOTTTT spermaku memenuhi mulut Cynthia, yang langsung ditelan habis dan dijilati hingga bersih.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tapi tak tahu kenapa, aku tidak langsung lunglai.. Mungkin karena ada dua wanita cantik seperti model yang sedang bertelanjang dan mencari kenikmatan dari tubuhku.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Batang zakarku masih keras, tapi cynthia berlari ke toilet. mungkin dia ingin berkumur pikirku. Tinggal aku berdua tante Reni.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kemudian tante Reni melepaskan vaginanya dari mulutku, ia turun kebawah mengambil posisi duduk di pangkal pahaku. Tangannya menggapai kontolku yang masih keras lalu mulai dikocok2 sedikit.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Andre, mau di oral lagi atau ngerasain memek tante?” tanyanya centil sambil merunduk dan menjilati dengan nakal pangkal kontolku.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“mmmmfh…. terserah tante…”jawabku. si tante memberi servis oral, kontolku ditelan semuanya tapi aku bisa merasa lidahnya didalam sana berputar2 menyapu kepala kontolku, sedotan2 yang dibarengi gigitan kecil membuat aku merem melek</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">setengah mati menahan nikmat. “ssssh….. aahh….. tan.. jago banget…” kataku. “entotin Andre, tante…” pintaku lagi sambil meresapi nikmatnya kenyotan tante Reni.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Emangnya oral-an tante gak senikmat Cynthia ya?” tanya tante Reni sambil kembali menduduki pangkal pahaku.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Justru enak banget.. aku takut gak tahan tan.. aku kan masih pengen ngerasain bercinta sama yang ahli..” sambungku.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Bless.. kontolku tiba2 terasa hangat.. rupanya tante Reni gak mau nunggu lama untuk menjajal kontolku.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“mmfh.. kontol kamu gede yah ndre”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“suamiku punya sepanjang ini juga, tapi gak selebar kamu punya sayang..” sambung tante lagi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sekarang posisi kami women on top, tapi tante Reni merebahkan badannya keatas badanku, sehingga dia bisa leluasa mencupangku atau mengulumi bibirku.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Gerakan maju mundurnya pelan dan erotis, saat dia maju aku merasa seperti kontolku disedot2 (baru aku tau sekarang, itu namanya kempot ayam), lalu saat bergerak mundur pantatnya sengaja dicondongkan keatas supaya penisku seperti terjepit</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“sssh… oh yessh… nice baby..” aku tak kuasa menahan desahan.. nikmatnya benar2 seperti disurga-dunia. Leherku sudah merah2 dicupang, bibirku sampai kebas dikulumi, dan kontolku rasanya sedang mengalami kejadian maha dahsyat.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Aku langsung mengubah sedikit posisiku. Kedua kakiku kutekuk sedikit sebagai kuda2. kuremas pantat berisi tante Reni lalu kuangkat sedikit. Kini ada rongga antara pangkal paha tante Reni dan aku. Aku mulai menghujamkan kontolku dengan irama karena sekarang aku yang memegang kendali.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“ooooh.. mmmfh.. trus ndre!” Tante Reni meracau saat aku menghujamkan keras2 batang kemaluanku sampai amblas semuanya. tiga menit berselang aku mulai bosan, aku ajak tante mengubah posisinya lagi. Aku mau doggy Style, lalu si tante pun menuruti dengan berlutut membelakangi aku.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pahanya sedikit dirapatkan supaya sesuai dengan ketinggian aku yang berdiri dilantai. Lalu kurangkul pinggulnya dan kuarahkan kontolku.. aku terkesima melihat keindahan lekuk tubuhnya tante Reni yang begitu indah, kulitnya juga putih bersih dan mulus</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">vaginanya juga terawat dan berwarna merah muda.. kubenamkan sedikit2 kontolku lalu ku pompa dengan penuh perasaan sesekali kuhujamkan keras2 secara tiba2.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“aakh.. gila kamu ndre. enak bgt!! ssshh…” kepalanya kini dibenamkan diranjang. badannya miring hanya pantatny saja yang nungging.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Cynthia sudah kembali dari toilet, mukanya kemerahan, dia berjalan kearah kami yang sedang ber-doggy-style. Cynthia hanya memandangi mamanya yang sedang melenguh dan merem melek menerima hujaman kontolku.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tante Reni memang sudah jago bercinta, disaat giliran aku yang memberi servis, pinggulnya ikut diliuk2kan membuat rasa kempotan memeknya makin memijat2 batang kontolku.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Cynthia terlihat mulai panas dengan adegan kami, ia mendekati aku dan mulai menciumi bibirku.. disodorkannya juga buah dada kencangnya ke arah mulutku.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Edan, aku dikerjai (atau mengerjai) ibu dan anak sekaligus.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Ma, kapan giliranku?” tanya Cyntia kepada ibunya yang sudah bermandi peluh dan terpejam2 merem melek.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“iyah.. sab..har.. mama.. dikit lagi.. Terusin Ndre!” jawab tante Reni. Sekarang dia bangun dan bertumpu pada satu tangannya, tangan yang lain memainkan klit-nya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">selang beberapa waktu tubuh tante Reni mulai bergetar. Sudah hampir orgasme tampaknya, makanya ku percepat aksiku. kutambahkan tempo dan hentakan2 pada liang vaginanya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“mmmfh.. yes… yes… akhhh… teruuusss… terusss… mmffh… enak sayang…”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“terusss.. dikit lagi ndre!”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“yes.. yes.. aaaaahh…. ssshh…….”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ceracau tante Reni menandakan dia sudah orgasme, badannya meliuk2 dan mukanya dibenamkan lagi di ranjang.. pelan2 ia keluarkan penisku yang masih keras dari vaginanya sambil menahan getaran tubuhnya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“makasih ya sayang, enak banget!!” ujarnya lalu tertelungkup dan tertidur.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Cynthia yang dari tadi sudah berdiri ngangkang sambil mengelus2 memek beceknya pun siap menerima giliran. Hari ini badanku fit sekali, setelah orgasme yang pertama tadi kontolku masih tegang berdiri dan tahan lama.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Lalu kurebahkan tubuh Cynthia disebelah mamanya.. aku minta dia telentang dan aku mengambil posisi missionary. Dalam pikiranku, memerawani gadis harus sambil menatap matanya.. aku mulai dengan pelan2 menggesekan kontolku dibibir vaginanya</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">sensasi gesekan itu cukup membuat tubuh Cynthia menggelinjang..</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“udah siap Cyn?” tanyaku</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“iya, ko.. masukin aja.. tapi pelan2 yah”pintanya memelas</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Aku mulai mengarahkan kontolku dan memasukkan pelan2 kepala kontolku. Seret banget.. beda dengan mamanya. Kugoyang2kan pinggulku supaya cairan pelumasnya membasahi sempurna kontolku lalu ku masukan centi demi centi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">darah mengalir dari keperawanannya, tapi mata Cythia tidak terpejam. Dia menatapku penuh arti, walaupun terbesit dimatanya rasa sakit perawan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Bless.. penisku masuk dengan mulus.. sengaja aku masukkan sampai pol lalu kudiamkan sejenak. Aku merebahkan tubuh dan menciumi bibirnya sampai ke pangkal leher.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“tahan ya sayang.. nanti kerasa kog enaknya” bisikku manis di telinganya..</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">tanganku menggerayangi buah dada sintalnya memilin2 puting susunya supaya lebih deras pelumasnya melelehi batang kontol yang sudah masuk sepenuhnya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kaki Cynthia menjepit pinggulku, lalu ia mulai menggoyangkan pinggulnya kekiri dan kanan pelan2..</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“ko, entotin aku…” pintanya memelas. Akupun mulai mengambil posisi, gerakan maju mundur diatas tubuh manis gadis yang baru saja 17 tahun ini kubuat sepelan mungkin supaya tidak menyakitinya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“aaakh… sssh..” memeknya lebih menjepit daripada kempotan mamanya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Cyn, enak banget memek kamu..” Hujan deras diluar sana menambah nikmatnya percintaan kami. Cynthia mulai menemukan irama bercinta. Memeknya sudah terbiasa dengan kontolku..</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Gerakan demi gerakan, Cynthia semakin binal.. tanganku dituntun nya untuk meremasi buahdadanya..</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“ko, aku pengen coba diatas” ucap Cynthia. Aku turuti saja, aku merebahkan diriku ke posisi Cynthia di samping tante Reni.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sekarang Cynthia yang asik sendiri mencari2 kenikmatan diatas batang kontolku. goyangannya semakin panas dan erotis. sementara itu aku mulai menjilati tanganku, kemudian mengobok2 memek tante Reni dari belakang.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dalam tidurnya tante Reni melenguh-lenguh.. kupermainkan klitorisnya, lalu kumasukan 3 jari ke memek tante Reni.. mungkin ia terlalu lelah sehingga hanya menerima saja perlakuanku.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Rupanya Cynthia merasa kurang senang saat aku bercinta dengannya, tapi aku malah ngerjain mamanya. Cynthia pun meminta aku yang melayaninya. Sekarang posisi kami doggy style..</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Posisi favoritku, dimana sudah berkali2 aku membuat wanita melunglai karena menerima orgasme yang kuberikan (termasuk beberapa mantan pacarku).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Lima menit berselang Cynthia yang masih baru pertama kali bercinta memang bukan lawan sebandingku.. Cynthia mulai meliuk2.. memeknya yang sempit makin kuat memijat2 batang penisku.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“ko.. aku mau… orgas…me…. aaakhh…. sssh….”rintihnya..</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Iya nikmatian aja sayang” jawabku.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“oooh… yes… e…nak… mmfh… ssshh…” cynthia bergetar hebat karena orgasmenya tapi aku tetap menggenjotnya supaya dia menikmati orgasme panjangnya..</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">DUa wanita tumbang bersebelahan, Cynthia dua kali, mamanya baru sekali, aku juga baru sekali. Kontolku masih berdiri keras, tapi sedikit lagi aku juga hampir orgasme.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Aku tarik tubuh tante Reni kebibir ranjang, posisinya tidur miring.. lalu kubasahi memeknya dan kontolku dengan ludah dan kuhujamkan kedalam memek tante Reni.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">kocokanku benar2 egois, aku hanya ingin mencapai orgasmeku yang kedua. Permainanku yang kasar membangunkan tante Reni..</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“sssh… Dre, sa..kit…” rintihnya</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“tahan tante, Andre lagi enak nih..” jawabku.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Genjotanku semakin kuat dan dalam-dalam. Si tante yang lunglai daritadi mulai terpancing berahinya. Tante Reni membalikan badannya, kedua kakinya diangkat dan ditumpangkan ke sebelah pundakku.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Aku peluk kedua paha jenjang tante Reni sambil terus ngentotin memeknya..</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“mmmfhh… ssssh… terus sayang…” rintih tante Reni</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“tante udah mau keluar lagi?” tanyaku</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“iya sayang.. kamu masih lama?” tanyanya</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“udah hampir nih, kita bareng2 yah..” pintaku tersengal-sengal..</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“oouch.. sssh.. yes honey.. Fasteer.. YESSShhh… Faasteeerrrr…”jerit tante Reni..</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“I’m gonna Blow Honey…” jawabku</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Me too baby…” tante reni menjawab cepat. Kedua tangannya memegangi buah dadanya yang bergoyang2 cepat.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Keluarin di dalem aja”sambungnya lagi</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kocokanku makin cepat, memek tante makin keras memijit batang kontolku, aku sudah sampai puncaknya..</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Croott…. zzzrt… Crottth.. Crottth…</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sperma hangatku menyembur kedalam memek tante Reni seiring sodokan kontolku. Kontolku terus kukocok, kamipun mengalami orgasme panjang.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Penisku menyembur sekali lagi dibalas lelehan cairan orgasme tante Reni.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“aaaaakhhh…. enak banget entotan sama tante” ujarku</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“kamu inget ya Andre, mulai sekarang berhentiin semua murid kamu” jawab tante Reni</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“biar tante yang bayar semua biayanya, tapi kamu harus selalu ada saat tante telpon” sambungnya lagi</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Aku sudah terjerembab diantara 2 wanita itu, aku mau beristirahat.. aku sudah tidak menjawab kata2 tante Reni lagi dan tertidur.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Jam 7.30 Malam aku terbangun, Cynthia yang memanggilku dan mengajak ke ruang makan. Tante Reni sudah masak makanan spesial, Sapi masak Jamur (katanya bisa bikin “kuat”), Tiram mentah (ini juga bikin “kuat”), dan beberapa sayur lain.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">makanan pencuci mulutnya sarang walet (ini bisa nambah banyak spermanya yang artinya jadi lebih “kuat” juga).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Andre, diluar masih hujan. Di TV banyak daerah macet karena banjir” tante Reni membuka pembicaraan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Ko Andre malem ini nginep aja yaa!” lanjut Cynthia dengan suara manja</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“iya ndre, kamu disini aja..” tante Reni menambahkan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“lagian masih banyak pelajaran yang mau aku tanya ke koko..” kata Cynthia dengan mata genit, tangannya menggerepe kontolku dari bawah meja makan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“tapi.. aku juga banyak tugas” jawabku</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“jangan alasan Dre, kamu kan gak perlu buru2 lulus” rayu tante Reni.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“yah, okelah.. ada kalian berdua aku pasti seneng” jawabku tersenyum</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Malam itu pukul 11 saat pembantu2 terlelap, aku dan Cynthia menuju kamar tante Reni. Di Jacuzzi kamar mandinya kami bercinta gila2an lagi, kami juga sempat pindah ke kolam renang di taman belakangnya, tapi karena takut terlihat pembantu kami putuskan untuk pindah lagi ke ruang keluarga di dalam. Kami tidur jam 5 pagi. Aku dicekoki Viagra saat sudah lemas karena orgasme beberapa kali.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Nampaknya tante Reni sedang “kemaruk” sehingga tiap saat ingin merasakan kontolku.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sejak hari itu aku resmi menjadi pemuas tante REni, pak Asep dipecat dan ganti supir baru yang tidak tahu apa2. Sedangkan Cynthia tidak terlalu sering ikutan karena memang tante Reni coba sembunyi2.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Aku baru tahu kalau Ayahnya ternyata memang luar biasa kaya dan memiliki rumah di berbagai Negara, tentu saja lengkap dengan Selir2nya juga.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Jadi Permaisuri kesepian ini biar aku saja yang puaskan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Aku sebenarnya paling suka kalau ada kesempatan berdua saja dengan Cynthia.. maklum lah, lebih seret dan tentu saja menjanjikan..</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Seperti permintaan tante Reni, aku berhenti mengajar. tapi aku tetap mengejar skripsiku. Selama setengah tahun hidupku bak Raja tapi juga serasa budak.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Aku segera susulkan ceritaku yang lain masih disekitar Cythia dan Tante Reni.</span></div>
yunnileehttp://www.blogger.com/profile/15596533211185417604noreply@blogger.comIndonesia-0.789275 113.92132700000002-31.6684965 72.61273300000002 30.0899465 155.22992100000002tag:blogger.com,1999:blog-2527921526551706948.post-31769783192810911252016-12-10T03:11:00.003+07:002017-07-29T15:01:47.288+07:00Terjerat Nafsu Nyonya Majikan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJVfLeLxFhjOcvCErjiTQh9hNexUckCsqhFb-aIx5NmdLZpyQdoADmOkX1RNcIA5e4Aa202WsQ9bSjiS8gyC3YebmVlJUmNwxiOielRc1KnuNclQKQ5mXVZTRAwfVZOHgH2F0U_HqzfV8K/s1600/images+%25281826.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJVfLeLxFhjOcvCErjiTQh9hNexUckCsqhFb-aIx5NmdLZpyQdoADmOkX1RNcIA5e4Aa202WsQ9bSjiS8gyC3YebmVlJUmNwxiOielRc1KnuNclQKQ5mXVZTRAwfVZOHgH2F0U_HqzfV8K/s320/images+%25281826.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Tujuanku datang ke Jakarta sebenarnya untuk merubah nasib. Tapi siapa yang menyangka kalau ternyata kehidupan di kota besar, justru lebih keras dan pada di desa.</div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
Aku sempat terlunta-lunta, tanpa ada seorangpun yang mau peduli. Selembar ijazah SMP yang kubawa dari desa, ternyata tidak ada artinya sama sekali di kota ini. Jangankan hanya ijazah SMP, lulusan sarjana saja masih banyak yang menganggur. Dari pada jadi gelandangan, aku bekerja apa saja asalkan bisa mendapat uang untuk menyambung hidup. Sedangkan untuk kembali ke kampung, rasanya malu sekali karena gagal menaklukan kota metropolitan yang selalu menjadi tumpuan orang-orang kampung sepertiku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Seperti hari-hari biasanya, siang itu udara di Jakarta terasa begitu panas sekali. Seharian ini aku kembali mencoba untuk mencari pekerjaan. Tapi seperti yang selalu terjadi. Tidak ada satupun yang melirik apa lagi memperhatikan lamaran dan ijazahku. Keputusasaan mulai menghinggapi diriku. Entah sudah berapa kilometer aku berjalan kaki. Sementara pakaianku sudah basah oleh keringat. Dan wajahku juga terasa tebal oleh debu. Aku berteduh di bawah pobon, sambil menghilangkan pegal-pegal di kaki.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Terjerat Nafsu Nyonya Majikan</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setiap hari aku berjalan. Tidurpun di mana saja. Sementara bekal yang kubawa dari kampung semakin menipis saja. Tiga atau empat hari lagi, aku pasti sudah tidak sanggup lagi bertahan. Karena bekal yang kubawa juga tinggal untuk makan beberapa hari lagi. Itupun hanya sekali saja dalam sehari.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di bawah kerindangan pepohonan, aku memperhatikan mobil-mobil yang berlalu lalang. Juga orang-orang yang yang selalu sibuk dengan urusannya masing-masing. Tidak ada seorangpun yang peduli antara satu dengan lainnya. Tiba-tiba pandangan mataku tertuju kepada seorang wanita yang tampak kesal karena mobilnya mogok. Dia ingin meminta bantuan, Tapi orang-orang yang berlalu lalang dan melewatinya tidak ada yang peduli. Entah kenapa aku jadi merasa kasihan. Padahal aku sendiri perlu dikasihani. Aku bangkit berdiri dan melangkah menghampiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Mobilnya mogok, Nyonya..?", tegurku dengan sikap ramah.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Eh, iya. Nggak tahu ya kenapa, tiba-tiba saja mogok", sahutnya sambil memandangiku penuh Curiga.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Boleh saya lihat " ujarku meminta ijin.</div>
<div style="text-align: justify;">
"silakan kalau bisa."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Waktu di kampung aku sering bantu-bantu paman yang buka bengkel motor. Terkadang ada juga mobil yang minta diperbaiki. Tapi namanya di kampung, jarang orang yang punya motor. Apa lagi mobil. Makanya usaha paman tidak pernah bisa maju. Hanya cukup untuk makan sehari-hari saja.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Seperti seorang ahli mesin saja, aku coba melihat-lihat dan memeriksa segala kemungkinan yang membuat mesin mobil ini tidak mau hidup. Dan entah mendapat pertolongan dari mana, aku menemukan juga penyakitnya. Setelah aku perbaiki, mobil itu akhirnya bisa hidup kembali. Tentu saja wanita pemilik mobil ini jadi senang. Padahal semula dia sudah putus asa. Dia membuka tasnya dan mengeluarkan uang lembaran dua puluh ribu. Langsung disodorkan padaku. Tapi aku tersenyum dan menggelengkan kepala.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Kenapa? Kurang..?", tanyanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Tidak, Nyonya. Terima kasih", ucapku menolak halus.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Kalau kurang, nanti saya tambah", katanya lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Terima kasih Nyonya. Saya cuma menolong saja. Saya tidak mengharapkan imbalan", kataku tetap menolak. Padahal uang itu nilainya besar sekali bagiku. Tapi aku malah menolaknya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Wanita yang kuperkirakan berusia sekitar tiga puluh delapan tahun itu memandangiku dengan kening berkerut. Seakan dia tidak percaya kalau di kota yang super sibuk dengan orang-orangnya yang selalu mementingkan diri sendiri, tanpa peduli dengan lingkungan sekitarnya, ternyata masih ada juga orang yang dengan tanpa pamrih mau menolong dan membantu sesamanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Maaf, kelihatannya kamu dan kampung..?" ujarnya bernada bertanya ingin memastikan.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Iya, Nyonya. Baru seminggu saya datang dari kampung", sahutku polos.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Terus, tujuannya mau kemana?" tanyanya lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Cari kerja", sahutku tetap polos.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Punya ijazah apa?".</div>
<div style="text-align: justify;">
"Cuma SMP."</div>
<div style="text-align: justify;">
"Wah, sulit kalau cuma SMP. Sarjana saja banyak yang jadi pengangguran kok. Tapi kalau kamu benar-benar mau kerja, kamu bisa kerja dirumahku", katanya langsung menawarkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Kerja apa, Nyonya..?" tanyaku langsung semangat.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Apa saja. Kebetulan aku perlu pembantu laki-laki. Tapi aku perlu yang bisa setir mobil. Kamu bisa setir mobil apa. Kalau memang bisa, kebetulan sekali", sahutnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sesaat aku jadi tertegun. Sungguh aku tidak menyangka sama sekali Ternyata ijasah yang kubawa dan kampung hanya bisa dipakai untuk jadi pembantu. Tapi aku memang membutuhkan pekerjaan saat ini. Daripada jadi gelandangan, tanpa berpikir panjang lagi, aku langsung menerima pekerjaan yang ditawarkan wanita itu saat itu juga, detik itu juga aku ikut bersama wanita ini ke rumahnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ternyata rumahnya besar dan megah sekali. Bagian dalamnyapun terisi segala macam perabotan yang serba mewah dan lux. Aku sampai terkagum-kagum, seakan memasuki sebuah istana. Aku merasa seolah-olah sedang bermimpi. Aku diberi sebuah kamar, lengkap dengan tempat tidur, lemari pakaian dan meja serta satu kursi. Letaknya bersebelahan dengan dapur. Ada empat kamar yang berjajar. Dan semuanya sudah terisi oleh pembantu yang bekerja di rumah ini. Bahkan tiga orang pembantu wanita, menempati satu kamar. Aku hitung, semua yang bekerja di rumah ini ada tujuh orang. Kalau ditambah denganku, berarti ada delapan orang. Tapi memang pantas. mengurus rumah sebesar ini, tidak mungkin bisa dikerjakan oleh satu orang. Apalagi setelah beberapa hari aku bekerja di rumah ini aku sudah bisa mengetahui kalau majikanku, Nyonya Wulandari selalu sibuk dan jarang berada di rumah. Juga suaminya yang lebih sering berada di luar kota atau ke luar negeri. Sedangkan kedua anaknya sekarang ini sekolah di luar negeri. Aku jadi heran sendiri. Entah bagaimana cara mereka mencari uang, hingga bisa kaya raya seperti ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi memang nasib, rejeki, maut dan jodoh berada di tangan Tuhan. Begitu juga yang terjadi denganku. Dari jadi pembantu yang tugasnya membersihkan rumah dan merawat tanaman, aku diangkat jadi sopir pribadi Nyonya majikan. Bukan hanya jadi sopir, tapi juga sekaligus jadi pengawalnya. Kemana saja Nyonya Majikan pergi, aku selalu berada di sampingnya. Karena aku harus selalu mendampinginya, tentu saja Nyonya membelikan aku beberapa potong pakaian yang pantas. Terus terang, pada dasarnya memang aku tampan dan memiliki tubuhnya yang tegap, atletis dan berotot. Makanya Nyonya jadi kesengsem begitu melihat penampilanku, setelah tiga bulan lamanya bekerja jadi sopir dan pengawal pribadinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku bisa berkata begitu karena bukan cuma jadi sopir dan pengawal saja. Tapi juga jadi pendampingnya di ranjang dan menjadi penghangat tubuhnya. Mengisi kegersangan dan kesunyian hatinya yang selalu ditinggal suami. Dan aku juga menempati kamar lain yang jauh lebih besar dan lebih bagus. Tidak lagi menempati kamar yang khusus untuk pembantu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Semua bisa terjadi ketika malam itu aku baru saja mengantar Nyonya pergi berbelanja. Setelah memasukkan mobil ke dalam garasi, aku langsung dipanggil untuk menemuinya. Semula aku ragu dan hampir tidak percaya, karena langsung disuruh masuk ke dalam kamarnya. Tapi memang Nyonya memintaku untuk masuk ke dalam kamarnya. Dia menyuruhku untuk menutup pintu, setelah aku berada di dalam kamar yang besar dan mewah itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku tertegun, apa lagi saat melihat Nyonya Majikanku itu hanya mengenakan pakaian tidur yang sangat tipis sekali, sehingga setiap lekuk bentuk tubuhnya membayang begitu jelas sekali. Dan di balik pakaiannya yang tipis itu, dia tidak mengenakan apa-apa lagi. Beberapa kali aku menelan ludah sendiri memandang keindahan tubuhnya. Sekujur tubukku mendadak saja jadi menggeletar seperti terserang demam, ketika dia menghampiri dan langsung melingkarkan kedua tangannya ke leherku.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Nyonya".</div>
<div style="text-align: justify;">
"Malam ini kau tidur di sini bersamaku."</div>
<div style="text-align: justify;">
"Eh, oh..?!"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Belum lagi aku bisa mengeluarkan kata-kata lebih banyak, Nyonya Wulandari sudah menyumpal mulutku dengan pagutan bibirnya yang indah dan hangat menggairahkan. Tentu saja aku jadi gelagapan, kaget setengah mati. Dadaku berdebar menggemuruh tidak menentu. Bcrbagai macam perasaan herkecamuk di dalam dada. Ragu-ragu aku memegang pinggangnya</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nyonya Wulandari membawaku ke pembaringannya yang besar dan empuk Dia melepaskan baju yang kukenakan, sebelum menanggalkan penutup tubuhnya sendiri. Dan membiarkannya tergeletak di lantai.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mataku seketika jadi nanar dan berkunang-kunang. Meskipun usia Nyonya Wulandari sudah hampir berkepala empat, tapi memang dia merawat kecantikan dan tubuhnya dengan baik. Sehigga tubuhnya tetap ramping, padat dan berisi. Tidak kalah dengan tubuh gadis-gadis remaja belasan tahun. Bagaimanapun aku lelaki normal. Aku tahu apa yang diinginkan Nyonya Wulandari. Apa lagi aku tahu kalau sudah dua minggu ini suaminya berada di luar negeri. Sudah barang tentu Nyonya Wulandari merasa kesepian.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Oh, ah.."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nyonya Wulandari mendesis dan menggeliat saat ujung lidahku yang basah kian hangat mulai bermain dan menggelitik bagian ujung atas dadanya yang membusung dan agak kemerahan. Jari-jari tangankupun tidak bisa diam. Membelai dan meremas dadanya yang padat dan kenyal dengan penuh gairah yang membara Bahkan jari-jari tanganku mulai menelusuri setiap bagian tubuhnya yang membangkitkan gairah. Aku melihat Nyonya Wulandari dan sudah tidak kuasa lagi menekan gairahnya. Sesekali dia merintih dengan suara tertahan sambil mendesak-desakkan tubuhnya Mengajakku untuk segera mendaki hingga ke puncak kenikmatan yang tertinggi. Tapi aku belum ingin membawanya terbang ke surga dunia yang bergelimang kehangatan dan kenikmatan itu. Aku ingin merasakan dan menikmati dulu keindahan tubuhnya dan kehalusan kulitnya yang putih bagai kapas ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Aduh, oh. Ahh.., Cepetan dong, aku sudah nggak tahan nih..", desah Nyonya Wulandari dengan suara rintihannya yang tertahan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nyonya Wulandari menjepit pinggangku dengan sepasang pahanya yang putih dan mulus. Tapi aku sudah tidak bisa lagi merasakan kehalusan kulit pahanya itu. Karena sudah basah oleh keringat. Nyonya majikanku itu benar-benar sudah tidak mampu lebih lama lagi bertahan. Dia memaksaku untuk cepat-cepat membawanya mendaki hingga ke puncak kenikmatan. Aku mengangkat tubuhku dengan bertumpu pada kedua tangan. Perlahan namun pasti aku mulai menekan pinggulku ke bawah. Saat itu kedua mata Nyonya Wulandari terpejam. Dan dan bibirnya yang selalu memerah dengan bentuk yang indah dan menawan, mengeluarkan suara desisan panjang, saat merasakan bagian kebanggaan tubuhku kini sudah sangat keras dan berdenyut hangat mulai menyentuh dan menekan, mendobrak benteng pertahanannya yang terakhir. Akhirnya batang penisku menembus masuk sampai ke tempat yang paling dalam divaginanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Okh, aah..!"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nyonya Wulandari melipat kedua kakinya di belakang pinggangku. Dan terus menekan pinggulku dengan kakinya hingga batang kebanggaanku melesak masuk dan terbenam ke dalam telaga hangat yang menjanjikan berjuta-juta kenikmnatan itu. Perlahan namun pasti aku mulai membuat gerakan-gerakan yang mengakibatkan Nyonya Wulandari mulai tersentak dalam pendakiannya menuju puncak kenikmatan yang tertinggi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Memang pada mulanya gerakan-gerakan tubuhku cukup lembut dan teratur Namun tidak sampai pada hitungan menit, gerakan-gerakan tubuhku mulai liar dan tidak terkendali lagi. Beberapa kali Nyonya Wulandari memekik dan mengejang tubuhnya. Dia menggigiti dada serta bahuku. Bahkan jari-jari kukunya yang tajam dan runcing mulai mengkoyak kulit punggungku. Terasa perih, tapi juga sangat nikmat sekali. Bahkan Nyonya Wulandari menjilati tetesan darah yang ke luar dari luka di bahu dan dadaku, akibat gigitan giginya yang cukup kuat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan dia jadi semakin liar, hingga pada akhirnya wanita itu memekik cukup keras dan tertahan dengan sekujur tubuh mengejang saat mencapai pada titik puncak kenikrnatan yang tertinggi. Dan pada saat yang hampir bersamaan, sekujur tubuhku juga menegang Dan bibirku keluar suara rintihan kecil. hanya beberapa detik kemudian aku sudah menggelimpang ke samping, sambil menghembuskan napas panjang. Nyonya Wulandari langsung memeluk dan merebahkan kepalanya di dadaku yang basah berkeringat. Aku memeluk punggungnya yang terbuka, dan merasakan kehalusan kulit punggungnya yang basah berkeringat. Nyonya Wulandari menarik selimut, menutupi tubuh kami berdua. Aku sempat memberinya sebuali kecupan kecil dibibirnya, sebelum memejamkan mata. Membayangkan semua yang baru saja terjadi hingga terbawa ke dalam mimpi yang indah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sejak malam itu aku kerap kali dipanggil ke dalam kamarnya. Dan kalau sudah begitu, menjelang pagi aku baru keluar dari sana dengan tubuh letih. Semula aku memang merasa beruntung bisa menikmnati keindahan dan kehangatan tubuh Nyonya Majikanku. Tapi lama-kelamaan, aku mulai dihinggapi perasaan takut. Betapa tidak, ternyata Nyonya Wulandari tidak pernah puas kalau hanya satu atau dua kali bertempur dalam semalam. Aku baru menyadari kalau ternyata Nyonya Majikanku itu seorang maniak, yang tidak pernah puas dalam bercinta di atas ranjang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bukan hanya malam saja. Pagi, siang sore dan kapan saja kalau dia menginginkan, aku tidak boleh menolak. Tidak hanya di rumah, tapi juga di hotel atau tempat-tempat lain yang memungkinkan untuk bercinta dan mencapai kenikmatan di atas ranjang. Aku sudah mulai kewalahan menghadapinya. Tapi Nyonya Wulandari selalu memberiku obat perangsang, kalau aku sudah mulai tidak mampu lagi melayani keinginannya yang selalu berkobar-kobar itu. Aku tetap jadi supir dan pengawal pribadinya. Tapi juga jadi kekasihnya di atas ranjang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mungkin karena aku sudah mulai loyo, Nyonya Wulandari membawaku ke sebuah club kesegaran. Orang-orang bilang fitness centre. Di sana aku dilatih dengan berbagai macam alat agar tubuhku tetap segar, kekar dan berotot. Dua kali dalam seminggu, aku selalu datang ke club itu. Memang tidak kecil biayanya. Tapi aku tidak pernah memikirkan biayanya. Karena ditanggung oleh Nyonya Wulandari. Dan di rumah, menu makanankupun tidak sama dengan pembantu yang lainnya. Nyonya Wulandari sudah memberikan perintah pada juru masaknya agar memberikan menu makanan untukku yang bergizi. Bahkan dia memberikan daftar makanan khusus untukku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Terus terang, aku merasa tidak enak karena diperlakukan istimewa. Tapi tampaknya semua pembantu di rumah ini sudah tidak asing lagi. Bahkan dari Bi Minah, yang tugasnya memasak itu aku baru tahu kalau bukan hanya aku yang sudah menjadi korban kebuasan nafsu seks Nyonya Wulandari. Tapi sudah beberapa orang pemuda seusiaku yang jadi korban. Dan mereka rata-rata melarikan diri, karena tidak tahan dengan perlakuan Nyonya Wulandari.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku memang sudah tidak bisa lagi menikmati indahnya permainan di atas ranjang itu. Apa lagi Nyonya Wulandari sudah mulai menggunakan cara-cara yang mengerikan, Untuk memuaskan keinginan dan hasrat biologisnya yang luar biasa dan bisa dikatakan liar. Aku pernah diikat, dicambuk dan di dera hingga kulit tubuhku terkoyak. Tapi Nyonya Wulandari malah mendapat kepuasan. Wanita ini benar-benar seorang maniak. Dan aku semakin tidak tahan dengan perlakuannya yang semakin liar dan brutal. Meskipun kondisi tubuhku dijaga, dan menu makanankupun terjamin gizinya, tapi batinku semakin tersiksa. Beberapa orang pembantu sudah menyarankan agar aku pergi saja dan rumah ini. Rumah yang besar dan megah penuh kemewahan ini ternyata hanya sebuah neraka bagiku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku memang ingin lari, tapi belum punya kesempatan. Tapi rupanya Tuhan mengabulkan keinginanku itu. Kebetulan sekali malam itu suami Nyonya Wulandari datang. Aku sendiri yang menjemputnya di bandara. Dan tentu tidak sendiri saja, tapi bersama Nyonya Wulandari. Di dalam perjalanan aku tahu kalau suami Nyonya Majikanku itu hanya semalam saja. Besok pagi dia sudah harus kembali ke Tokyo. Dari kaca spion aku melihat tidak ada gurat kekecewaan di wajah Nyonya Wulandari. Padahal sudah hampir sebulan suaminya pergi Dan kini pulang juga hanya semalam saja. Nyonya Wulandari malah tersenyum dan mencium pipi suaminya yang kendur dan berkeriput.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah memasukkan mobil ke dalam garasi, aku bergegas ke kamar. Kesempatan bagiku untuk kabur dan rumah neraka ini. Karena Nyonya Wulandari sedang sibuk dengan suaminya. Aku langsung mengemasi pakaian dan apa saja milikku yang bisa termuat ke dalam tas ransel. Saat melihat buku tabungan, aku tersenyum sendiri. Sejak bekerja di rumahi ini dan menjadi sapi perahan untuk pemuas nafsu Nyonya Majikan, tabunganku di bank sudah banyak juga. Karena Nyonya Wulandan memang tidak segan-segan memberiku uang dalam jumlah yang tidak sedikit. Dan tidak sepeserpun uang yang diberikannya itu aku gunakan. Semuanya aku simpan di bank. Aku masukan buku tabungan itu ke dalam tas ransel, diantara tumpukan pakaian. Tidak ada yang tahu kalau aku punya cukup banyak simpanan di bank. Bahkan Nyonya Wulandari sendiri tidak tahu. Karena rencananya memang mau kabur, aku tidak perlu lagi berpamitan. Bahkan aku ke luar lewat jendela.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Malam itu aku berhasil melarikan diri dari rumah Nyonya Wulandari. Terbebas dari siksaan batin, akibat terus menerus dipaksa dan didera untuk memuaskan nafsu birahinya yang liar dan brutal. Tapi ketika aku lewat di depan garasi, ayunan langkah kakiku terhenti. Kulihat Bi Minah ada di sana, seperti sengaja menunggu. Dadaku jadi berdebar kencang dan menggemuruh. Aku melangkah menghampiri. Dan Wanita bertubuh gemuk itu mengembangkan senyumnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Jangan datang lagi ke sini. Cepat pergi, nanti Nyonya keburu tahu..", kata Bi Minah sambil menepuk pundakku.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Terima kasih, Bi", ucapku.</div>
<div style="text-align: justify;">
Bi Minah kembali tersenyum. Tanpa membuang-buang waktu lagi, aku bergegas meniggalkan rumah itu. Aku langsung mencegat taksi yang kebetulan lewat, dan meminta untuk membawaku ke sebuah hotel.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk pertama kali, malam itu aku bisa tidur nyenyak di dalam kamar sebuah hotel. Dan keesokan harinya, setelah mengambil semua uangku yang ada di bank, aku langsung ke stasiun kereta. Aku memang sudah bertekad untuk kembali ke desa, dan tidak ingin datang lagi ke Jakarta.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari hasil tabunganku selama bekerja dan menjadi pemuas nafsu Nyonya Wulandari, aku bisa membuka usaha di desa. Bakkan kini aku sudah punya istri yang cantik dan seorang anak yang lucu. Aku selalu berharap, apa yang terjadi pada diriku jangan sampai terjadi pada orang lain. Kemewahan memang tidak selamanya bisa dinikmati. Justru kemewahan bisa menghancurkan diri jika tidak mampu mengendalikannya.</div>
yunnileehttp://www.blogger.com/profile/15596533211185417604noreply@blogger.comIndonesia-0.789275 113.92132700000002-31.6684965 72.61273300000002 30.0899465 155.22992100000002tag:blogger.com,1999:blog-2527921526551706948.post-41198318231603516292016-12-10T03:10:00.000+07:002016-12-10T03:10:10.523+07:00 Sepi Sendiri<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh08F_dhW3lfFMHU454nghWnX0lTJiUp6dNvV2lD10qirrkVFT4oIAkIcjrheAJvVWz3hruxvkWk02m1WbkplbukV-fszvcrDctMKno02UKu3TmLuncPlBz_oP-TwP1qWsw8PN1a151LyPH/s1600/images+%252818.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh08F_dhW3lfFMHU454nghWnX0lTJiUp6dNvV2lD10qirrkVFT4oIAkIcjrheAJvVWz3hruxvkWk02m1WbkplbukV-fszvcrDctMKno02UKu3TmLuncPlBz_oP-TwP1qWsw8PN1a151LyPH/s320/images+%252818.jpg" width="239" /></a></div>
Sambil melemparkan kertas yang sudah lecek itu ke lantai, Fani menghenyakkan tubuhnya dengan kesal ke kasur. Matanya menerawang, wajahnya tampak galau. Sudah 2 bulan berlalu sejak Ema pindah ke Surabaya mengikuti orang tuanya yang dipindah tugas ke sana. Fani, sang siswa kelas 2 SMP berwajah cantik, berambut hitam panjang dan lurus, dengan tinggi 162 cm dan berat 48 kg, seorang anak kecil yang baru memasuki masa puber dan baru mulai menjelajahi seksualitas tubuhnya, merindukan kekasihnya, Ema, sang adik kelas yang berwajah cantik berambut cepak seperti lelaki. Fani merindukan kasih sayang dan kehangatan tubuhnya, serta merindukan sentuhan lembutnya. Namun surat dari Ema yang baru diterimanya siang itu seakan tak menunjukkan Ema juga merindukan dirinya. Segalanya baik-baik saja dan menyenangkan bagi Ema. Kesibukan pindahan dan mengurus sekolah baru dan segala tetek bengek lain membuat Ema tak sempat menulis surat lebih dini. Besok hari pertama liburan sekolah, membuat Fani merasa semakin kesepian dan sendirian. Air mata mulai mengambang di pelupuk mata Fani. Ia menggigit bibir menguatkan hati dan memeluk guling, berusaha melupakan kegalauan di hatinya. Fani jatuh tertidur dengan gelisah.<br />
<b><br /></b>
<b>Sepi Sendiri</b><br />
<br />
Esok paginya Fani keluar kamar dalam keadaan yang lebih tenang. Fani turun mendapatkan rumah sepi, hanya Iroh sendirian sedang mengepel lantai. Pembantu rumah tangga keluarga Fani ini baru berusia 22 tahun, belum menikah, namun tak seperti pembantu idaman para lelaki nakal yang umumnya seksi dan cantik. Walau berdada montok, Iroh bertubuh agak gemuk, berkulit hitam dan sama sekali tidak cantik.<br />
<br />
"Mbak Iroh, Mama ke mana?"<br />
"Tadi pergi pagi-pagi banget, Neng. Katanya ke rumah Bu Anwar," jawab Iroh.<br />
<br />
Setiap ke rumah Bu Anwar pasti Mama pulangnya baru sore banget, adiknya dibawa, berarti aku akan semakin kesepian dan sendirian seharian ini, pikir Fani. Ia pergi ke ruang makan, meninggalkan Iroh melanjutkan tugasnya, duduk dengan pasrah di meja makan, meminum segelas susu. Tak bersemangat, Fani memutuskan untuk pergi mandi, mungkin akan membangkitkan semangatnya.<br />
<br />
Fani bermaksud mengatur keran air panas dan air dingin agar kehangatan air sesuai dengan yang ia inginkan. Namun Fani tak memperhatikan bahwa posisi pengatur air sedang ada di kiri, hingga saat membuka keran, air dingin tak mengucur dari keran ke dalam bathtub, melainkan langsung mengucur dengan deras dari shower di atas kepalanya, membasahi Fani yang belum buka pakaian. Dengan terkejut, Fani kontan menutup keran kembali. Fani terpana menatap dasternya yang basah cukup banyak dan melekat di pahanya. Namun kejadian ini memancing pikiran nakal dalam benaknya. Ia tersenyum nakal.<br />
<br />
Kali ini Fani memindahkan posisi pengatur air lebih dahulu, lalu mulai mengatur kedua keran hingga puas dengan kehangatan air yang mengucur dari keran. Lalu, tanpa membuka dasternya, Fani memindahkan posisi pengatur air hingga air hangat mengucur dari shower, membasahi seluruh tubuhnya sekaligus seluruh pakaiannya. Fani berdiri di bawah kucuran air, meraba-raba tubuhnya dari balik dasternya yang telah basah kuyup dan melekat di tubuhnya. Ia sabuni tubuh yang masih dibalut daster basah itu dengan sabun cair hingga berbusa melimpah. Fani terkikik geli melihat pemandangan ini. Kenakalan ini membangkitkan semangatnya kembali, membuatnya berani. Sendirian tak berarti tak bisa menikmati suasana, pikirnya. Gesekan tangannya tiba di selangkangannya dan Fani pun menyelipkan tangannya ke balik daster basahnya dan menyabuni selangkangannya yang masih terbalut celana dalam.<br />
<br />
"Mmmhh.." Pikiran nakal dan sentuhan pada bagian peka di tubuhnya mulai membangkitkan birahi Fani. Ia melanjutkan sentuhan-sentuhan lembutnya pada selangkangannya, lalu mulai menyelipkan sebelah jarinya ke dalam celana dalamnya, menyentuh bibir vaginanya yang telah basah kuyup, selain oleh air hangat dari shower, mungkin oleh lendir gairahnya juga.<br />
<br />
"Mmmhh.." Fani kembali mendesah merasakan setruman rangsangan hangat dan lembut yang disebabkan oleh sentuhan jarinya sendiri itu. Pikirannya semakin nakal dan melayang ke khayalan sensual yang telah lama tertanam dalam benaknya, namun tak pernah benar-benar ia khayalkan. "Mmmhh.." Dengan mata terpejam, jarinya kembali bergerak memberi gesekan lembut pada bibir vaginanya, lagi, lagi, lagi, dan "CLACK!" Tersentak dari khayalannya, Fani membuka mata mendapatkan Iroh di pintu kamar mandi dengan mata terbeliak memandangnya.<br />
<br />
"Ehh, ma'ap, Neng! Kok Neng Fani mandi pintunya nggak dikunci?"<br />
Fani sudah tak ingat bahwa ia lupa mengunci pintu karena benaknya terlalu disibukkan dengan khayalan nakalnya untuk mandi tanpa melepas pakaian.<br />
"Lagian kok Neng Fani mandi masih pakai daster sih?" tanya Iroh lagi sambil matanya menyapu seluruh tubuh Fani, dan terhenti dengan terkejut pada tangan Fani yang terselip ke balik dasternya, terjepit selangkangannya.<br />
"Ma'ap, Neng.. ma'ap.." kata Iroh terbata-bata sambil beranjak keluar dan menarik pintu kamar mandi.<br />
"Mbak!" sentak Fani.<br />
Iroh terhenti dalam keadaan pintu setengah tertutup.<br />
"Masuk, Mbak!" kata Fani.<br />
Iroh tak bergerak.<br />
"Sini!" sentak Fani lagi.<br />
<br />
Dengan ragu, Iroh pun masuk kembali ke kamar mandi. Fani sendiri baru menyadari bahwa tangannya masih terjepit di selangkangannya, namun tatapan Iroh pada tubuhnya yang terbalut daster basah melekat, penuh busa sabun, dengan tangan di selangkangan, tatapan Iroh pada kenakalannya, tak membuat Fani merasa malu atau takut, sebaliknya hal itu semakin membangkitkan birahi dalam dirinya. Rasa tertangkap basah sedang berbuat nakal membuat dirinya merasa jalang. Fani sangat menyukai perasaan itu dan ia sangat terangsang karenanya. Fani melepas tangannya dari selangkangannya dan menatap Iroh yang tertunduk tak berani menatap majikan mudanya ini.<br />
<br />
"Mbak Iroh tutup pintunya dulu, terus duduk di kloset," kata Fani memerintahkan, kali ini dengan lembut dan tak menyentak. Iroh dengan bingung menjalankan perintah majikannya. Ia duduk di kloset duduk yang tertutup itu, namun tetap menunduk tak berani memandang Fani. "Santai aja, Mbak," kata Fani lagi dengan lembut, "Mbak lihat ke sini dong," lanjut Fani dengan nada memohon namun terbersit sedikit nada nakal pada suaranya. Iroh ragu dan tak langsung berani menatap hingga Fani melanjutkan dengan manja, "Mbaak.. ayo dong.. Nggak papa kok."<br />
<br />
Iroh akhirnya berani mengangkat kepala mendapatkan Fani tersenyum nakal ke arahnya, lalu menarik dasternya yang telah basah kuyup melekat pada tubuhnya itu secara perlahan dan menggoda. Masih terus terpercik air hangat dari shower, Fani bahkan menggoyang-goyangkan pantatnya perlahan dengan nakal sementara dasternya semakin tertarik ke atas, menampilkan celana dalam yang sama basahnya. Iroh menelan ludah antara canggung dan bingung menyaksikan strip show nakal majikan belianya yang cantik ini. Akhirnya seluruh daster terlepas dan Fani menyabetkan daster basah itu ke arah Iroh sehingga air menciprat deras pada sang pembantu.<br />
"Ah!" pekik Iroh terkejut.<br />
"Neng Fani nakal! Iroh basah nih!" sentak Iroh walaupun tak bernada marah, bahkan ia terkikik geli setelah itu.<br />
Fani tersenyum menyadari Iroh sudah semakin rileks menghadapinya, dan kata-kata "nakal" dari mulut sang pembantu membuat darahnya berdesir dan semakin membangkitkan gairahnya.<br />
<br />
Fani menjatuhkan daster ke lantai dan mini set di dada mungilnya mulai dilepas dan segera menyusul sang daster di lantai. Di bawah percikan shower, Fani yang kini tinggal memakai celana dalam mulai meraba-raba buah dada dan puting mungilnya dengan lembut. Kepalanya terdongak ke atas dan bibir tergigit merasakan birahi yang mulai semakin merebak dalam tubuhnya. Mendadak Fani menengok dan menatap Iroh yang tampak menyukai pertunjukan sensual di depannya. Sepenuhnya menyadari ada yang menyaksikan kenakalannya membuat rangsangan dalam diri Fani semakin meledak-ledak. Dengan gerak semakin menggoda, Fani mengangkat kedua tangan ke kepala, mempertontonkan ketiaknya yang putih mulus tanpa bulu, sambil menggoyang-goyang pantat dan dadanya dengan lembut, perlahan dan sensual, di bawah kucuran deras air hangat yang menetes-netes dari tubuhnya. Fani lalu menyibak rambutnya yang panjang hitam dan basah itu hingga tersampir di depan dadanya. Ia menatap mata Iroh lalu menggerakkan bibirnya memberi kecupan jarak jauh sampai berbunyi, "Cup!" Iroh hanya bisa tersenyum kecut melihat ini.<br />
<br />
Fani berbalik lalu mulai melorotkan celana dalamnya, juga secara perlahan dengan gerakan pantat yang semakin lama semakin menyembul keluar itu, menggoda Iroh yang menelan ludah menyaksikannya. Fani menungging dan melepas celana dalam dari pergelangan kakinya, namun mempertahankan posisi itu beberapa saat sambil menggoyang pantat mulusnya dengan nakal dan menggoda. Fani kembali berbalik menghadap Iroh, lalu ia melempar celana dalamnya secara asal hingga menceplok keras di cermin, membasahi cermin yang berkabut oleh hawa panas dari air shower, lalu perlahan-lahan celana dalam basah sang gadis nakal merosot hingga mendarat di wastafel. Fani mengangkat sebelah kakinya ke pinggir bathtub sehingga pahanya yang kini mengangkang lebar itu mempertontonkan vaginanya yang telah merekah penuh birahi dan basah kuyup oleh guyuran air hangat dan lelehan lendir gairah. Tidak membuang waktu, Fani langsung mendaratkan jarinya menggesek-gesek vagina mudanya yang berwarna merah muda itu dari bawah ke atas secara perlahan dan menggoda, membuat Iroh menggigit bibir mengkhayalkan kenikmatan nakal yang kini dirasakan sang majikan belia.<br />
<br />
"Mmm.. mm.. mm.. oohh.." desah Fani mulai terdengar di sela nafasnya yang tersengal-sengal menahan gairah selagi jarinya menggesek-gesek vaginanya. Gesekan jari Fani berhenti di ujung atas vaginanya dan kini ia mempermainkan klitorisnya yang telah mengacung keras penuh birahi itu dengan ujung jarinya, sementara sebelah tangannya naik kembali meraba-raba puting mungilnya. "Ohh.. ohh.. ohh.. mmhh.." Fani sedikit membuka matanya yang terpejam untuk melihat Iroh menggigit bibir sambil kedua tangannya meremas-remas ujung roknya, sementara kedua pahanya dirapatkan dan saling bergesek-gesek, tanda ia sendiri sudah mulai terangsang dengan pemandangan di depannya ini, dan mungkin ditambah dengan khayalan di benaknya sendiri. Pemandangan itu membuat Fani semakin terangsang dan mulai semakin liar menggesek-gesek klitoris dan vaginanya, sementara tangan satunya mulai meremas-remas buah dadanya dengan kasar. Desah dan rintihan pun mulai semakin sering terlepas dari bibir mungilnya.<br />
<br />
"Ngh.. ngh.. ngh.. ohh.. ohh.. ngh.. ngh.." di antara keliaran gesekan jari dan remasan tangannya, dengan birahi yang mulai meledak-ledak, Fani memasukkan jarinya yang telah dibasahi lendir gairah ke dalam mulutnya, menghisap lendir hangat itu dengan penuh kenikmatan, lalu kembali digesek-gesekkan pada vaginanya. Terus Fani mengulangi itu berkali-kali, sementara aliran air hangat meleleh dari kepala melewati dadanya yang terus diremas-remas dengan liar, turun ke vaginanya yang merekah mendapatkan serangan rangsangan hebat dari jarinya.<br />
<br />
Semakin liar dan bernafsu, Fani kini menggunakan dua jari untuk menjepit klitorisnya dari atas sambil kedua jarinya itu menggesek-gesek vaginanya yang telah melelehkan lendir panas, sementara tubuhnya mulai bergelinjang tak terkendali dan mulutnya semakin liar merintih dan mendesah. "Ngghh.. gghh.. ohh.. ohh.. Mbak.. Mbak.. Mbakk.. ohh.." Rangsangan dan kenikmatan gairah pada tubuh Fani mulai merebak mencapai klimaksnya. Dengan tubuh bergelinjang semakin liar dan gesekan jari pada vagina yang juga semakin kasar dan bernafsu, serta remasan pada buah dadanya yang juga semakin kasar dan liar, Fani merasakan setruman rangsangan penuh kenikmatan merebak dari vaginanya ke seluruh penjuru tubuhnya secara perlahan namun terasa tak kunjung berakhir. Iroh melotot tegang dengan tubuh panas-dingin melihat Fani menggelinjang hebat. "Ahh.. ahh.. ahh.. ahh!" Fani menjerit-jerit tak terkendali merasakan kenikmatan puncak yang walaupun sebenarnya hanya berlangsung beberapa detik ini, namun terasa seperti berjam-jam meledak-ledak dalam dirinya, sementara kedua tangannya dengan kasar meremas vagina dan buah dadanya yang menjadi pusat kenikmatan terhebat yang pernah ia rasakan selama hidupnya ini.<br />
<br />
"Gggaahh.." Dengan lenguhan terakhirnya, Fani melepas ledakan orgasme yang membuat seluruh tubuhnya lemas bagai tak bertulang, lalu ia pun menggelosor di bathtub, duduk telanjang dengan mata terpejam penuh kenikmatan sementara air hangat masih terus mengucur menyiram tubuhnya.<br />
<br />
Iroh menghela nafas panjang disusul nafas yang terengah-engah setelah menyaksikan klimaks yang dinikmati majikannya. Tak terasa, ternyata Iroh pun banyak menahan nafas selama pertunjukan nakal penuh gairah ini digelar oleh Fani. "Mbak, tolong ambilin handuk dong," pinta Fani pelan dan lembut di sela nafasnya yang juga tersengal-sengal. Iroh langsung melesat keluar, selain ingin mengambil handuk, juga sangat membutuhkan udara segar untuk paru-parunya yang terasa penuh kabut.<br />
<br />
Fani menyelesaikan mandinya, lalu mengeringkan badan dengan handuk. Dengan tubuh dibalut handuk, Fani keluar kamar mandi dan menghampiri Iroh yang masih duduk saja di meja makan, kebingungan, tak tahu harus berbuat apa. Fani mengecup pipi Iroh, lalu tersenyum. "Makasih ya, Mbak Iroh, udah nemenin Fani. Kapan-kapan lagi ya?" tukas Fani ceria, seakan itu hanya kejadian biasa yang setiap hari bisa terjadi di setiap keluarga normal. Iroh hanya bisa mengangguk dan Fani berlenggok meninggalkannya dengan perasaan puas dan ringan.yunnileehttp://www.blogger.com/profile/15596533211185417604noreply@blogger.comIndonesia-0.789275 113.92132700000002-31.6684965 72.61273300000002 30.0899465 155.22992100000002tag:blogger.com,1999:blog-2527921526551706948.post-46937845413211903652016-12-10T03:08:00.000+07:002016-12-10T03:08:25.127+07:00Sekretaris - Sekretaris Haus Seks<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjaxyYpfjrxCYnR08kysljb00dU-qBqfp0luLb67tbjJ0EoYCTnIhuGR8cygB5R8Af0Lp54kn6JInsA3LLIdaZKq1e8Z1vOZUduJycS1P_i_IHCshO6b-KO_DCFwUCAER7lHLPG7f7kwbJ9/s1600/images+%252818%25293545684.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjaxyYpfjrxCYnR08kysljb00dU-qBqfp0luLb67tbjJ0EoYCTnIhuGR8cygB5R8Af0Lp54kn6JInsA3LLIdaZKq1e8Z1vOZUduJycS1P_i_IHCshO6b-KO_DCFwUCAER7lHLPG7f7kwbJ9/s320/images+%252818%25293545684.jpg" width="239" /></a></div>
<br />
“Iya… masuk.” Terdengar ketukan diluar pintu ruangan saya.<br />
“Maaf pak. Apakah bapak mau memulai untuk menyeleksi calon sekretaris.”<br />
“Hmmm… suruh masuk.” Perintah Irwan tanpa menoleh kepada bawahannya.<br />
Beberapa saat kemudian terdengar kembali suara ketukan di pintu ruangan tersebut.<br />
“Masuk…”<br />
“Siang pak…”<br />
“Hmmm… silahkan perkenalkan siapa kamu.” Sahut Irwan tanpa terlalu memperdulikan kehadiran calon pelamar tersebut di hadapannya yang masih berdiri. Saat itu Irwan memang sedang asik membaca berita berita fresh news di Forum kecintaannya di Bluefxxx.com.<br />
“Tolong sebutkan nama kamu… umur kamu… sekarang kamu tinggal dimana… dan apa pendidikan terakhir kamu serta dari universitas mana.” Tanya kembali Irwan yang tak memperdulikan wanita yang kini duduk di depan mejanya.<br />
“Nama saya Sarah Pradipta, saat ini saya berusia 21 tahun. Saya tinggal di perumahan Jatinegara Kaum, Jakarta Timur. Saya merupakan Lulusan D3 jurusan sekretaris pada universitas Swasta Trisakti.” Jawab Sarah dengan lancar tanpa merasa gugup bila sedang interview.<br />
<br />
Saat itu sarah mengenakan baju yang sungguh menawan. Blazer hitam dipadu kemben putih tanpa memakai Bra yang menahan buah dada yang berukuran 36B hingga terlihat jelas sekali terbentuk puting susunya pada pakainannya. Rok ketat pendek yang memamerkan kemulusan kulit pahanya yang putih, seakan memancing setiap tangan untuk menjamah serta merasakan kehalusannya. Dengan postur tubuh sekitar 170 cm yang cukup tinggi bagi wanita seperti Sarah.<br />
<br />
<b>Sekretaris - Sekretaris Haus Seks</b><br />
<br />
Terkadang banyak sahabatnya yang bertanya kepadanya, mengapa ia lebih memilih untuk menjadi seorang sekretaris dibandingkan menjadi seorang model karena Sarah memiliki segala kriteria seorang model papan atas. Paras wanita indo antara Belanda-Jawa. Bola mata coklat dipadu dengan Rambut berombak merah bata sepunggung, kulit putih bersih. Memiliki leher yang jenjang, dengan sedikit rambut halus yang tumbuh di lehernya. Lekukan tubuh yang mengiurkan setiap mata yang memandang. Seakan akan mengundang terjangan setiap laki laki yang memandangnya bila sedang berjalan. Memang selama ini Sarah sangat menjaga kebugaran tubuhnya dengan erobik rutin di sebuah gym Selebritis Fitnnes dibilangan Kelapa Gading, Jakarta Utara.<br />
<br />
Sepintas Irwan tertuguh dengan hadirnya bidadari yang berdiri dihadapannya saat itu. Tanpa kembali memperdulikan fresh news yang paling ia suka bila membuka forum Bluefxxx.com.<br />
<br />
Tatapannya bagaikan menelanjang Sarah, menatap dan menilai setiap lekukan tubuh Sarah saat itu.<br />
“Pak… apakah ada yang salah dengan pakaian yang sekarang saya kenahkan. Apakah bapak kurang berkenan dengan pakaian ini.” Tutur Sarah setelah menyadari tatapan Irwan yang menatapnya dari ujung kaki hingga ujung rambut.<br />
“Ooh… tidak tidak ada yang salah, hmmm… saya suka dengan penampilan kamu… apakah kamu sudah berkeluarga saat ini.” Tanya Irwan yang ingin mengetahui status pelamarnya saat itu.<br />
“Belum pak… Saat ini saya ingin memfokuskan untuk karier saya, oleh karena itu saya tidak ingin menjalin sebuah hubungan dengan siapapun.” Jawab Sarah dengan menundukkan wajahnya menatap ke bawah karena malu atas pertanyaan itu. Atau mungkin karena malu atas tatapan Irwan yang terus menatapnya.<br />
“Selain kemampuan dibidang kesektretarisan. Kamu memiliki kemampuan apa lagi. Mungkin ini agak mengherankan, namun ini sebetulnya sangat diperlukan sekali bagi seorang sekretaris saya.”<br />
“Hmmm… dilain bidang kesekretarisan… mungkin saya juga bisa memberikan sesuatu yang lebih untuk bapak… namun bila bapak juga mengingginkannya.”<br />
<br />
Perlahan Sarah berjalan mendekati tempat Irwan, dengan menampilkan paras muka nakalnya Sarah membuka retsleting celana Irwan dan mengeluarkan naga saktinya keluar dari sarangnya. Di genggamnya batang kemaluan Irwan dengan jari jari lentiknya. Perlahan dikocok kocok batang kemaluan itu naik turun seirama. Sesekian detik kemudian naga yang tertidur itu terbangun dan mengeliak dengan urat urat yang menonjol di tubuhnya.<br />
<br />
Dengan lidah nakalnya Sarah memulai permainannya dengan menjilat kepala kemaluan yang ia genggam itu. Memasukkan kemaluan Irwan dengan diameter cukup besar dan panjangnya sekitar 17 – 20 sentimeter itu ke dalam mulutnya. Dengan lahap Sarah menelan habis batang kemaluan itu. Mengoral dengan menaik turunkan sambil tangan sebelah kanannya membelai kantung kemenyan Irwan.<br />
Merasa kemaluannya sedang di oral oleh Sarah dengan nikmatnya, tangan sebelah kanan Irwan pun turun mencari bongkahan buah surga yang menjulang mengemaskan ke dalam genggaman tangannya yang kekar berotot itu.<br />
<br />
Merasa tak ingin sensasi ini terganggu, Irwan melepaskan genggaman buah dada Sarah yang kini telah mengelantung di luar baju dalamnya dan mengapai telphonenya serta memberitahukan bawahannya bahwa untuk saat ini ia tak ingin diganggu serta memberitahukan bahwa ia telah menerima Sarah sebagai sekretarisnya yang baru. saat ini ia memberitahukan juga bahwa ia sedang memberikan tugas kepada Sarah tentang tugas tugasnya sebagai sekretarisnya.<br />
Setelah menaruh kembali gagang telphone tersebut Irwan kembali mencari mainannya yang tadi sempat tertunda.<br />
<br />
Kemudian Sarah melepaskan kulupannya dan menanyakan kemungkinan apakah Irwan mengingginkan sensasi yang lebih dari permainan ini dan yang merupakan tanda terima kasih karena ia telah diterima untuk berkerja di perusahaan ini.<br />
Sarah duduk di atas meja kerja Irwan dan merenggangkan kedua kakinya tepat dihadapan Irwan yang menampilkan celana dalam putih dengan model renda.<br />
Menurunkan celana dalam berendanya yang membungkus lipatan gundukan daging montok itu dihadapan Irwan yang mulai terpanah dengan pemandangan yang kini ia saksikan.<br />
<br />
Tak ingin berlama lama memandangnya. Irwan langsung memendamkan kepalanya di dalam selangkangan Sarah dan melahap harumnya liang kemaluan Sarah yang terawat itu. Ternyata selain merawat kebugaran tubuhnya. Sarah juga tak lupa merawat liang kewanitaannya dengan segala ramuan ramuan tradisional yang berasal dari ibunya yang keturunan orang Jawa.<br />
Keharuman terpancar di dalam selangkangannya, memberikan sejuta rangsangan terhadap Irwan.<br />
“Sshhhhh…. mmmmm….” rintih Sarah mendahakkan kepalanya menatap ke atas menikmati setiap jengkal jilatan Irawan terhadap vaginanya.<br />
Sluup… sluup… terdengar suara jilatan Irwan yang sedang menikmati.<br />
“Sssshhh…. Pak. Ooohh….” erang kembali Sarah saat Irwan memainkan klitorisnya dan mengigit halus serta menekan nekan kepala Irwan tanpa memperdulikan bahwa Irwan adalah atasannya saat itu.<br />
<br />
Jilatan demi jilatan menjelajahi vagina Sarah, hingga tak sanggup lagi Sarah menahan lebih lama rasa yang ingin meledak didalam dirinya.<br />
Nafas yang makin memburu… sahut menyahut didalam ruangan yang cukup besar itu. Beruntung ruangan Irwan kedap suara, jadi tak kwatir sampai terdengan oleh karyawannya di luar sana.<br />
<br />
Beberapa menit kemudian Sarah mengejang sambil mendesah keras serta meluruskan kedua kakinya yang jenjang itu lurus tepat di belakang kepala Irwan yang sedang terbenam menjilati bongkahan vagina Sarah. Akhirnya Sarah mencapainya dengan keringat disekujur tubuhnya. Meskipun ruangan tersebut Full AC namun Sarah masih merasa kepanasan di sekujur tubuhnya saat itu. Mungkin karena pengaruh hawa nafsu yang kini menjalar didalam dirinya atas rasa yang barukali ini ia dapatkan.<br />
<br />
Masih dengan posisi Sarah duduk di atas mejanya. Irwan membuka seluruh celana serta celana dalamnya dan membebaskan sepenuhnya naga sakti yang ia banggakan itu.<br />
Menyadari hal itu Sarah menaikan lebih tinggi Rok ketatnya hingga ke pinggangnya yang ramping dan merenggangkan kedua pahanya yang siap akan dinikmati oleh atasan barunya.<br />
<br />
Irwan mengenggam batang kemaluannya dan mengosokannya diantara bibir vagina Sarah yang telah basah bercampur liur Irwan dan mani Sarah yang tadi keluar.<br />
Perlahan Irwan menekan kepala kemaluannya ke dalam vagina Sarah yang menantang ingin segera di ganjal oleh batang kemaluaan besar berurat Irwan. Vagina yang hanya dihiasi bulu bulu halus berbentuk V diatas liangnya. Semakin membuat gemas Irwan yang memandangnya. Dengan dibantu Sarah yang membuka kedua pahanya semakin lebar, mempermudah kemaluan Irwan untuk segera menerobos masuk.<br />
<br />
“Pak… plan… pelan Pak. Sakit.” Ujar Sarah ketika merasakan mahkota keperwanannya ini akan segera dilahap oleh atasannya. Dengan mimik muka Sarah yang mengigit bibir sensualnya.<br />
“Tahan sebentar yah… setelah ini kamu akan merasakan sebuah sensasi yang tak mungkin kamu dapatkan ditempat lain selain dengan saya.<br />
<br />
Sarah hanya mengangguk kecil kepada Irwan yang melanjutkan dorongannya untuk segera mendobrak pintu surganya yang masih rapat tertutup itu.<br />
Dengan kedua tangan yang memegang kedua sisi meja Irwan, Sarah menahan dorongan Irwan yang terus berusaha.<br />
<br />
Akhirnya usahanya membuahkan hasil. Kepala kemaluannya memasuki vagina Sarah perlahan lahan dan semakin dalam. Setelah terasa seluruh dari batang kemaluannya masuk semua. Irwan tak langsung menariknya kembali. Sesaat didiamkan dulu batang kemaluannya didalam vagina sempit Sarah yang perawan itu. Menikmati remasan remasan otot vagina Sarah terhadap batang kemaluannya.<br />
Sensasi wajah Sarah yang menahan sakit yang dirasakan semakin membuat Irwan semakin meluap birahinya untuk lebih lanjut menyetubuhi Sarah.<br />
<br />
Pelan pelan Irwan menarik kembali batang kemaluannya dari dalam vagina Sarah dan hanya menyisakan kepalanya saja dan kembali menekan masuk terus dan berulang ulang hingga Sarah merasakan birahinya kembali bangkit bersamaan dengan gesekan gesekan yang dibuat oleh Irwan kepada liang kewanitaannya.<br />
“Pak… lebih cepat dong pak dorongannya.” Ujar Sarah meminta agar Irwan semakin cepat memompa vaginanya.<br />
<br />
Setiap tekanan yang dilakukan Irwan terhadap vagina Sarah, mengakibatkan klitorisnya ikut tergesek dan menimbulkan sensasi nikmat yang begitu indah.<br />
Merasa Vagina Sarah telah dapat menerima kehadiran batang kemaluannya yang besar ini, maka pompaan Irwan pun semakin genjar keluar masuk kedalam vagina Sarah.<br />
Tak terasa pergumulan ini berlangsung selama 30 menit lamanya. Hingga Sarah telah keluar sebanyak 4 kali.<br />
<br />
“Pak… sssshhh…. please pak… nikmatnya batang kemaluan bapak ini. Trus pak….” desah Sarah semakin mengila atas rasa yang ia dapatkan ini.<br />
“Paaaakkk… Sarah tidak kuat lagi…. Aaakkkhhh…”<br />
Mendengar seruhan Sarah yang sedikit lagi mencapai puncaknya, maka Irwan pun tak ingin lebih lama lagi. Kali ini Irwan ingin mengakhiri dengan bersama sama.<br />
“Tahan sebentar Sarah… kita sama sama keluarinnya. Jangan dikeluarin dulu… tahan.” Perintah Irwan yang semakin genjar memompa vagina sarah yang tak memperdulikan perih yang dirasakan Sarah pada bibir vaginanya yang semakin memerah itu.<br />
Akhirnya….<br />
“Aaaakkkhhh… Saaaarrraaah.” Erang Irwan yang bersamaan dengan erangan sarah pada saat itu memanjang sambil saling berpelukan dalam dekapannya masing masing.<br />
Anita ( 20 tahun )<br />
<br />
Seusai persenggamahan mereka. Sarah bergegas mengenakan seluruh pakaiannnya dan merapikan pakaian yang agak lesuh itu karena pergumulannya dengan Irwan atasan barunya. Tak lupa Sarah mengambil secarik Tissue basah dari tas kecilnya dan membersihkan vaginanya dari bekas bekas sperma yang di muncratkan Irwan didalam liang kewanitaannya.<br />
<br />
Sepulang kerja Irwan menawarkan untuk mengantar sekretaris barunya Sarah pulang ke rumahnya yang berada di perumahan Jatinegara Kaum, Jakarta Timur.<br />
Setibanya Sarah dan Irwan didepan rumahnya. Sarah dikejutkan dengan hal yang membuat Sarah untuk meninggalkan Irwan sendiri dirumahnya bersama dengan adiknya Anita. Kepergian Sarah yang tiba tiba itu dikarena ada salah satu keluarganya yang sakit keras malam itu juga.<br />
<br />
Dan Sarah tak sungkan meminta pertolongan Irwan untuk menunggunya di rumahnya bersama Anita adiknya yang masih kuliah di Universitas Gunadarma. Karena mereka hanya tinggal bertiga di rumah itu, sedangkan ayahnya Sarah telah meninggal dunia sekitar 4 tahun yang silam. Bersama dengan ibunya yang kini menjanda.<br />
<br />
Dengan spontan Irwan menawarkan Sarah untuk mengunakan mobil Jaguarnya untuk menemani ibunya ke rumah saudaranya malam itu. Tawaran Irwan pun tak sia sia kan. Sarah bersama ibunya berangkat menuju rumah saudaranya yang berada cukup jauh daritempat tinggalnya dengan mengunakan mobil Jaguar yang Irwan tawarkan.<br />
<br />
Kecantikan Anita tak kalah dengan kecantikan kakaknya. Paras muka Anita mungkin dapat dikatakan lebih menawan dan mempesona dibandingkan dengan kakaknya Sarah. Dengan kulit yang sama putih serta berambut hitam lurus sebahu, dihiasi bibir dan mata yang menantang laki laki disekitar komplek perumahannya. Postur tubuh Anita lebih pendek dibandingkan dengan kakaknya. Sekitar 165 cm dengan sepasang buah dada berukuran 36 C lebih besar diatas kakaknya. Sepasang bongkahan pantat menawan yang dipadu dengan pinggulnya yang langsing.<br />
Postur tubuh Anita membuat Darah muda Irwan kembali terbakar setelah mengetahui kemolekkan tubuh adik Sarah ini.<br />
<br />
“Mimpi apa aku kemarin malam… hingga hari ini aku dikelilingi oleh bidadari cantik seperti Sarah dan Anita. Sungguh beruntungnya diriku hari ini.” Kata Irwan dalam hatinya. Ketika merasa keberuntungan berpihak kepadanya saat ini. Pertama mendapatkan seorang sekretaris secantik Sarah serta mendapatkan kenikmatan menyetubuhi Sarah siang tadi didalam ruangannya.<br />
“yuk masuk… kita tunggu mama dan kak Sarah didalam saja.” “Oh yah, perkenalkan nama saya Anita, umur saya 20 tahun nanti bulan depan. Anita panggil siapa yah sama….” Oceh Anita yang terus menerus sambil berjalan kedalam rumahnya.<br />
“Nama saya Irwan Direktur disalah satu Perusahaan swasta yang bergerak dalam bidang ekspor impor. Sekaligus merupakan atasan baru kakakmu Sarah. Panggil saja kak Irwan.” Ujar Irwan buru buru karena belum sempat memperkenalkan namanya sebari tadi karena ocehan Anita wanita yang membuat mata Irwan terus terpanah dengan goyangan pantatnya ketika berjalan tepat dibelakangnya.<br />
<br />
“Oh… jadi boss baru kak Sarah yah… wah kak Sarah beruntung sekali yah memiliki boss yang baik hati serta tampan seperti kak Irrrrwaaan…” “Anita juga mau bila nanti kerja memiliki boss setampan kakak Irwan.” Ujar Anita yang panjang lebar.<br />
“Kak… sebentar yah, Anita mau menyegarkan badan Anita dulu. Bau nih, seharian kena terik matahari. Kak Irwan kalau mau minum ambil saja sendiri, jangan malu malu anggap saja seperti rumah kakak sendiri.” Kata Anita sambil memainkan matanya yang nakal ke arah tatapan Irwan.<br />
<br />
Gila sungguh mengiurkan tubuh Anita adiknya Sarah ini. Beruntung sekali bila ada pria yang akan menjadi kekasihnya kelak nanti. Tak kalah dengan kakaknya Sarah.<br />
Merasa haus… Irwan berjalan mencari kulkas untuk mengambil sebotol minuman ringan menghapus dahaganya.<br />
Sambil kembali duduk di sofa ruang tamu keluarga Sarah. Irwan kembali dikagetkan dengan kehadiran Anita yang hanya mengenahkan gaun tidur putih tipis tiga jari dari lututnya, samar samar menampakkan seluruh lekukkan tubuhnya dibalik gaun yang seksi itu.<br />
<br />
Begitu indah pemandangan yang sekarang Irwan saksikan, sayang bila matanya harus mengedip meski hanya sekejap. Anita mengunakan gaun putih dengan celana dalamnya hitam model G-String dipadu dengan Bra berwarna hitam segitiga yang hanya menutupi puting susunya saja.<br />
<br />
Tak terasa naga yang bersembunyi didalam celana katun Irwan kembali mengeliak dengan hebat hingga membentuk tonjolan yang cukup besar pada luar celananya.<br />
“Loh kok malah bengong sih… apa ada yang salah yah dengan baju tidur yang Anita pakai ini atau mungkin kakak kurang menyukainya.” Ujar Anita setelah melihat tatapan Irwan yang kaget melihatnya keluar dari dalam kamarnya yang masih dengan rambutnya yang masih basah karena mandi tadi.<br />
“Tidak… tidak ada yang salah dan saya suka kok dengan gaun tidur kamu… hanya saja hhhmmmm…” jawab Irwan dengan gugup karena tertangkap basah melihat kearah buah dadanya serta ke arah selangkangannya.<br />
“Hanya saja… apa? Kok diam sih. Atau mungkin karena kakak kaget malihat Anita mengenahkan gaun tidur dengan dalamanya yang terlihat jelas yah.” Sahut Anita sambil mengoda Irwan yang merasa malu karena melihatnya begitu seksi.<br />
Dengan agak gugup Irwan menjawab “Hanya saja kamu terlihat begitu sangat dewasa di bandingkan dengan saat kamu mengenakan kaos dan celana jeans.” Tutur Irwan.<br />
“Trus setelah itu…”<br />
“Trus kamu juga sangat seksi sekali mengenahkan gaun tidur itu. Kakak sangat mengagumi keindahan tubuhmu.”<br />
Tiba tiba deringan Handphone Anita berbunyi. Ternyata yang menelphone itu adalah kakaknya. Sarah.<br />
<br />
“Hallo… kenapa Kak Sarah.” Sahut Anita menjawab panggilan itu.<br />
“Anita. Mungkin kakak tidak bisa pulang malam ini karena paman ternyata sedang mengalami pendarahan, saat ini paman sedang dirawat intensif dirumah sakit RSCM, Salemba. Kak Irwan masih disana tidak? Suruh saja ia menginap dirumah kita, karena hari semakin malam dan mustahil ada taksi yang berkeliaran jam segini. Kak Irwan nanti persilahkan saja untuk tidur di kamar kakak saja.” Ujar Sarah memberitahukan bahwa ia serta ibunya tak dapat pulang malam ini.<br />
“Iya… kak Irwan masih disini sedang ngobrol dengan Anita.” Jawab Anita kembali.<br />
“Anita ingat yah… kak Irwan adalah milik kakak. Jadi jangan kamu sekali kali berbuat yang bukan bukan terhadapnya malam ini. Ingat pesan kakak yah.” Ancam Sarah yang memfokuskan pembicaraannya untuk tidak mengusik kehadiran Irwan malam ini disaat ia tak ada disana.<br />
“Oke boss… bagi bagi dong kalau punya cowok setampan ini kak…” ejek Anita kepada Sarah di telphone.<br />
“Awas kamu kalau macam macam yah…”<br />
“Gimana… apakah Sarah pulang malam ini…” Tanya Irwan yang ingin tahu apakah Sarah pulang malam ini.<br />
“Kak Sarah tidak dapat pulang malam ini, dan kakak diminta untuk menginap saja disini dan tidur di kamarnya nanti malam.” Ujar Anita sambil meletakkan Handphonenya di atas meja tamu setelah mengakhiri pembicaraan itu.<br />
“Kak kayaknya ada sesuatu yang menonjol tuh di balik celana kak Irwan… kayaknya besar banget!” sambil menhampiri Irwan yang duduk depannya dan duduk tepat disampingnya.<br />
“Ah gak ini bisa lah… kalau liat wanita cantik bergaun tidur sexy serta transparan lagi… yah gini deh akibatnya. Gak bisa kompromi, minta jatah…” canda Irwan menutup malunya karena adik kecilnya menonjol dibalik celananya.<br />
“Kayaknya kalau diusap usap sama tangan Anita mungkin bisa lebih besar lagi yah… ih jadi pengen nih liat itunya kak Irwan.” Seru Anita sambil memegang batang kemaluan Irwan diluar celana panjangnya.<br />
<br />
Karena merasa mendapatkan angin segar dari perbincangan yang mulai menjurus ke hubungan badan. Maka tak sungkan sungkan Irwan mulai meraba halus paha Anita yang putih mulus itu. perlahan namun semakin berjalan menuju titik temu nikmatnya.<br />
Antara bibir Irwan dan Anita saling berpangutan, mendesah, nafas yang memburu karena nafsu yang menjadi.<br />
<br />
Tak kala desahan Anita semakin menjadi saat tangan kekar Irwan mulai menyusup di balik celana dalam G-string yang dikenakan Anita. Mengorek… mencari dimana gerangan daging lebih tersebut… setiap gesekan yang dilakukan Irwan membuat Anita mendesah bagaikan setan kepanasan dengan mulut yang engap engapan layaknya manusia yang kekurangan oksigen.<br />
<br />
Merasa tak ingin disaingi kegesitannya. Anita pun segera melancarkan serangannya. Membuka gesper yang melingkar pada pinggang Irwan dan menurunkan retsleting celana serta langsung membuka seluruh kain yang membalut bagian bawah Irwan.<br />
Dengan posisi Anita berjongkok di bawah. Anita dengan bebasnya menikmati batang kemaluan Irwan bertubi tubi, layaknya seorang anak kecil yang sedang menemukan mainan barunya. Tak henti hentinya Anita mengulup kepala serta batang kemaluan Irwan… naik turun keluar masuk mulutnya.<br />
<br />
Terasa sekali ngilu kepala kemaluan Irwan saat Anita mengesikkan batang kemaluannya pada sisi gigi rahangnya, kanan kiri dan terus bergantian.<br />
“Gila nih cewek… kayaknya Anita lebih berpengalaman dibandingkan dengan kakaknya Sarah… pintar sekali ia mempermainkan batang kemaluanku… sungguh nikmat sekali, meski terkadang rasa ngilu bertubi datang namun nikmatnya gak bisa di utarakan dengan kata kata.” Guyam Irwan dalam hati sambil menikmati setiap jengkal batang kemaluaanya di hisap oleh Anita.<br />
<br />
Lalu tak ingin akan berakhir sampai disini… Irwan menarik tubuh Anita dan disuruhnya mengangkang tepat di atas mukanya.<br />
Dengan gencar Irwan menyapu vagina Anita yang sama sama nikmatnya dengan Sarah. Namun vagina Anita seakan menebarkan bau yang sungguh membuat Irwan semakin gencar dan lahap menjilati liang kewanitaannya hingga setiap cair yang keluar dari sela bibir kemaluannya yang montok itu, tak dibiarkan sia sia oleh Irwan.<br />
Dibukanya kedua belah bibir kemaluan Anita dengan jari telunjuk Irwan, kemudian dengan leluasa lidah Irwan bermain… berputar putar… dan menekan nekan menerobos liang kewanitaan Anita yang berwaran merah muda itu. sungguh rasa dan sensasi yang berbeda.<br />
<br />
Merasa mereka berdua hampir sama sama akan sampai, maka di turunkan tubuh Anita yang semula mengangkang di kepalanya dan berjongkok tepat di atas batang kemaluannya yang tegang menunjuk ke atas tepat dibawah bibir vagina Anita berada.<br />
Hanya dengan sedikit tekanan pada bibir vagina Anita. Batang kemaluan Irwan berhasil menerobosnya tanpa harus bersusah payah seperti vagina milik kakaknya Sarah.<br />
Sesaat ketika batang kemaluan Irwan telah tertancap penuh didalam vagina Anita.<br />
“Uuuuhhh… kak. Mmmmhhh… nikmatnya punya kakak yang besar ini.”<br />
“Sssshhhh…. mmmmhhh… pantas kak Sarah takut tinggalin kak Irwan sendiri di sini dengan Anita. Ternyata kak Sarah tergila gila dengan punya kak Irwan yang sungguh perkasa ini…” ujar Anita sambil mengoyangkan pinggulnya maju mundur… berputar putar merangsang batang kemaluan Irwan yang mengaduk liang kewanitaannya.<br />
“kalau begini nikmatnya… Anita mau selama 1 bulan nonstop dient*t setiap hari sama kak Irwan yang ganteng dan perkasa ini.” Goda Anita dengan bahasa yang mulai berbicara kotor. Layaknya pelacur yang haus akan sodokan sodokan kejantanan laki laki.<br />
<br />
Kenyataannya ternyata Anita sudah tak perawan lagi seperti kakaknya Sarah saat pertama kali Irwan menyetubuhinya siang tadi di dalam kantornya.<br />
“uuuhh… kak… uuuuhh… kak. Gendong Anita kedalam. Please…” pinta Anita sambil mencium puting susu Irwan yang berbulu itu.<br />
“Dengan senang hati sayang… kak akan memberikan kepuasan yang kamu inginkan. Asal kamu tak memberitahukan kepada kakak mu Sarah.” Sahut Irawan sambil berdiri dengan mengendong Anita di pangkuannya tanpa melepaskan batang kemaluannya keluar dari dalam vagina Anita.<br />
<br />
Setiap gerakan langkah yang diambil oleh Irwan mengendong Anita menuju kamarnya. Desahan dan erangan Anita semakin menjadi karena hentakan hentakan yang diakibatkan oleh sodokan yang mementok hingga rahim Anita.<br />
Namun sensasi yang begitu nikmatnya… begitu beringasnya Anita kala bersenggama dengan Irwan, tak sungkan sungkan Anita mengigit pundak Irwan hingga bertanda…<br />
Hingga tiba pula didalam kamarnya… Irwan merebahkan tubuh Anita diatas ranjang springbednya dan menekukkan salah satu kaki jenjang mulus Anita ke atas dan yang satunya tetap di bawah. Dengan posisi ini batang kemaluan Irwan dapat dengan leluasa menhujam keluar masuk vagina Anita tanpa merasa terhalangi oleh bongkahan pantatnya yang bulat padat berisi itu.<br />
“plak… plak… plak…” suara yang muncul ketika hentakan yang di lakukan oleh Irwan menyodok vagina Anita bertubi tubi.<br />
“Kak… truuus… beri Anita kenikmata seperti kakak berikan buat kak Sarah…”<br />
“uuuhhh… kak. Nikmatnya. Uuuhhh….” erang Anita yang mengila sambil mencakar punggung Irwan.<br />
<br />
Irwan tak memperdulikan Anita. Sekarang yang ada di pikirannya adalah mengalahkan Anita di atas ranjang. Irwan ingin merasa selalu perkasa diatas ranjang meski dengan wanita manapun, tentunya masuk kategori seleranya.<br />
Seakan Irwan tak memberi ruang istirahat untuk Anita sesaat. Irwan terus menyodok batang kemaluannya tak henti henti… hingga Anita sendiri wanita yang haus akan seks ini merasa heran atas keperkasaan yang ada dalam diri Irwan.<br />
Dengan postur tubuh yang tegap kekar, tinggi, tampan, serta memiliki kedudukan yang tinggi disalah satu perusahaan swasta.<br />
Akhirnya Anita pun terkapar tak berdaya mengimbangi kekuatan seksual Irwan yang hingga saat ini masih terpacu menyetubuhinya tanpa merasa lelah sedikitpun.<br />
“Kak… Aaannita tidak tahan lagi… kak. Aaakkkhhh…. Anita sampai….” Erang Anita panjang yang menyatakan ia akan telah mencapai puncak kenikmatannya yang ke 3 semenjak pertama kali vaginanya di aduk aduk oleh tangan Irwan yang kekar itu.<br />
Tak memperdulikan keadaan Anita yang telah lemas ditindih tubuhnya… Irwan tetap terus menhantam vagina Anita bertubu tubi… masuk keluar tak henti hentinya…<br />
Namun tak lama kemudian Irwan merasakan denyut denyut yang keras sekali pada pangkal kemaluannya. Lalu Irwan pun mencabut batang kemaluannya dari dalam liang vagina Anita dan sambil tetap mengocok kemaluaannya Irwan membimbing batang kemaluaannya ke mulut Anita dan memasukkan kemaluaannya hingga menumpahkan seluruh spermanya. Tak sedikitpun sperma yang tersisa atau tertumpah keluar dari mulut Anita. Karena Irwan menyuruh Anita untuk menikmati setiap tetes sperma yang keluar dari kemaluannya. Kalau tidak maka Irwan tak’kan mengulanggi persetubuhan ini lagi kepada Anita. Meski Irwan sendiri memiliki kelebihan dalam hal seks yang lama dengan lawan jenisnya.<br />
Tak terasa Irwan melirik jam yang masih melekat di lengan tangannya. Hampir selama tiga jam persenggamahan mereka berlangsung. Kelelahan dan keletihan baru terasa setelah ia merebahkan tubuhnya di samping Anita yang tergulai lemas tampa sehelai benangpun.yunnileehttp://www.blogger.com/profile/15596533211185417604noreply@blogger.comIndonesia-0.789275 113.92132700000002-31.6684965 72.61273300000002 30.0899465 155.22992100000002tag:blogger.com,1999:blog-2527921526551706948.post-4137892488908615032016-12-10T03:06:00.000+07:002016-12-10T03:06:09.941+07:00Bersama Om Doyan Seks<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUUQvAM3T4QzrODoZwuPFcLvUEt53Q1R-sVenqs0HmdGYXRUnDVRW9lYLCo4OYUJOdeVRmeiFACAfdM0yKwkxKuELG8UasUDlj8cCU8jonHqBW2o9Bmb95VOYXzz1HsbPspbZRTtijZc2B/s1600/download+%25281.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUUQvAM3T4QzrODoZwuPFcLvUEt53Q1R-sVenqs0HmdGYXRUnDVRW9lYLCo4OYUJOdeVRmeiFACAfdM0yKwkxKuELG8UasUDlj8cCU8jonHqBW2o9Bmb95VOYXzz1HsbPspbZRTtijZc2B/s320/download+%25281.jpg" width="244" /></a></div>
Perkenalkan, namaku Santi. Saat ini usiaku 21 tahun. Aku sekarang berkuliah di Universitas X di Jakarta. Aku ingin menceritakan pengalamanku pertama kali mengenal sex. Sebenarnya pengalaman ini sudah lama terjadi, yaitu ketika aku masih kelas 2 SMA, tetapi aku baru berani menceritakannya sekarang. Ketika aku masih bersekolah di SMA X, aku punya banyak sekali kesibukan seperti les dan belajar kelompok. Akibatnya, seringkali aku pulang malam. Aku sendiri tidak takut, karena sudah sering.<br />
<br />
Jika pulang malam, aku menggunakan jasa ojek untuk mengantarku ke rumah. Oya, aku akan menceritakan diriku terlebih dahulu. Saat itu, aku berumur 16 tahun. Kulitku sawo matang seperti kebanyakan gadis jawa, rambut lurus panjang berwarna hitam sepunggung. Bentuk fisikku biasa saja, tinggi 163 cm dengan berat 51 kg. Ukuran bra 34B. Ketika itu, aku belum tahu tentang sex sama sekali.<br />
<br />
Maklum, aku tinggal di lingkungan yang baik-baik. Kejadian yang mengubah hidupku terjadi ketika suatu hari aku pulang dari rumah temanku. Waktu itu sekitar bulan November, ketika Jakarta memasuki musim hujan. Aku pulang dari rumah teman sekitar jam 8 malam dengan menggunakan ojek. Aku selalu memilih pengemudi ojek yang tampangnya baik-baik. Pengemudi ojek yang kutumpangi kali ini sudah agak tua kira-kira 40 tahunan dan tampangnya penuh senyum. Sepanjang perjalanan dari daerah Lenteng Agung ke rumahku di Srengseng Sawah, beliau mengajakku ngobrol dengan sopan sambil melajukan motornya pelan-pelan.<br />
<br />
<b>Bersama Om Doyan Seks</b><br />
<br />
Namun di tengah jalan hujan mulai turun dan semakin deras. Bajuku sudah setengah basah akibat hujan dan tampaknya bapak ojek ini, sebut saja Pak Amir (aku hingga kini tidak tahu namanya), tidak membawa jas hujan. Melihatku hampir kuyup dan kedinginan, beliau mengajakku berteduh terlebih dahulu di pos ojek terdekat. Pos itu tidak seperti gubuk-gubuk yang biasa dijadikan pos ojek dan penerangannya cukup baik. Di dalamnya terdapat dua pengemudi ojek lain yang juga menunggu hujan, sebut saja namanya Pak Doni dan Pak Budi (aku hingga kini juga tidak tahu nama mereka) yang usianya kira-kira 30 tahunan.<br />
<br />
Pak Amir memintaku masuk agak ke dalam karena hujan sudah sangat deras. Sementara itu, Pak Amir terlihat ngobrol dengan Pak Doni dan Pak Budi sambil sesekali melihat ke arahku. Agak risih juga, karena aku gadis seorang diri di sana sementara baju SMA ku yang sudah lembab terlihat agak transparan. Beberapa lama kemudian, karena hujan belum reda, Pak Doni menawarkan teh manis hangat yang tersedia di pos tersebut. Tanpa curiga aku meminumnya sementara mereka melihatku sambil tersenyum. Setelah itu, mereka mengajakku ngobrol macam-macam. Kira-kira 5 menit kemudian, aku mulai merasa agak panas. Rasanya gerah sekali bajuku, padahal masih lembab. Anehnya aku juga mulai berkeringat.<br />
<br />
Mereka yang melihat reaksiku, berkata: “Kenapa neng, gerah ya?”<br />
“Iya nih pak”, jawabku<br />
“Buka saja neng bajunya”, timpal mereka lagi<br />
Gila, yang benar saja. Aku diam saja mendengar omongan mereka, aku anggap hanya lelucon orang dewasa. Tapi beberapa saat kemudian, tangan mereka mulai nakal menggerayangi pahaku yang masih terbungkus rok abu-abu. Aku yang semakin kepanasan mencoba menepis tangan mereka.<br />
“Ih, apa sih pak, jangan macam-macam ah”, kataku<br />
“Ga papa dong neng, sekali-sekali, ntar neng juga doyan kok”<br />
Sial, berani benar mereka, aku mencoba melawan dan teriak minta tolong, tetapi karena hujan sangat deras dan jalanan sepi, tidak ada yang mendengarku. Seketika itu juga, aku didorong hingga rebah di dipan pos tersebut. Tangan dan kakiku dipegangi.<br />
Pak Amir berkata: “Neng, kalo neng diem, kita janji deh ga bakalan bikin neng kesakitan, malah kita puasin.”<br />
<br />
Aku diam saja melihat mereka, pikiranku antara sadar dan tidak, aku merasa kepanasan seolah ikut bergairah meladeni mereka. Pak Doni dan Pak Budi mulai melepas kancing seragamku sedangkan pak Amir menyingkap rokku dan mengelus-elus pahaku. Sekarang Mereka mulai mencumbui daerah dadaku dan pahaku.<br />
“Ahh, pak, jangan pak… saya belum pernah… ahh”<br />
Mereka malah semakin liar menjilatinya. Pak Doni mulai menggerayangi punggungku mencari kancing bra, namun anehnya aku malah ikut mengangkat punggungku untuk membantunya.<br />
<br />
Seketika itu juga dadaku terpampang jelas di depan mereka, menjulang keluar seperti bukit, dengan puting warna coklat muda. Pak Doni dan Pak Budi kemudian menghisap putingku perlahan, membuat putingku makin tegak berdiri dengan keras. Jilatan Pak Amir semakin nakal di CD ku, kadang-kadang menyelinap ke balik CD ku yang sudah basah membuatku semakin kepanasan.<br />
“ahh… Pak… Ouch…”<br />
kataku makin tak jelas, sementara Pak Amir mulai menarik CD ku. Aku mengangkat pantatku untuk membantunya.<br />
“Wah, cantik banget neng, memeknya. Masih perawan ya”, begitu kata beliau ketika melihat memekku yang berwarna merah muda dengan bulu memek yang jarang dan tampak mengkilat karena lendir kewanitaanku, “sekarang saya bikin neng puas deh”, dan setelah itu beliau mulai menjilati daerah pribadi saya. Saat itu, saya berpikir saya sedang dikerjai, tapi justru saya menikmatinya. Ketika mereka sudah tidak menahan tangan dan kaki saya, tangan saya malah mulai ikut menekan-nekan kepala pak Doni dan Pak Budi sedangkan kaki saya menjepit kepala Pak Amir seolah ingin mendapatkan kenikmatan lebih.<br />
<br />
“ahh… ahh… ahh”<br />
“Pak… ahh… enakh… trus..” aku meracau terus tanpa henti<br />
ketika pak Amir memainkan klitorisku<br />
“Ahhh… Pak… aku mau pipis… ah…”<br />
“Arrhhhh…” aku teriak sekencangnya ketika aku orgasme untuk pertama kalinya. Seketika itu badanku lemas tidak bisa bergerak. Sementara mereka malah keenakan menjilati memekku bergantian, menghabiskan lendir kewanitaanku yang sudah banjir di rok. Kemudian sisa bajuku dilepas semua hingga aku bugil. Mereka juga melepaskan baju mereka hingga kami berempat bugil di pos.<br />
<br />
Waktu sudah sekitar jam 9 malam tapi hujan masih sangat deras hingga tak ada seorangpun di luar dan menyadari kejadian ini. Mereka mulai merangsangiku lagi dengan menjilatiku, kali ini Pak Amir dan Pak Budi menjilati putingku, sedangkan pak Doni menjilati liang kewanitaanku. Aku yang masih dibawah pengaruh obat perangsang kembali bergairah menerima perlakuan mereka.<br />
“ahh… ahh…, udah ahh…”<br />
“jangan… trusin… ahhh”<br />
“emh.. pak… enak banget…” kataku tak karuan<br />
Pak Doni menjawab, “Memekmu juga enak say”<br />
“ahh… ahh” aku menggelinjang menerima perlakuan mereka, sekarang adegan yang seharusnya pemerkosaan sudah berubah menjadi adegan sex yang kuinginkan lebih.<br />
“ahhh… pak aku mau keluar…”<br />
<br />
Kali ini ketika mereka tahu aku mau orgasme, mereka berhenti merangsangku. Aku yang sudah sangat horny sedikit kecewa waktu itu, tapi Pak Doni malah rebah di sampingku dan kedua pengojek lain menuntunku ke atas tubuh Pak Doni. Ketika bibir memekku tersentuh kepala kontol Pak Doni, aku merasa sangat terangsang. Dalam keadaan terangsang berat, aku mulai memegang kontol Pak Doni yang sudah sangat besar, dan memainkannya di bibir memekku. Sesekali Pak Doni menarikku hingga kepala kontolnya masuk ke memekku. Sementara dua pengojek lainnya masih memainkan putingku dan bibirku. Aku merasa sangat kenikmatan. Kukocok kontolnya di ujung memekku, semakin lama ku dorong semakin dalam dan akhirnya..<br />
<br />
“ahhh… ahhhh… ahhhhhhh” tembus sudah keperawananku. Pak Doni mendiamkan batang kontolnya sebentar, membiarkanku beradaptasi dengan benda besar di dalam kemaluanku sambil menikmati pijatan dinding memekku yang masih sangat rapat. Sesaat kemudian Pak Doni mulai menaik-turunkan badanku hingga aku mendesah keenakan. Lama kelamaan aku bisa mengocok kontolnya dengan memekku sendiri.<br />
“Ahhh… ahhh… cplok cplok…. ehhhhhggghhh…” begitu bunyi permainan kami.<br />
“Enak banget memekmu, say. Masih rapet” kata Pak Doni yang kemudian menarikku dan menghisap putingku.<br />
“Hmmm ahhh… Ssshhhh enghhhhh… ahhhhh… awhhhh…” aku tak bisa berkata-kata lagi karena terlalu keenakan menikmati kontol Pak Doni. Pak Amir mengocok batang kontolnya melihat adegan kami, sedangkan Pak Budi mencoba mengeksplorasi liang pantatku. Beliau memasukkan jarinya.<br />
“ahhh sakit pak… ahhh…” begitu kataku, ketika jari tengahnya masuk.<br />
“Sabar neng, nanti juga enak…” kata pak Budi, kemudian malah memasukan batang kontolnya yang besar ke anusku… tentu saja rasanya sangat sakit<br />
“arrrghh… arkk sakit pak… sudah…” tapi beliau tak peduli, kontolnya terus dimasukkan hingga dalam kemudian aku dibiarkan istirahat dalam posisi sandwich.<br />
Setelah terbiasa, mereka berdua mengocokku, aku seperti isi sandwich, Pak Doni mengocok memekku dari bawah sedangkan Pak Budi mengocok anusku dari atas… aku teriak sejadi-jadinya antara keenakan dan kesakitan…<br />
“arrrgghh… ahhh…ahhh…”<br />
“Owhhh… enakkk…. trusss….. ssshshhhhhh….”<br />
Pak Amir yang melihat adegan kami dipanggil kedua rekannya,<br />
“Pak, jangan bengong aja, ni masih nyisa satu lobang” sambil menunjuk mulutku<br />
<br />
Selanjutnya Pak Amir memasukkan kontolnya ke mulutku hingga aku sesak napas. Kepalaku ditariknya maju mundur hingga ke tenggorokan. Aku semakin kewalahan menghadapi nafsu binal mereka. Semakin lama aku semakin tidak sadar dengan apa yang ku perbuat.<br />
“Ahhh.. ahh…” desahku di antara hisapan kontol Pak Amir.<br />
“ahhkk… neng enak banget memeknya…” kata Pak Doni<br />
“trus neng, jangan berhenti” kata Pak Amir<br />
“Neng, bentar lagi keluar nih” kata Pak Budi<br />
“Arrrrrhhhh…. ssshhhhh” Seluruh tubuhku terasa bergetar… kemudian aku ambruk di atas pak Doni, kukeluarkan seluruh lendir kewanitaanku hampir bersamaan dengan ketiga orang itu mengeluarkan spermanya di dalam tubuhku.<br />
***<br />
Sesaat kemudian aku tak sadarkan diri. Ketika aku sadar, aku sudah kembali berpakaian dengan kusut. Seluruh tubuhku lemas. Jam menunjukkan pukul setengah 11 malam. Memek dan anusku masih penuh dengan sperma mereka. 5 menit kemudian ketika aku sudah mampu berdiri, Pak Amir mengantarku hingga ke rumah. Orangtuaku menanyaiku tetapi aku telalu lelah sehingga aku langsung masuk kamar dan tidur. Begitulah pengalaman pertamaku melakukan hubungan sex dengan orang-orang yang hingga kini aku sendiri tidak kenal. Sampai saat ini, seringkali aku rindu disetubuhi oleh tiga orang lagi tapi aku masih tidak berani.<br />
<div>
<br /></div>
yunnileehttp://www.blogger.com/profile/15596533211185417604noreply@blogger.comIndonesia-0.789275 113.92132700000002-31.6684965 72.61273300000002 30.0899465 155.22992100000002tag:blogger.com,1999:blog-2527921526551706948.post-32118212065981296442016-12-10T03:03:00.001+07:002016-12-10T03:03:36.519+07:00Cemburu Membawa Sensasi<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEis3qOBly2Sf7R1kGedy3rDgzmlfYFw-nK67KHygOduSH_l-vw0EMbRd85pFyGEVVtPplEJzheqEcRhqlBa3sEEcajG4crrUIL_xsB9H-Vt81vnlBsi8hrX9DYf64vhruvpVzu3xJquGVcq/s1600/download258.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEis3qOBly2Sf7R1kGedy3rDgzmlfYFw-nK67KHygOduSH_l-vw0EMbRd85pFyGEVVtPplEJzheqEcRhqlBa3sEEcajG4crrUIL_xsB9H-Vt81vnlBsi8hrX9DYf64vhruvpVzu3xJquGVcq/s1600/download258.jpg" /></a></div>
Namaku Ryan. Usiaku 28 tahun. Aku akan menceritakan tentang kisah kehidupanku yang kemudian mengubah pola pikirku dalam memahami cinta dan nafsu.<br />
<br />
Kisah ini terjadi beberapa tahun yang lalu saat aku mempunyai seorang pacar yang sedang mengerjakan skripsi guna menyelesaikan studi S1-nya. Sebagai seorang pacar aku selalu mencoba menemaninya mengerjakan skripsi namun di sisi lain sebagai seorang karyawan aku pun harus mengutamakan pekerjaanku. Kisah ini terjadi pada 28 Juli 2004 di suatu senja di kota K.<br />
<br />
*****<br />
<br />
"Hallo Ryan.. 'Met sore" Risa pacarku meneleponku.<br />
<br />
O ya, sebagai gambaran, aku mempunyai pacar yang sangat cantik, wajahnya hampir mirip artis yang sering tampil di layar televisi, bodynya sexy, montok, serta ukuran BH-nya 36 B.<br />
<br />
"Hallo juga Risa, lagi dimana nih?"<br />
"Aku di rumah, eh kamu ada acara nggak?"<br />
"kalau ya kenapa dan kalau nggak kenapa"<br />
"Eku mau minta tolong dong, ortuku kan lagi pergi ke Jakarta. Di rumah aku sendirian, aku mau garap skripsi. Mau nggak nemenin aku?"<br />
"Kapan?"<br />
"Setahun lagi.. Gimana sih ya sore ini dong"<br />
"Yah kalau sore ini aku nggak bisa, aku udah janjian ama temen bisnisku untuk merancang pembuatan proposal proyek"<br />
"Ya udah kalau nggak bisa aku minta temenin temen kampusku aja biar sekalian busa diskusi"<br />
<br />
<b>Cemburu Membawa Sensasi</b><br />
<br />
Aku kemudian bergegas untuk pergi dengan teman bisnisku, sebenarnya ingin sekali aku menemani Risa, namun apa boleh buat karena aku berpikir bisnis ini kan juga untuk masa depan kami berdua, jadi nggak mungkin aku batalkan. Sementara Risa kemudian mengajak temennya Rico yang memang sudah kukenal untuk menemaninya mengerjakan skripsi. Rico ini adalah sahabat Risa, teman sekampusnya. Kalau kulihat dari tatapan matanya aku tahu betul kalau Rico itu naksir kepada Risa, apalagi memang Risa orangnya sangat friendly dan cantik lagi sehingga siapapun lelaki pasti tak akan menolaknya ketika diajak menemani.<br />
<br />
Acara dengan rekan bisnisku ternyata tidak berlangsung lama, karena ternyata ia ada saudaranya yang meninggal sehingga harus segera pergi. Di satu sisi aku girang juga karena aku segera dapat menemani kekasihku Risa. Segera kupacu mobilku menuju ke rumahnya. Sengaja aku tidak meneleponnya karena aku akan memberi kejutan kalau aku bisa menemaninya. Terbayang wajahnya yang cantik, aku ingin memeluknya dan segera berduaan dengannya. Tiba-tiba di tengah jalan aku teringat kalau ia tadi sudah menelepon temannya Rico. Entah mengapa tiba tiba aku jadi cemburu membayangkan mereka lagi berduaan dan bercanda ria. Padahal aku biasanya tidak merasakan ini karena aku paham betul siapa Rico.<br />
<br />
Pukul 20.00 tepat sampailah aku di rumah Risa. Sayup-sayup kudengar orang tertawa-tawa dari dalam, sepertinya mereka tidak menyadari ada orang yang datang. Kuurungkan niatku untuk menekan bel, aku ingin tahu apa yang sedang mereka lakukan, sehingga aku mencoba mengintip dari jendela kaca. Kulihat mereka lagi bercanda, apalagi Rico orangnya memang pintar melawak. Ada perasaan cemburu dalam dadaku melihat keasyikan mereka berdua. Sesekali kulihat Risa mencubit Rico karena saking gemasnya. Aku betul-betul tak tahan melihatnya. Langsung kubuka pintu depan rumahnya, hingga membuat mereka terkejut.<br />
<br />
"E Ryan.." Serempak mereka mengucapkan itu melihat kedatanganku.<br />
"Katanya garap skripsi kok malah asyik berduaan gitu?" bentakku ke Risa, karena cemburukku yang tidak terkontrol.<br />
"Iya.. Kita kan lagi istirahat dulu" jawab Risa sambil tergagap. Kulihat Rico hanya diam saja mematung. Nampaknya ia tidak mau terlalu ikut campur karena "internal" kami.<br />
"Kok nggak ada buku-bukunya?" tanyaku dengan kesal.<br />
<br />
Tanpa menunggu jawaban kemudian aku keluar sembari membanting pintu menuju mobilku yang kuparkir di halaman. Aku sendiri tidak paham kenapa aku bisa secemburu ini padahal aku juga sudah kenal baik dengan Rico dan aku pun paham meski pun kadang Risa agak sedikit genit namun dia tidak mungkin melakukan hal yanhg aneh-aneh dan melebihi batas.<br />
<br />
Aku masuk ke mobilku dan kustarter mobilku, tiba-tiba Risa keluar dari rumah dan berteriak-teriak memanggil namaku.<br />
<br />
"Ryan.. Ryan.." Ia langsung masuk ke mobillku.<br />
"Kamu kenapa sih Ryan kok nggak biasanya kamu begitu?"<br />
"Gak usah banyak tanya, kan udah jelas kamu ini nggak tahu diri, aku lagi susah-susah untuk berusaha mengerjakan bisnis untuk masa depan kita berdua tapi kamu malah enak-enakan, bermesra-mesraan dengan Rico"<br />
"Kamu jangan salah paham Ryan.. Kok tega kamu menganggap aku serendah itu, aku kan hanya minta tolong sama rico apalagi dia yang lebih paham masalah skripsi ini.. Kamu jahat Ryan" Risa mencoba menjelaskan sambil menangis.<br />
<br />
Melihatnya menangis aku menjadi iba, teringat aku akan kebaikannya, lucunya, keceriannya, bibir seksinya.<br />
Sejenak aku diam, kemudian kurengkuh badannya dalam pelukanku.<br />
<br />
"Tapi kamu nggak selingkuh kan sayang?"<br />
<br />
Risa menggeleng, kuseka air matanya, kuelus pipinya kemudian kukecup bibirnya. Ia membalas, lidah kami saling bertautan.<br />
<br />
"Uhh.., ogh.." ia melenguh ketika sambil kucium bibirnya tangan bergerilya ke payudaranya.<br />
"Uhh Ryan.. Aku sayang kamu" ciuman lidahnya makin panas dalam mulutku, sementara tanganku terus bergerilya pada dua buah dadanya yang montok.<br />
<br />
Aku tahu betul kalau Risa ini paling tidak tahan ketika dadanya di sentuh, apalagi kalau putingnya di pegang pasti langsung mengeras bagaikan tersengan listrik 3000 volt.<br />
<br />
"Ahh.. Uh.. Ryan.. Aku nggak tahan, kita lanjutin di kamar yuk.. Gak enak kalau kelihatan orang"<br />
<br />
Wajah Risa memerah, nampak sekali kalau ia menahan gairah yang luar biasa. Tanpa banyak bicara langsung kupapah Risa sambil terus berangkulan menuju kamarnya. Kulihat di ruang tengah Rico tak ada, mungkin ia sedang di belakang. Tapi kami tak ambil pusing, langsung kubawa Risa ke kamarnya. Tanpa sempat menutup pintu sehingga agak terbuka sedikit. Kurebahkan tubuh Risa di kasur, kuciumi bibirnya, pipinya dan tak ingun kulepaskan.<br />
<br />
"Ohh.. Ryan.. Uh.. Nikmat sekali" Risa terus menggelinjang ketika kubuka bajunya.<br />
<br />
Tersembul di depan mukaku dua buah gunung yang masih terbungkus kain meski tidak menutupi semuanya. Putih bersih begitu indah dan menggairahkan. Kuciumi kembali 'buah' yang masih tertutup itu.<br />
<br />
"Uh.. Ogh.. Uh.. Ogh.."<br />
<br />
Desahan suara Risa semakin menggairahkan aku untuk terus memainkan payudaranya. Perlahan kubuka kait tali BH nya dari belakang, sedikit demi sedikit kutarik semua BH nya.<br />
<br />
"Oh.."<br />
<br />
Lenguhan Risa semakin kencang. Sejenak kupandangi dua buah gunung yang sudah tak berkain lagi, tampak putingnya yang kecoklatan mengeras tegak seolah memanggilku untuk segera menjilatnya<br />
<br />
"Kok dipandangi aja sih.. Cium dong".<br />
<br />
Risa memintaku seakan tak sabar untuk segera memintaku melumat habis putingnya. Kudekatkan perlahan kepalaku di dadanya. Kujilat-jilat kulit di sekitar putingnya sembari menggodanya untuk memberikan sensasi yang luar biasa.<br />
<br />
"Oh.. Oh, ogh," Risa merintih ketika lidahku tepat berada di putingnya. Kubasahi putingnya dengan ludahku.<br />
"Aughh.. Ohh.. Ogh.." Rintihan dan lenguhannya makin keras saat kutarik putingnya dengan mulutku..<br />
"Ohh.. Ambil semua Ryan.. Ambil semua.. Aku milikmu Ryan" napas risa semakin tak beraturan menggelinjang ke kanan ke kiri bagai cacing kepanasan.<br />
<br />
Sementara itu akibat kelalaian kami tak menutup pintu, sepasang mata terus mengamati aktivitas yang aku dan Risa lakukan. Di luar sepengetahuanku, Rico ternyata mengintip perbuatan kami. Memang bukan sepenuhnya dia yang salah tapi juga karena keteledoran kami yang karena terlalu asyik tidak sempat menutup pintu.<br />
<br />
Aku terus mencumbu Risa, kujilat perutnya dan terus kebawah. Pelan namun pasti kubuka celana jeans Risa, tangannya secara refleks juga ikut membantu menurunkan celananya. Terlepaslah celana jeans biru Risa, kini yang tertinggal hanyalah celana dalam warna pink yang di dalamnya tampak gundukan hitam yang ditumbuhi rambut ynag cukup lebat.<br />
<br />
"Oh.. Rico.." Teriak tertahan Risa yang makin terangsang, sambil menggigit bibir menahan gelora nafsu yang kian panas.<br />
"CD-mu lepas sekalian yah?"<br />
"Ehm.." Ungkap Risa sembari menggangguk, seakan tak mampu lagi untuk mengeluarkan kata-kata.<br />
<br />
Kini Risa telah telanjang bulat di depanku, bodynya betul-betul menggairahkan membuat 'adik' kecilku yang masih tersimpan di celana berontak meminta untuk keluar ikut bergabung.<br />
<br />
"Kamu lepasin juga dong pakaianmu.. Kan nggak adil kamu masih lengkap aku dah telanjang bulat gini"<br />
<br />
Tanpa banyak bicara kulepaskan seluruh pakaianku, hingga keluarlah senjataku yang telah berdiri tegak dan bersiap menjemput mangsanya. Kutundukkan kepalaku untuk menciumi gundukan bukit kecil Risa yang ditumbuhi hutan hitam yang lebat.<br />
<br />
"Ohh.. Uhh.. Ugh" teriakan Risa makin tak beraturan, apalagi saat kutemukan benda kecil bagai kacang berwarna merah dan basah. Sejenak kupandangi kemudian kembali kusapu dengan lidahku meminum sari-sari kacang itu dengan nikmatnya.<br />
"Ah.. Ryan.. Kamu pintar sekali, terusin Ryan.. Terusin" sambil menggelinjang tangan Risa mencari-cari sesuatu. Ups.. Akhirnya ia dapatkan juga tongkatku yang sudah tegak.<br />
"Oh.. Oh.." aku pun mendesah geli ketika tongkatku dipegang tangan halusnya, perlahan tongkatku dikocoknya.<br />
"Uh.. Uh.." Aku semakin tak tahan merasakan sensasi yang begitu nikmat.<br />
<br />
Tiba-tiba Risa bergerak memutar tubuhnya hingga mulutnya persis berada di 'adik' kecilku seolah ia mau berdiskusi lebih jauh dengan 'adik'ku yang gagah. Sedangkan mulutku juga tepat berada di bukit yang di tengahnya terdapat lorong ditutup kacang. Kami bermain dengan gaya 69.<br />
<br />
"Oh.. Uhh.. Ogh.."<br />
"Ah.. Uh.. Slurp.. Slurp.." Bunyi gesekan mulut dan tongkat serta mulut dan gua makin keras terdengar. Kami asyik dengan mainan kami masing-masing hingga berlangsung sekitar 20 menit.<br />
"Ryan.. Aku nggak tahan lagi, masukin dong tongkatmu ke guaku" Rengek Risa sambil terus berdiskusi dengan tongkatku, dijilatnya tongkatku hingga licin, bahkan sesekali telornya pun ia cicipi juga.<br />
"Ryan.. Please.. Cepetan donk.. Aku nggak tahan lagi.."<br />
"He eh.." Jawabku sambil terus menikmati kacangnya..<br />
Beberapa saat kemudian kuputar badanku pada posisi semula. Risa mengangkangkan kakinya hingga gundukan bukit itu nampak jelas sekali. Hutannya yang hitam dan rimbun membuat pemandangan tampak begitu indah, begitu pula 'kacang basahnya' yang melambai-lambai. Wajahnya yang merah, bibirnya yang seksi menahan gairah semakin menambah kecantikannya malam ini.<br />
<br />
"Cepetan dong Ryan.." Perlahan namun pasti kugerakkan tongkatku menuju gua yang lebat itu<br />
"Ouhh.." Risa merintih saat kepala tongkatku mulai masuk kemulut gua yang sudah basah dan licin.<br />
"Ah.. Ouh.. Ohh."<br />
"Oh.. Oh.. Uhh.."<br />
<br />
Desahannya dan desahanku bersahutan tatkala pelan-pelan batang tongkatku masuk ke dalam gua. Sejenak tongkat itu kutarik keluar kemudian kumasukkan lagi dengan sangat perlahan.<br />
<br />
"Ahh.. Ouhh.. Nikmat sekali Ryan.. Ohh"<br />
"Aku sayang kamu Risa"<br />
"Aku juga Ryan.. Oh nikmat sekali.. Ohh"<br />
<br />
Tongkatku terus bersenam maju mundur di dalam gua Risa. Sementara itu mulutku juga terus bergerilya di gunung kembar Risa.<br />
<br />
"Ahh.. Ryan.. Oh.. Terus Ryan.. Dalem lagi.. Ohh" Risa terus menggelinjang ke sana ke mari, pantatnya juga terus bergoyang bagaikan Inul di atas panggung.<br />
"Oh.. Oh.. Aku tak tahan lagi Ryan.. Tongkatmu enak sekali, aku hampir sampai.. Terus Ryan lebih keras lagi.. Ohh"<br />
"Ahh.. Uhh.. Uh.. Aku juga hampir keluar sayang, dikeluarkan dimana? Di luar apa di dalam?"<br />
<br />
Tiba-tiba ada sesuatu lahar panas yang akan segera muntah dari tongkat kenikmatanku.<br />
<br />
"Di dalam aja biar nikmat.. Oh.. Uh.." Cret.. Cret.. Crett.. Keluarlah lahar panas dari tongkatku.<br />
"Ohh.. Aku sampai.." Pada saat yang bersamaan Risa juga sampai pada puncaknya.<br />
"Uhh.. Ogh.."<br />
<br />
Lolongan panjang kami mengakhiri pertempuran pertama yang luar biasa nikmatnya. Perlahan nafas kami teratur kembali seperti turun dari puncak kenikmatan yang sensasional.<br />
<br />
Prakk.. Tiba-tiba terdengar suara vas bunga tersenggol, aku dan Risa saling berpandangan, terkejut sekaligus sadar kalau Rico masih ada di ruang tengah.<br />
<br />
"Risa.. Rico kan belum pulang?"<br />
"Belum.. Kamu sih terlalu bernafsu.."<br />
"Habis kamu juga sih.. Terlalu menggairahkan he he.."<br />
"Jangan-jangan dia lihat kita?"<br />
"Biarin aja deh, kan malah lebih sensasional"<br />
"Dasar Gabrut kamu.."<br />
"Eh Risa, aku punya ide"<br />
<br />
Tiba tiba muncul dalam benakku untuk mengajak Rico ikut serta dalam permainan kami, seolah aku sudah lupa kalau tadi sempat merasa cemburu dengan keberadaannya.<br />
<br />
"Ide apaan?"<br />
"Gimana kalau Rico kita ajak sekalian main dengan kita"<br />
"Maksudmu?"<br />
"Kita ajak dia untuk bercinta bersama, kan lebih asyiik.. Pasti jauh lebih nikmat"<br />
"Ah gila kamu.. Gak mau emangnya aku cewek apaan.."<br />
"Bukan begitu, pasti lebih sensasional. Percayalah ini tidak akan mempengaruhi hubungan kita. It's just sex not love. Aku juga tetap mencintaimu"<br />
<br />
Sejenak Risa berpikir, mungkin ia menganggap ideku sangat gila, tapi entah kenapa tiba-tiba bulunya merinding dan tampak wajahnya bergairah, mungkin ia membayangkan permainan tersebut. Namun ia juga tidak mau kalau tampak menggebu menginginkan permainan itu karena bagaimana pun kami memang saling mencintai.<br />
<br />
"Apa kamu serius Ryan?"<br />
"Serius" aku coba meyakinkan Risa.<br />
"Kamu nggak cemburu kalau aku main seks juga dengan Rico?"<br />
"Ya enggaklah kan aku yang minta, asalkan ada aku"<br />
"Kamu nggak ngambek lagi kayak tadi saat liat aku hanya bercanda dengan Rico"<br />
"Enggak.. Percayalah.. Ini mungkin malah akan membuat hubungan kita semakin dewasa"<br />
"Terserah kamulah" Risa akhirnya pasrah, yang penting tak mengubah apapun pada hubungan kami, karena tiba-tiba ia pun mulai bergairah.<br />
"Ok kalau gitu aku akan bicara ama Rico"<br />
<br />
Aku segera turun dari ranjang, kupakai celanaku kemudian aku keluar dari kamar. Kulihat Rico lagi merokok di ruang tengah, dari wajahnya nampak ia sangat gelisah melihat permainan tadi, mungkin ia juga sangat terangsang tapi tak ada pelampiasan. Kaget ia ketika melihatku melangkah ke arahnya.<br />
<br />
"Eh Ryan.."<br />
"Ric.. Sori ya perlakuanku tadi, aku agak emosi karena badanku lagi capek, pikiranku juga stress akibat kerjaan"<br />
"Gak pa-pa kok Ryan.. Aku paham, biasalah dalam setiap berhubungan, cemburu itu kan tanda sayang" ungkapnya sok bijak dan arif.<br />
"Sori juga tadi kamu kami tinggal sendirian di ruang tengah"<br />
"Gak pa-pa kok"<br />
"Tapi tadi kamu lihat kan aku ngapain dengan Risa?"<br />
"Enggak.. Aku nggak.. Tahu.." Katanya agak gugup.<br />
"Gak usah bohong Ric.. Aku nggak pa-pa kok, kita kan udah sama-sama dewasa, malah kalau kamu mau boleh kok kalau kamu ikutan"<br />
"Maksudmu?"<br />
"Iya kalau kamu mau, kamu boleh kok ikutan"<br />
"Ikutan apaan?"<br />
"Ikutan bermain seperti yang kamu lihat tadi"<br />
"Apa aku nggak salah denger?<br />
"Enggak.. Tadi aku juga udah bicarakan ama Risa, Risa juga setuju kok, itung-itung ini sebagai tanda maaf kami berdua, lagian kamu kan juga udah lihat semuanya"<br />
<br />
Rico tercenung, mungkin ia tak percaya dengan apa yang barusan ia dengar, ia seolah sedang bermimpi. Tapi aku segera menyadarkannya.<br />
<br />
"Yuk kita ke kamar.. Kasihan Risa dah menunggu lama" kutarik tangan Rico untuk ikut ke kamar Risa.<br />
<br />
Begitu masuk kamar, nampaklah Risa sedang telentang di tempat tidur sambil diselimuti sedikit di bagian bawah perutnya. Rico melongo melihat pemandangan yang luar biasa, paha yang putih mulus, dada yang indah membusung, pemandangan yang mungkin selama ini hanya ia bayangkan saat melakukan onani karena aku pun tahu kalau memang sudah sejak lama ia sangat tertarik dan bernafsu ketika melihat Risa. Namun sejauh ini ia cukup tahu diri karena Risa sudah ada yang punya. Tapi kini Rico melihat Risa yang betul-betul dalam posisi menantang, atas ajakanku sendiri yang merupakan pacarnya Risa.<br />
<br />
"Kok diem Ric, kenapa?" Sapa Risa memecahkan kesunyian.<br />
<br />
Kulihat sebenarnya Risa agak gugup dipandangi seperti itu. Apalagi kini di depannya ada dua lelaki yang selama ini memang dekat dengannya yang satu sahabatnya yang satu adalah pacarnya. Atau mungkin ia juga membayangkan sebentar lagi kedua orang dekatnya itu akan menjamah tubuhnya dan memberikan kenikmatan kepadanya. Kulihat pancaran wajahnya sangat bergairah. Sedangkan aku sendiri juga tidak tahu kenapa, saat ini sama sekali tidak ada rasa cemburu sedikit pun, malah yang justru aku sangat terangsang menghadapi permainan yang akan segera kami mulai.<br />
<br />
"Yuk Ric kita mulai pestanya" Kuajak Rico segera mendekat ke Risa.<br />
<br />
Kulepas semua baju yang ada di tubuhku, juga kuminta hal yang sama dengan Rico. Kini kami bertiga dalam keadaan yang sama-sama telanjang. Kulirik tongkat Rico yang sudah tegak, dari sisi ukuran memang tak jauh beda. Namun masing-masing punya kekhasan tersendiri. Punyanya agak melengkung sedangkan punyaku menjulang dengan kokohnya.<br />
<br />
Aku memulai duluan dengan merundukkan kepalaku pada bagian bawah perut Risa. Hutannya yang lebat kuciumi dengan seksama.<br />
<br />
"Ouh.. Ouh.." Risa merintih kenikmatan.<br />
<br />
Rico pun tidak mau ketinggalan, ia mengambil bagian pada wajah Risa. Ia ciumi bibir Risa dengan lembutnya. Bibir sensual yang selama ini hanya ada dalam bayangannya.<br />
<br />
"Ouh.. Ogh.. Uh.." Risa tak tahan menahan sensasi serangan bawah atas, tubuhnya menggeliat ke sana ke mari, pantatnya bergoyang bagai tampah yang sedang diputar-putar.<br />
<br />
Sambil terus beradu bibir dengan Risa, tangan Rico bergerilya ke dalam payudara Risa yang ranum.<br />
<br />
"Ouh.. Ou.." sensasi yang Risa rasakan makin menjadi-jadi.<br />
"Hh.. Uh.." Desah nafas kami makin tak beraturan.<br />
<br />
Sambil terus kujilati 'kacang basah' Risa, kulihat Rico mengubah posisi. Tongkatnya yang melengkung itu ia sodorkan ke mulut Risa. Dan Risa pun menyambutnya dengan antusias.<br />
<br />
"Ouhh.. Ups.." Pelan dan pasti tongkat Rico keluar masuk dari mulut Risa.. Terkadang Risa melahapnya hingga hampir mengenai telurnya.<br />
"Ohh.." Kudengar erangan Rico menahan kenikmatan dari mulut yang selama ini ia bayangkan. Sementara aku sendiri juga mengubah posisi, tongkatku yang sudah tegak kucoba untuk kumasukkan ke dalam tempat 'kacang basah' Risa.<br />
"Aauuww.. Ohh.. Auww" Risa berteriak tertahan menahan kenikmatan tongkatku, namun tertahan suaranya oleh tongkat Rico yang sedang maju mundur.<br />
<br />
Kulihat wajah pacarku ini benar-benar cantik dan menggairahkan dengan dua buah tongkat yang sedang memasuki lubang atas dan bawahnya. Kugerakkan tongkatku maju mundur mengikuti gerakan Rico yang juga maju mundur dalam mulut Risa.<br />
<br />
"Ohh.. Ua.. Uuaoww" berbagai suara-suara tertahan serta desahan nafas memecah kesunyian malam itu.<br />
<br />
Setelah berlangsung selama 10 menit, kemudian Rico menoleh ke arahku, meski ia tak bicara tapi aku mengerti kalau ia minta ijin kepadaku untuk tukar posisi, karena ia ingin merasakan juga nikmatnya 'kacang basah' Risa. Kami pun bertukar tempat. Tongkat Rico di bawah, sedangkan tongkatku di mulut Risa.<br />
<br />
"Ouhh.. Ohh.." Tongkatku maju mundur dalam mulut Risa, kadang kepalanya ia jilat, kadang batangnya bahkan kadang seluruhnya ia telan.<br />
"Ouhh enak sekali Ris.. Punya kamu masih seret.. Ohh" Terdengar Rico meracau merasakan nikmatnya gua Risa.<br />
"Ris, kamu makin cantik sekali, dengan wajah penuh permen gitu.. Ohh" matanya melotot kugodain seperti itu, tapi makin tambah nikmat.<br />
"Ohh Ris.. Dada kamu montok sekali.. Ohh"<br />
"Ahh.. Kamu menggairahkan sekali Ris.."<br />
"Auh.. Ohh" sensasi yang kami rasakan makin menjadi.<br />
<br />
Mata Risa berkejap-kejap tanda ia sudah mau mencapai orgasme, aku hapal betul tanda-tanda ini karena aku sering bermain cinta dengan Risa.<br />
<br />
"Ohh.. Ohh.." Di saat yang sama akupun juga merasakan hal serupa, akhirnya kutumpahkan seluruh lahar panasku kemulutnya. Crutt.. Crutt..<br />
"Ups.. Ohh.."<br />
<br />
Mulut Risa belepotan oleh cairan lahar panasku. Sebagian ia telan karena ia mempercayai akan membuatnya awet muda. Sedangkan Rico masih terus memompa, tapi kulihat ia pun hampir mengeluarkan lahar panasnya.<br />
<br />
"Ohh.. Huu.. Ohhghh.."<br />
<br />
Cret.. Cret.. Crret.. Tumpahlah lahar panas Rico yang ia keluarkan di perut Risa, sengaja ia tidak mau mengeluarkan di dalam karena takut resiko pada kehamilan Risa, meski sebenarnya Risa sudah meminum obat anti hamil.<br />
<br />
Kami bertiga kemudian tergeletak lemas, namun puas setelah mencapai puncak bersama-sama. Karena Risa di rumah sendirian, maka semalam kami terus berpesta. Kadang aku dengan Risa, kadang Rico dengan Risa, kadang juga bertiga. Tapi yang pasti aku tidak dengan Rico karena aku masih waras bukan gay. Dan kulihat Risa sangat menyukai permainan ini.<br />
<br />
Sejak saat itu hubunganku dengan Risa semakin mesra, tanpa ada rasa cemburu tapi semakin cinta. Dan rencananya kami juga akan segera menikah. Sedangkan petualangan kami terus berlanjut yang mungkin di lain waktu kuceritakan.yunnileehttp://www.blogger.com/profile/15596533211185417604noreply@blogger.comIndonesia-0.789275 113.92132700000002-31.6684965 72.61273300000002 30.0899465 155.22992100000002tag:blogger.com,1999:blog-2527921526551706948.post-78713737650160104402016-12-08T00:06:00.001+07:002016-12-08T00:06:53.663+07:00Tante Ku Enak Sekali<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFR-i4rScXqpfKgZwiyIzgUeQ4kt3HQXeOy53z_jXjEPecHOFsn74oG7KOn2LmOjZzysdslb6M2w02Io7Qg6qIbJrIFERqNBAC3sejfQcyw0EFllsVl1IZXY6nNQA2xZ1WdrC8PZMqe0mp/s1600/images.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFR-i4rScXqpfKgZwiyIzgUeQ4kt3HQXeOy53z_jXjEPecHOFsn74oG7KOn2LmOjZzysdslb6M2w02Io7Qg6qIbJrIFERqNBAC3sejfQcyw0EFllsVl1IZXY6nNQA2xZ1WdrC8PZMqe0mp/s320/images.jpg" width="239" /></a></div>
<br />
Tanteku namanya Yuni, dia ini seorang “Single parent” dengan tiga orang anak; dua perempuan dan satu laki-laki. Suaminya sudah meninggal karena kecelakaan mobil. Suaminya ini memang seorang pembalap lokal yang tidak terkenal namanya. Dengan tiga orang anak dan umurnya yang sudah 37 tahun, tanteku ini masih saja kelihatan seksi. Tubuhnya terawat, karena dengan kondisi keuangannya yang mapan, tanteku secara teratur senam. Hasilnya, walaupun dengan tiga orang anak,<br />
tubuhnya tetap terawat dengan baik. Pantatnya besar dengan pinggul yang juga besar tapi pahanya selain putih dan mulus juga singset tanpa ada tumpukan lemak sedikitpun. Payudaranya lumayan besar, entah kira-kira berapa ukurannya akupun tidak tahu tapi yang jelas masih sekal tidak kendor layaknya seorang Ibu yang sudah melahirkan tiga orang anak.<br />
<br />
Kejadiannya berawal pada saat yang tidak diduga sama sekali. Saat itu di rumah sedang tidak ada orang hanya ada tanteku yang sedang asyik memasak untuk hidangan makan siang, kebetulan hari itu jadwal mengajar tanteku hanya satu mata kuliah saja. Sepulang sekolah, aku menemukan tanteku didapur sedang asyik memasak. Dengan langkah gontai karena kecapekan, aku langsung menghampiri meja makan.<br />
<br />
<b>Tante Ku Enak Sekali</b><br />
<br />
“Tante Yun, belum siap yah makanannya?” tanyaku kelaparan.<br />
“Belum Wan, sabar yah. Ini lo si Suti (pembantu tanteku) pulang tadi pagi, jadinya ya gini nih repot sendiri” keluh tanteku<br />
Di dahinya terlihat cucuran keringat, belum lagi tangannya yang belepotan dengan berbagai macam bumbu yang sedang diraciknya. Kelihatan sekali kalau tanteku tidak pernah kerja “Sekeras” ini. Walaupun begitu, entah kenapa terlihat sekali wajah tanteku semakin cantik. Saat itu dia hanya menggunakan daster pendek yang sebenarnya tidak ketat tapi karena bentuk pantat dan pinggulnya yang besar, daster itu jadi kelihatan agak ketat dan memetakan garis dari celana dalamnya kalau dia sedang membungkukkan badannya. “Ah, seksi sekali” pikirku kotor.<br />
<br />
“Wawan bantuin ya Tante?” tawarku.<br />
“Boleh Wan, sini!” ternyata tanteku tidak keberatan.<br />
Tidak ada angin tidak ada hujan, belum sampai aku mendekat, entah karena apa tiba-tiba kran air di cucian piring copot dari pangkalnya. Otomatis air yang langsung dari tandon air yang penuh menyembur dengan derasnya mengenai tanteku yang kebetulan ada didepannya.<br />
“Aduh Wan, tolong.., gimana ini?” tanteku dengan paniknya berusaha menutupi saluran air yang menyembur dengan tangannya.<br />
Karena tubuh tanteku tidak terlalu tinggi, untuk mencapai saluran itu dia harus sedikit membungkuk. Terlihat sekali dasternya yang sudah basah kuyup itu sekali lagi memetakan pantatnya yang besar. Garis celana dalamnya kini terlihat lebih jelas.<br />
Dengan tergesa-gesa, tanpa pikir-pikir lagi aku segera mendekat dan membantunya menutup saluran air itu dengan tanganku juga. Tanpa aku sadari ternyata posisi tubuhku saat itu seperti memeluk tubuhnya dari belakang. Bisa di bayangkan, tanpa sengaja juga kontolku mengenai belahan pantatnya yang sekal. Keadaan ini bertahan beberapa lama. Hingga menimbulkan sesuatu yang kotor dipikiranku.<br />
“Aduh Wan gimana ini?” tanya tanteku tanpa bisa bergerak.<br />
“Duh gimana ya Tante, aku juga bingung.” kataku mengulur waktu.<br />
Saat itu, karena gesekan-gesekan yang berlebihan di kontolku, aku jadi tidak bisa menahan gairah untuk merasakan tubuhnya. Pelan-pelan aku melepas satu tanganku dari saluran air itu, pura-pura meraba-raba disekitar cucian piring, mencari sesuatu untuk menutup saluran air itu sementara. Tanpa sepengetahuannya aku justru melepas celanaku berikut juga celana dalamku. Memang agak susah tapi akhirnya aku berhasil dan dengan tetap pada posisi semula kini bagian bawahku sudah tidak tertutup apa-apa lagi.<br />
<br />
“Wah, nggak ada yang bisa buat nutup Tante. Sebentar Wawan carikan dulu yah”<br />
Kini niatku sudah tidak bisa ditahan lagi, pelan-pelan aku melepas peganganku di saluran air.<br />
“Pegang dulu Tante” kataku sedikit terengah menahan gairah.<br />
“Yah, gih sana cepetan, Tante sudah pegal nih” sungut tanteku.<br />
Kemudian tanpa pikir panjang, secepat kilat aku menyingkap dasternya, kemudian secepat kilat juga berusaha untuk melorotkan celana dalamnya yang entah warnanya apa, karena sudah basah kuyup oleh air, warna aslinya jadi tersamar.<br />
“Ehh.. apa-apan ini Wan, jangan gitu dong!?” tanpa sadar tanteku melepas pegangannya disaluran air untuk menahan tanganku yang masih berusaha melepaskan celana dalamnya. Air menyembur lagi.<br />
<br />
“Auhh.. ohh” suara tanteku jadi tidak jelas karena mulutnya kemasukan air. Tanpa sadar juga tanteku berusaha untuk menutup saluran air dengan tangannya lagi, otomatis tanganku sudah tidak ada yang menahan lagi.<br />
“Kesempatan” pikirku, dengan satu sentakan celana dalam tanteku melorot sampai diujung kakinya.<br />
“Auwch.. duh Wan jangan, aku ini tantemu, jangann..” Mohon tanteku.<br />
Kepalang tanggung, aku langsung jongkok. Aku lalu menyibak pantatnya yang besar dan mencari liang senggamanya. Kudekatkan kepalaku, kujulurkan lidahku untuk mencapai vaginanya.<br />
“Auwchh.. Wan.. ahh..” jilatan pertamaku ternyata membuatnya bergetar tanpa bisa beranjak dari tempat semula, kalau bergerak air pasti akan menyembur lagi.<br />
<br />
Lidahku semakin leluasa merasakan aroma dari vaginanya, semakin kedalam membuat tanteku bergetar hebat. Entah kenapa sudah tidak ada lagi bahasa tubuhnya yang menunjukkan penolakan, yang ada kepalanya semakin menggeleng-geleng tidak keruan. Kecari klitorisnya, memang agak sulit, setelah dapat kuhisap habis, dua jariku juga ikut menusuk liang vaginanya. Tidak terkira jumlah lendir yang keluar, tak lama kemudian, terasa pantatnya bergetar hebat.<br />
<br />
“Ahh..hh Wann.. ahh aouhh..” dengan erangan keras, rupanya tanteku sudah mencapai orgasme. Tubuhnya langsung lunglai tapi tanpa melepas pengangannya dari saluran air.<br />
“Aduh aku belum apa-apa” pikirku.<br />
Langsung aku berdiri, kusiapkan senjataku yang sudah mengacung dengan keras. Dengan dua tanganku aku coba menyibakkan kedua belahan pantatnya sambil kudekatkan kontolku kevaginanya. Kudorongkan sedikit demi sedikit. Begitu sudah betul-betul tepat dimulut liang kenikmatannya, tanpa ba-bi-bu langsung kulesakkan dengan kasar.<br />
<br />
“Ahh sakit Wan.. pelan.. auh” kepala tanteku langsung melonjak keatas, tanpa sengaja pegangannya di saluran air terlepas. Air menyembur dengan deras. Kepalang basah, begitu mungkin pikir tanteku karena selanjutnya dia hanya berpegangan dipinggiran cucian piring. Sudah tidak ada penolakan pikirku.<br />
<br />
Kudiamkan sebentar kontolku yang sudah masuk hingga pangkalnya didalam vagina tanteku, ku nikmati benar-benar bagaimana ternyata vagina yang sudah mengeluarkan tiga orang manusia ini masih saja nikmat menggigit. Sensasi yang sangat luar biasa sekali. Pelan-pelan kutarik, kemudian kudorong lagi.<br />
<br />
“Oohh.. Wan enak, terus sayang..yang cepat aouhh.. ahh.. terus sayang” pantatnya bergoyang melawan arah dari kocokanku.<br />
“Nah gitu Wan, ouhh.. ya gitu teruuss..” Pinta tanteku.<br />
Aku terus mengocokkan kontolku dengan cepat. Sebentar kemudian tubuhnya mulai bergetar hebat.<br />
“Yang cepat Wan, Tante sudah mau keluar lagi.. ouhh.. terus” kepalanya semakin menggeleng-geleng tidak karuan.<br />
“Cepatt.. cepatt truss.. ouchh.. Tante kelluaarr.. aghh” Orgasmenya telah sampai dibarengi dengan kepalanya yang melonjak naik, tangannya mencengkeram pinggiran cucian piring dengan erat.<br />
“Cabut dulu Wan.. Tante linuu..” pinta tanteku, karena merasakan aku yang masih mengocoknya dari belakang.<br />
“Akan wawan cabut, tapi janji nanti diteruskan ya Tante?” kataku.<br />
“Iya, tapi sekarang dari depan aja yah” janji tanteku.<br />
<br />
Tubuhnya kemudian berbalik. Wajahnya sudah awut-awutan dan basah kuyup. Kemudian dia duduk diatas cucian piring sambil menghadapku. Aku mendekat, langsung kucari bibirnya dan kemudian kami berpagutan lama. Sambil kami berciuman, satu tangannya membimbing kontolku kearah liang vaginanya. Tanpa disuruh dua kali kudorongkan pantatku dibarengi dengan masuknya juga kontolku.<br />
<br />
“Ahh.. oohh..” erang tanteku, ciuman kami terlepas.<br />
“Kocokkan yang cepatt wann..” pinta tanteku sambil pahanya semakin dilebarkan.<br />
“Begini Tante..” Kataku sambil mengocokkan kontolku dengan cepat.<br />
“Gila kamu Wann.. kuaatt sekalii kamuu..” sambil satu tangannya menarik satu tanganku, kemudian ditaruhnya di bagian atas vaginanya. Aku tahu mau maksudnya.<br />
“Yahh yang ituu.. teruss Wann.. ohh enakk.. Wan teeruss..” rintih tanteku ketika sambil kontolku mengocok vaginanya tanganku juga memelintir klitorisnya.<br />
“Ohh Wan, Tante hampir sampai..” tubuhnya mulai bergetar agak keras.<br />
“Aku juga hampir sampai Tante.. ohh punya Tante eenakk..” aku mulai tidak bisa mengendalikan lagi, orgasmeku tinggal sebentar lagi.<br />
“Dikeluarin dimana Tante?” tanyaku minta ijin.<br />
“Udah nggak usah mikirin itu, ayoo teruss.. didalemm jugaa nggakk Papa”<br />
“Ayoo..Tante udah diujung nihh wann..”<br />
“Ouhh.. enakk.. cepatt Wann.. yangg cepatt” rintih tanteku.<br />
<br />
“Goyang Tante, kita barengan ajaa.. oghh” orgasmeku sudah diujung.<br />
Semakin kupercepat kocokanku, tanteku juga mengimbangi dengan menggoyang pantatnya. Sambil berpegangan pada belakang pantatnya, kukeluarkan air maniku.<br />
“Aku keluarr tantee.. aughh..” sambil kubenamkan dalam-dalam.<br />
“Tante juga Wann.. oughh akhh.. gilaa.. uenakknya..” erangnya sambil jemarinya mencengkeram bahuku.<br />
Akhirnya kami berdua terkulai lemas. Kudiamkan dulu kontolku yang masih ada didalam vaginanya. Kulirik ada sedikit lelehan air mani yang keluar dari vaginanya. Seperti tersadar dari dosa, tanteku mendorong badanku.<br />
“Kamu nakal Wan, berani sekali kamu berbuat ini” sungut tanteku.<br />
“Tapi Tante juga menikmatinya kan?” belaku.<br />
Tanpa berkata apa-apa, dia kemudian turun, meraih celana dalamnya kemudian berlalu kekamar mandi. Aku berusaha mengejarnya tapi dia sudah lebih dulu masuk kamar mandi kemudian menguncinya.<br />
“Tante air di tandon tadi sudah habis loh” candaku dari luar kamar mandi tapi tidak ada balasan dari dalam.yunnileehttp://www.blogger.com/profile/15596533211185417604noreply@blogger.comIndonesia-0.789275 113.92132700000002-31.6684965 72.61273300000002 30.0899465 155.22992100000002tag:blogger.com,1999:blog-2527921526551706948.post-66083126986622480482016-12-08T00:05:00.000+07:002016-12-08T00:05:07.162+07:00Pengalaman Di Kampung<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzsnWEr5n4QldYZ_z8-TpJQmm2OcJMWVqrrRFsAM9ItqYtgGkAT1WWR_xrqT0K1mEY6Cu0TDtKjbSBtOHkVQh88PVhlSQ7pqK3zVe2fkq9TXdwPtEMm3cAJotFpt7bO3TTzP9fCnbUAX-h/s1600/images+%252810%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzsnWEr5n4QldYZ_z8-TpJQmm2OcJMWVqrrRFsAM9ItqYtgGkAT1WWR_xrqT0K1mEY6Cu0TDtKjbSBtOHkVQh88PVhlSQ7pqK3zVe2fkq9TXdwPtEMm3cAJotFpt7bO3TTzP9fCnbUAX-h/s320/images+%252810%2529.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
Petualanganku di dunia birahi sudah malang melintang. Dimana pun lokasi syur di Jakarta sudah pernah ku datangi. Ada satu tempat favoritku di daerah Jakarta Timur. Tempat itu memang untuk kelas bawah, tapi aku menemukan keunikan tersendiri di situ. Ceweknya banyak yang muda-muda dan masih polos seperti orang desa. Dandanannya pun masih seperti di kampungnya.<br />
<br />
Aku akhirnya punya langganan, namanya Katem, tapi lalu kuganti namanya jadi Ami. Jadi aku panggil dia Ami. Dia akhirnya terbiasa. Suatu hari dia bercerita ingin pulang kampung. Aku menawarkan diri mengantarnya sampai ke rumahnya. Dia dengan senangnya menyambut tawaranku. Kami akhirnya janjian untuk berangkat bersama.<br />
Kami janjian ketemu di halte mikrolet di dekat pasar. Dari situ kami menuju Pulo Gadung untuk mengambil bus jurusan Cirebon.<br />
<br />
Baru sekali itu aku naik bus dari Pulo Gadung dan bersama cewek. Sorry aku lupa menggambarkan bagaimana profil Mia. Usianya sekitar 15 tahun, mukanya manis, kulitnya agak gelap tingginya sekitar 155 cm. Rambut lurus sebahu. Bicara kurang lancar berbahasa Indonesia, dia sekolah sampai kelas 4 SD.<br />
Sekitar 3 jam setengah akhirnya kami sampai di pemberhentian sebelum kota Indramayu. Sebut saja KS, kami menyeberang jalan, dan di situ sudah ada puluhan ojek. Mia menyebut nama kampungnya dan kami menyewa 2 ojek dengan ongkos masing-masing 20 ribu. Rupanya tempatnya jauh juga masuk kedalam.<br />
<br />
<b>Pengalaman Di Kampung</b><br />
<br />
Di kampung-kampung Indramayu dan Karawang, cukup banyak orang tua yang menganjurkan anaknya jadi pelacur. Jadi mereka sama sekali tidak keberatan ketika anaknya punya tamu. Bagi ortunya tamu itu adalah rejeki dan ini masuk area bisnis jadinya. “anak nginep disini aja, pulang ke jakarta besoklah, ngapain buru-buru pulang,” kata bapaknya. Jadi sebelum gw memohon sudah ditawari so ya why not<br />
kan. Lantas gw keluarin Rp 100k kasi langsung sama emaknya. ” Mak ini buat beli makanan, nanti malam saya makan disini.”<br />
<br />
Wah itu emak langsung buru-buru pergi, pulangnya nenteng ayam hidup, lalu bapaknya suruh motong tuh ayam. Malamnya hidangannya adalah ayam goreng, sambel dan lauk berkuahnya 2 bungkus indomi direbus dengan banyak air. Yang makan berenam. Adik si cewek ada 2 soalnya. Gw gak bisa makan banyak, tapi dipaksa juga. Gw kurang selera, karena ayamnya masih keras dan masih bau amisnya ayam. Gw telen-telenin aja, abis kepaksa. Mau makan indomienya. Biasanya dua bungkus gw makan sendiri, ini dua bungkus dimakan berenam. Wah gw jadi gak enak body.<br />
Abis makan gw keluarin 50 k kasi ke bapaknya untuk beli rokok dan 50k lagi gw kasi ke dia juga dengan pesen untuk keamanan.<br />
<br />
Wekkk rumah tuh bapak akhirnya dijagain 2 hansip kampung semalaman. Buset deh, jadi raja minyak gw di kampung ini. Abis makan bukan terus tiarap, ngobrol dulu ama bokapnya ke utara-selatan. Yah bisa-bisa gw menerka minat obrolan dia. Begitu gw tau dia tertarik ama pertanian. Gw keluarin jurus-jurus dewa mabok gw untuk mengimbangi percakapannya. Bukan mau sombong sih diajak ngomong soal apa aja dari mulai menanam padi sampai nuklir korea utara gw bisa njabani. Kalo soal olah raga gw nyerah deh, gak hobi. Namanya ilmu dewa mabuk, si bapak jadi kalah ilmu ama gw, wakakakak. Gw inget hari itu dia nanya-nanya nanem apa yang hasilnya lumayan. Gw bilang semangka tanpa biji bagus tuh pasarnya. Dia bingung, semangka tanpa biji yang<br />
ditanam apanya. Gw bilang ya biji, ada tuh bibitnya di jual kalengan cuma harganya rada mahal. “mau dong” kata bapaknya. Yah nanti deh kalo sy kemari lagi.<br />
Ngobrol sampai jam 10 an sambil minum kopi dan makan kacang garuda. Akhirnya tuh bapak nyadar juga dan nyuruh gw istirahat. ” Kamarnya udah disiapi, silahkan nak istirahat dulu.”. Jam 10 malam di kampung, sunyinya kayak orang tuli, mana gelap lagi. Tapi gw PD aja meski rada was-was juga, Gimana gak PD rumah dijagai 2 hansip. Kayaknya hansip kelurahan.<br />
<br />
Was-wasnya kalau ada apa-apa gw lari kemana. Gw kan gak bawa kendaraan. Oh ya gw lupa. Kalo masuk kampung pedalaman gitu dan mau nginep jangan bawa mobil,<br />
mencolok bo. Orang jadi banyak perhatiin kita. Kalo kita datang naik ojek, kita jadi membaur dan gak kelihatan mentang-mentang.<br />
Si bapak nunjuki kamar tidur untuk gw, dan anak perempuannya udah tiduran di situ. Kamarnya cuma diterangi lampu minyak dan yang istimewa tempat tidurnya pake kelambu. buset dah seumur-umur gw baru pernah kali itu tidur pake kelambu.<br />
Tadinya pengen malu, tapi karena bapaknya nganjurin gw tidur ama anaknya, gw jadi bingung pengen malu ama siapa wakakakakak.<br />
Besok paginya gw rada kesiangan bangunnya, malemnya kebanyakan tiarap kali ya. eh si cewek walau udah bangun tapi dia belum keluar dari tempat tidur.Mungkin nunggu sampai gw juga bangun.Wah setia banget.<br />
<br />
Di luar udah disiapi kopi dan nasi goreng. Wuissh raja minyak diservice abis.<br />
Gw salut ama diri gw sendiri, sebab petualangan itu gw jalani sendiri tanpa kawan. nekat abis. Gw akhirnya nginep lagi semalem, mengingat dana dikantong masih mencukupi dan gw rasa aman-aman aja. Seharian di kampung gw ditemani tetangganya (laki-laki) nyewa motor muter-muter di kampung. Eh dia malah nunjuki potensi cewek di desanya. Jadi gw dikenali ama banyak cewe. Buset banget, ternyata banyak yang ok. Gilanya dia nawari perawan. Bukan satu, kalo gw nggak salah inget ada 3 semuanya dikenali ke gw.<br />
<br />
Tetangga sebelah si Mia ini rupanya juga lagi pulang kampung. Gilanya dia kelihatan lebih muda, mungkin usianya masih 13 – 14 tahun . Aku diperkenalkan dan dia mengaku kerja (melacur) di daerah Cilincing. Tempat yang dia sebutkan itu belum pernah aku datangi.<br />
Setelah nginap semalam aku kemudian pamit kepada orang tua si Mia. Diantar oleh tetangganya aku berangkat dari rumah Mia. Heri begitu nama tetangga Mia yang menjadi penunjuk jalan.<br />
<br />
****<br />
<br />
Aku bukan sungguh-sungguh pulang tapi pindah nginap di kampung yang letaknya jauh lebih ke pelosok. Tujuannya adalah rumah Nani. Anaknya manis agak tinggi sekitar 160 usianya juga masih amat belia sekitar 15 tahun. Dia termasuk stok baru, karena belum pernah dikaryakan. Kata Heri Nani baru cerai. Padahal mereka belum genap 3 bulan kawin. Seperti diceritakan Heri, orang-orang di kampung itu banyak yang kawin singkat hanya untuk mengejar status janda. Dengan status janda, dia bisa punya KTP dan bisa kerja ke kota.<br />
Rumah Nani tidak begitu besar, berdinding separuh tembok separuh bambu anyaman (gedek).. Kami disambut seorang wanita usianya sekitar 32 tahun, dia adalah ibunya Nani.<br />
<br />
“Mari mas masuk,” katanya mempersilahkan kami.<br />
Aku memilih duduk di bale-bale (amben) bambu di teras rumahnya. Sementara itu Heri masuk bersama ibunya Nani, sepertinya ada yang mereka rembukkan.<br />
“Dari mana mas,” tanya ibu si Nani.<br />
“Jakarta,” jawabku singkat.<br />
Maknya si Nani ini kelihatan akrab sekali, sedangkan aku masih rada kikuk. Aku merasa malu karena niatku akan menginap di rumah itu, kayaknya vulgar banget. Tapi Bu Karta begitu dia mengenalkan namanyam dia pintar sekali mencairkan suasana, dan dia sudah tau betul niatku .<br />
<br />
“Mas tunggu sebentar ya, si Nani lagi mandi, katanya.<br />
Kami mengobrol macam-macam sampai aku tahu bahwa Bu Karta ini juga janda dengan 2 anak. Anak yang pertama laki-laki sekarang kerja di Jakarta.. Jadi mereka hanya tinggal berdua.<br />
“Masnya jadikan menginap di sini,” tanya Bu Karta.<br />
“ Kalau ibu boleh, ya saya mau,” kataku.<br />
“Ya boleh lah mas, hotel dari sini jauh, tapi disini rumah kampung, nggak ada listrik, rumahnya juga jelek, nggak kayak rumah di Jakarta, gedongan semua,” katanya merendah.<br />
<br />
Heri memberi kode agar aku ikuti dia. Heri membrief aku , bahwa semuanya oke dan ada juga uang keamanan. Dia mau pamit, dan aku minta dia datang lagi besok jam 10 pagi.<br />
Heri kemudian pamit kepada mak nya Nani dan segera ngacir.<br />
Perutku sudah rada kroncongan karena sekarang udah jam 1 siang. Kutarik 5 lembar uang 20 ribuan dan kuserahkan ke Bu Karta. “ Ini bu untuk beli makanan, siang ini ibu beli indomi bangsa 5 bungkus, minyak goreng dan kalau ada sedikit tepung sagu (kanji), lainnya beliin tempe dan cabe rawit ijo juga bawang putih.<br />
Ibunya masuk ke dalam rumah sebentar dan keluar lagi membawa secangkir kopi. Tak lama kemudian datang belanjaan. Rupanya Bu karta minta tetangganya untuk belanja , pantesan dia gak beranjak dari tadi.<br />
<br />
“Mas tepung sagunya mau dibuat apa ya,” katanya.<br />
“Mau buat mi bu,” kata ku.<br />
“ Ah jangan panggil bu ah, panggil mbak aja, kayaknya kok jadi tua banget ,” katanya sambil matanya genit..<br />
“Boleh saya masak mi nya di dapur bu,”<br />
“Eh masnya pinter masa yaa, tapi dapurnya jelek dan kotor” katanya lalu membibimbingku ke bagian belakang rumahnya.<br />
Aku berpapasan dengan Nani yang berbalut handuk masuk dari belakang rumah. Dia malu-malu menundukkan muka , langsung masuk kamar.<br />
Aku meminta 3 bungkus indomi untuk digoreng .<br />
<br />
“Sini mas kita saja yang goreng,” kata bu karta. Orang di Indramayu ini menyebut kita untuk aku.<br />
Setelah mi di goreng aku minta dia merebus air dan pinjem mangkuk untuk mencampur air dengan tepung sagu . “ Segini cukup gak mas airnya.<br />
“Kurangi dikit mbak.”<br />
Setelah air menggelegak aku masukkan air campuran dengan kanji dan bumbu mi instannya. Setelah mendidih dan kuah agak mengental kuminta dipindahkan ke tempat lain. Sekarang makanannya sudah siap.<br />
Mas kita cuma punya nasi ama ikan asin. Lalu kami pun mengelilingi meja makan yang posisinya ditempelkan ke tembok dengan 4 kursi. Aku duduk di tengah, disamping ku Nani, dan di kiriku Bu karta.<br />
<br />
“Wah enak mi-nya mas, masnya pinter masak juga ya,”<br />
” Ini namanya ifumi, tapi sebenarnya bumbunya lebih lengkap dari ini ada sayur, ada bakso, baso ikan, dan udang segala, tapi karena adanya ini ya begini aja lah,” kata ku . “Enak ya mak, kita jadi pengin nambah mi nya lagi,” kata Nani yang makan sambil duduk kakinya diangkat satu (metingkrang).<br />
“Mas itu ada tempe mau diapain, biar kita yang ngerjain,” kata mak Karta.<br />
“Digoreng aja biasa mbak,” kata ku.<br />
<br />
Dia lalu menghilang ke belakang tinggal aku dan Nani di ruang yang rada gelap. Kami ngobrol dan aku mengorek banyak informasi. Katanya dia sudah ditawari kerja ke Jakarta, Tapi maknya belum ngasih karena sendirian di rumah.<br />
Gak terasa sudah jam 4 sore, cuaca mulai teduh.<br />
“ E mas-e mau mandi kan, ayu bareng kita ke belakang saya unjukin tempatnya.” kata mak Karta.<br />
Aku segera mengorek isi tas ku mengambil sabun cair, handuk dan celana pendek serta kaus oblong, juga sikat gigi.<br />
<br />
Maknya Nani juga kelihatannya bawa perlengkapan mandi nani juga . mereka masing masing menjinjing ember kecil. Mereka mau mandi juga nampaknya.<br />
Kami sampai di halaman belakang yang jaraknya sekitar 10 m dari rumah ditengh kebun singkong. Di situ hanya ada ponpa tangan dan ember yang lebar. Tidak ada dinding, sehingga sama sekali terbuka. Aku melihat ke sekeliling, tidak ada bangunan apa pun . Ternyata kamar mandinya ya di pompa itu. Di situ hanya ada dua tonggak yang dihubungkan dengan kawat. Maksudnya mungkin untuk jemuran. Mereka berdua lalu melampirkan handuk, dan baju-baju mereka.<br />
<br />
Kulihat mereka gak bawa sarung, aku jadi mikir nih mereka mandinya gimana. Aku diam aja sambil pura-pura terlihat biasa sambil menyampirkan baju-bajuku dan membuka semua pakaianku kecuali celanda dalam yang memang bentuknya boxer.<br />
Si mak giat sekali memompa. Aku segera mengambil alih memompa . Astaga mereka berdua membuka semua bajunya sampai telanjang bulat di depan ku lalu jongkok di pinggir ember. Dengan gayung bekas kaleng susu mereka membasahi semua badannya lalu menyabuni tubuhnya Aku terus memompa sambil pura-pura cuek, padahal dedeku mulai mengembang.<br />
“ Udah itu mas air juga udah penuh masnya juga mandi sini, kata si mak,”<br />
<br />
Aku tidak mau kalah dengan aksi mereka, Aku berbalik dan segera melepaskan celana dalam, dan kugantungkan dengan bajuku. Kututup burungku lalu aku jongkok berhadapan dengan mereka. Pembatas kami hanya ember.<br />
“Wah masnya gak biasa mandi di kampung jadi masih malu ya mas,” kata Mak karta.<br />
Aku hanya nyengir, “Ah nggak mbak, Cuma burungku susah diatur,” kataku berkilah.<br />
Mas nya gak biasa sih jadi burungnya kaget kali, “ kata bu Karta.<br />
Ibu nya si Nani ini tampak makin cantik ketika semua rambutnya dibasahi. Toketnya cukup montok mungkin ukuran 38 , perutnya agak gendut sedikit, tapi masih bisa digolongkan ramping untuk seumuran dia, pantanya buset gede banget, begitu juga pahanya. Badannya putih mulus pula.<br />
<br />
Nani badan gadis remaja Teteknya masih mancung menantang dengan putting kecil yang belum berkembang, jembutnya masih jarang sekali, berbeda sama jembut ibunya.<br />
Karena mereka cuek, aku juga cuek aja, meski pun barangku ngacung terus. Ah normal aja pikir ku, laki-laki dekat perempuan telanjang pula pastilah on. Gitu dong mas jangan malu-malu, Komentar ibunya sambil dia mengambil semacam sabut untuk menggosokkan badannya. Aku diberinya satu sabut yang kuperhatikan bentukunya bulat panjang seperti gambas atau oyong. Aku tenang saja menggosok badan ku sambil berdiri dan mereka berdua juga akhirnya berdiri sih. Mas sini aku gosok punggungnya dan mas gosok punggunya Nani. Kami pun lalu berbaris saling menggosok. Mulanya aku menggosok punggung Nani, Tapi lama-lama tangan ku gak tertahan meremas pula tetek si Nani. Tapi dia diem aja. Si Ibu masih terus menggosok, tapi tidak hanya punggung juga sampai ke kaki-kaki pula Eh lama-lama naik sampai ke dekat dede ku. Di bagian vital itu disabuninya pula tapi gak pake sabut. Aku jadi menggelinjang gak karuan. Eh dia malah lama sekali berputar-putar menyabuni dedeku. Aku jadi gelap mata kutarik si Nani lalu kucium. Nani membalas. Aku udah kehilangan akal, sampai gak terasa kalau dedeku dibasuh air. Tapi aduh ternyata burungku dilomot sama si ibu. Buset kok jadi orgi di kebun singkong gini.<br />
<br />
Aku tidak bertahan lama segera muncrat di dalam mulut si ibu. Dia buang air mani ku . Aku segera menempelkan barang ku ke pantat si nani yang kupeluk dari belakang sementera tanganku sudah dari tadi mengorek-korek itil si Nani sampai dia muncak juga nampaknya. Aku kemudian berbalik ke si emak dan kurangkul dia lalu kucium mulutnya. Dia membalas dengan ganas. Tangan ku tak hanya meremas teteknya yang super toge, tapi juga mulai mengelus-elus mekinya.. Aku mau balas dendam. Perlahan-lahan kujilati tubuhnya kebawah sampai akhirnya aku berlutut dan di depanku terpampang memek berjembut lebat. Lidahky mencari sendiri belahan memek sambil tanganku menyibak hutan rimba. Memeknya tidak ada baunya, malah cenderung bau sabun. Mulutku kubekap ke memeknya dan kaki kirinya kupanggul dipundakku.Si emak berpegangan ke tiang sambil mendesis-desis. Gak sampai 2 menit dia sudah muncak dan sambil mengerang. Barangku jadi keras lagi aku segera berdiri dan kusuruh si emak membungkuk dengan sekali tusuk masuklah si dede ke meki emaknya dari belakang .<br />
<br />
Aku sungguh terpesona dengan pemandangan pantat yang demikian besar membulat aku tabrak-tabakkan badan ku ke pantat si emak dan si emak mengimbanginya dengan mendesis-desis. Nani yang jongkok sambil mengguyur badannya memperhatikan kelakuan kami. Kupanggil dia agar mendekat. Nani menurut lalu aku sambil memompa emaknya aku gerayangi badannya. Sekitar 5 menit si emak sudah bilang “ udah-udahmas ampun mas saya lemes banget,” katanya setelah dia meregang puncak orgasme.<br />
<br />
Sementara aku masih nanggung.Kini nani ku minta nungging dan segera dedeku kuarahkan ke memeknya dari belakang . Beda banget memek sianak dengan si Mak, Si Emak tadi mudah sekali mencoblosnya. Kalau sianak pake rada dituntun baru bisa pelan-pelan masuk. Aku kembali memompa dan karena ketatnya liang nani aku tidak mampu bertahan lama baru sekitar 5 menit aku sudah merasa akan meledakkan lahar. Kucabut dari meki si Nani lalu ku tembakkan ke udara bebas.<br />
Si emak lagi di duduk dilantai lemes. “Si emas jago banget maennya,” kata emak.<br />
Kami lalu menuntaskan mandi dan segera kemlai ke rumah. Kami jadi makin akrab dan aku segera dibawanya masuk ke ruang tidur. Kamar tidur itu adalah satu-satunya kamar tidur di rumah itu. Di situ terbentang 2 kasur yang didempetkan namun dengan dua sprei yang berbeda corak. Aku disuruhnya istirahat tiduran. Dan mereka berdua juga ikut tidur mengapit aku.<br />
<br />
Si emak ini agresif sekali. Kalau bicara sebentar-sebentar nyium pipiku. “Aku gemes sama si emas abis cakep sih,” katanya.<br />
Karena matahari masih mencorong dan kami di dalam kamar yang tidak berventilasi, dengan birahi tinggi maka badanku cepat sekali berkuah alias berkeringat. “Panas banget boleh gak kita buka baju, “ kata ku menyebut diriku dengan kita menyesuaikan bahasa mereka.<br />
Tanpa menunggu jawaban dari mereka aku segera bangkit dan melepas tidak hanya baju tetapi semua busana ku sampai aku telanjang bulat. “ Kok dibuka semuanya,” kata si Nani.<br />
“Abis panas, lagian kan tadi udah pada liat di sumur, jadi malunya udah ilang,” kata ku.<br />
“Idih,” kata Nani.<br />
<br />
Aku kembali mengambil posisi di antara mereka dan diam saja tidak bereaksi. Si emak langsung meremas tol ku sambil menciumi pipiku. Kelihatannya dia menginstruksikan anaknya untuk juga menciumiku dari sisi lain. Nani gerakannya masih canggung, tapi aku diam saja. Emaknya bangkit sambil duduk mengintrusikan anaknya untuk menciumi seluruh badan ku.<br />
Aku protes agar mereka juga telanjang sehingga kita bertiga sama posisinya. Emaknya lalu berdiri membuka semua bajunya dan dia juga menyuruh anaknya untuk membuka semua bajunya juga..<br />
Si emak kembali mengajari anaknya bagaimana caranya menyenangkan laki-laki, sampai akhirnya anaknya disuruh ngemut tool-ku. “ Jangan sampai kena giginya, nanti masnya ngrasa sakit. Mulanya si Nani agak ragu. Tapi kemudian ibunya memberi contoh dengan cara mempraktekkannya langsung lengkap menjilat kedua kantong zakarku sampai ke lubang matahari<br />
<br />
Aku yang menjadi bahan praktikum, mengelinjang-gelinjang nikmat. Nani tampaknya berbakat, karena dalam waktu relatif singkat dia sudah menguasi ilmu oral-mengoral. Setelah sekitar 10 menit kutarik tubuhnya ke atas lalu kusuruh dia duduk di dadaku kusuruh maju sedikit sampai mekinya tepat jangkauan lidahku. Kukuak memeknya yang masih gundul dan baru berambut sedikit. Benjolan kecil nampak menonjol di ujung atas bibir dalamnya. Itu tanda dia sudah cukup terangsang, Segera lidahku menggapai clitoris sambil kedua tanganku menahan pinggulnya yang kalau kulepas gerakannya terlalu liar. Nani mendesis sambil mengerang.<br />
<br />
Dia kelihatannya lebih rame dari pada ibunya. Ibunya yang dari tadi duduk saja memperhatikan permainan kami tiba-tiba bangkit. Aku tidak bisa jelas melihatnya, tapi aku merasa dia duduk mengangkangi badanku sambil menuntun tool ku yang lagi siaga ke dalam mekinya. Blebesss, masuk semua barang ku kedalam mekinya dan dia segera memaju mundurkan pinggulnya. . Toolku seperti diulek atau dikacau (stir). Kosentrasiku jadi terbelah. Tapi aku berusaha memuatkan serangan lidahku secara konstan di ujung clitoris si Nani. Nani makin hot terlihat dari gerakannya yang melawan tahanan tanganku.<br />
<br />
Aku semakin keras menahan pinggul nani agar dia tidak menggelinjang terlalu liar. Akhirnya Nani sampai dan dia menjerit. Aku lalu membenamkan mulutku di meki nani. Ibunya nampaknya terpengaruh dengan teriakan Nani sehingga dia pun lalu mempercepat gerakkannya dan semakin liar sampai akhirnya dia juga berhenti dengan liang vaginanya berkedut. Dia memeluk anaknya .<br />
Keduanya aku minta tidur telentang untuk istirahat. Aku mengambil alih dengan mencolokkan jari tengah kanan ke Nani dan jari tengah kiri ke emaknya. Aku meraba titik G spot mereka. Keduanya akhirnya teraba. Lalu ku usap halus. Mereka mulai bereaksi dan pinggulnya di gerakkan gak beraturan, kadang maju mundur kadang kiri-kanan, sampai tiba-tiba Nani teriak sekencang-kencangnya gak sampai semenit Emaknya juga ikut teriak panjang..<br />
<br />
Mereka berdua seperti orang tak berdaya lemas dan pasrah. Aku segera mengambil alih untuk memuaskan diriku. Pertama kupilih meki emaknya, kugenjot sampai sekitar 10 menit, kemudian aku pindah ke nani dan kugenjot terus sampai akhirnya aku memuntahkan lahar putih jauh di dalam meki si Nany.<br />
Kami tertidur bertiga dalam keadaan bugil..<br />
Aku tidak sadar berapa lama tertidur sampai kudengar suara samar-samar emak si nani bangun .dia mencari lampu untuk dihidupkan, karena seisi rumah itu gelap gulita. Lampu yang dinyalakan adalah lampu minyak. Aku pun lalu bangun dan akhirnya kami bertiga dengan obor menuju ke sumur untuk membersihkan diri.<br />
<br />
Aku merasa kayak punya dua istri dua di kampung ini. Tapi uniknya kedua istri itu anak dan ibu. Keduanya berlaku manja sekali dan sering menggelendot..<br />
“Mas tempenya udah digoreng, mau dimasak apaan” kata si emak.<br />
”Diulek pake 1 siung besar bawang putih dan cabe rawit ijo, tapi cabe dan bawangnya diulek dulu sama garam, jangan terlalu alus baru tempenya di teken-teken ke sambelnya,” kata ku.<br />
Dengan lauk tempe itu kami bertiga makan malam dengan lahapnya. “Enak banget ya padahal Cuma gitu aja bikinnya, “ kata si emak.<br />
Selesai makan kami duduk di beranda rumahnya sambil aku dibuatkan kopi dan singkong rebus. Kami ngobrol sampai sjam 11 malam. Lalu kembali masuk rumah dan menutup pintu. Kami bertiga kembali berbaring dan aku selalu ditempatkan diantara mereka berdua.<br />
<br />
Kami malam itu bertempur lagi sampai jam 2. Sampai akhirnya bangun agak kesiangan . Jam 7 baru kami terjaga dari tidur nyenak. Lalu kami buru-buru berkemas dan kembali ke sumur untuk membersihkan diri. Di sumur terjadi insiden yang bener-bener bikin nafsu gw bangkit lagi....yunnileehttp://www.blogger.com/profile/15596533211185417604noreply@blogger.comIndonesia-0.789275 113.92132700000002-31.6684965 72.61273300000002 30.0899465 155.22992100000002tag:blogger.com,1999:blog-2527921526551706948.post-61221762555692823682016-12-08T00:03:00.001+07:002016-12-08T00:03:27.356+07:00Isteri Boss Ku Mantab<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjuIxoU994JQUZIh11vBZYzZq7DghZTBxRTjnOtoXTY45XzFpYJav6fKoLiJoq1oOm8e8c7e9TSBJirBGJL9e3K68K7gqpGzP9O3j4C41HQ2aGRC7pIT3Z67UfHCNfH1r8Wx9ALaxNCWCqg/s1600/images+%252811%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjuIxoU994JQUZIh11vBZYzZq7DghZTBxRTjnOtoXTY45XzFpYJav6fKoLiJoq1oOm8e8c7e9TSBJirBGJL9e3K68K7gqpGzP9O3j4C41HQ2aGRC7pIT3Z67UfHCNfH1r8Wx9ALaxNCWCqg/s320/images+%252811%2529.jpg" width="208" /></a></div>
<br />
Cerita ini bermula ketika aku bekerja di Semarang, ditengah lingkungan orang-orang Chinese yang kebanyakan perempuan. Aku berumur 35 tahun tetapi belum menikah dan sudah punya pacar yang jauh tempatnya. Istri bossku itulah yang merenggut keperjakaanku.<br />
<br />
Suaminya affair dengan seorang perempuan marketing dari Jakarta. Memang aku kalau melihat istri bossku, aku jadi kasihan. Walau sudah punya 3 anak tapi kulihat akhir-akhir ini makin tambah seksi terutama kedua buah dadanya yang membesar. Aku tahu dia ikut fitness rutin dan body building di salah satu sanggar senam. Mungkin untuk mengimbangi WIL suaminya yang memang sangat seksi dan suaranya kalau telepon, minta ampun, merdu sekali. Makanya bossku sampai klepek-klepek seperti burung tak berdaya. Bossku orang sangat kasar, selalu menang sendiri dan otoriter pada istrinya. Tidak malu dia memarahi istrinya di depan karyawannya. Tapi anehnya aku cukup dipercaya. Itu dibuktikan ketika bossku suka cerita soal keluarganya, anak-anaknya juga. Aku yang paling dipercaya boleh masuk di rumah, bahkan di ruang pribadinya. Wah, hebat sekali. Kapan aku punya kamar begini, tempat tidur yang luks dan enak sekali.<br />
<br />
Aku bekerja di kantor, di bagian ekspor dan komputer. Soal komputer aku paling pandai. Komputer inilah yang membuatku lebih dekat dan mendekati wanita yang paling cakep dan seksi di kantorku. Terus terang aku sekarang punya affair dengan manager keuangan, paling cantik dia di kantorku. Seksi? Bolehlah. Tapi aku sangat ingin menikmati seks dengan Cik Sasa. Wuah, aku suka membayangkan menggumuli tubuhnya yang seksi. Apalagi kalau aku melihat dari belakang. Paling membuatku tidak tahan. Habis, Cik Sasa punya pantat yang aduhai sangat merangsangku. Apalagi kalau dia memakai celana panjang. Wuah.. kejantananku ini tegang minta ampun sampai maksimum (15 cm dengan diameter 3.5 cm). Aku suka membayangkan melakukan senggama dengannya dari belakang dengan menungging.<br />
<br />
<b>Isteri Boss Ku Mantab</b><br />
<br />
Aku juga ingin menikmati seks dengan adik ipar istri bossku, Cik Nina. Aku terobsesi menikmati tubuhnya yang sangat seksi. Adik ipar bossku ini lebih seksi segalanya dibandingkan Cik Sasa dan Ima (manager keuangan). Kalau ke kantor.. wah selalu berpakaian seksi dan ketat. Tubuhnya yang memang berbodi gitar, buah dadanya besar, ukuran 36 kali. Wah aku ngiler kalau dia menemuiku dan bicara soal internet dan komputer. Aroma tubuh dan polah tingkahnya sangat menantangku. Aku juga ingin menikmati tubuh Cik Nia. Cik Nia karyawan di bagian pemasaran. Aku baru sampai pegang-pegangan tangan saja dengan Cik Nia. Rambutnya sebahu, aku paling suka dengan kedua buah dadanya yang besar juga.<br />
<br />
Dengan Ima, aku baru sampai pegang paha dan cubit bagian atas buah dadanya dan dia diam saja atau membalas manja kalau kami naik mobil. Dengan Cik Sasa, aku baru sampai pada tahap pegang-pegang tangan dan pinggang ketika aku mengoreksi pakaiannya yang seksi (padahal aku pengen memegang pinggang dan tubuhnya) tiga minggu lalu. Cik Sasa adalah peragawati di kantorku. Tapi bak durian runtuh, aku malah bisa menikmati tubuh istri bossku yang tak pernah kuduga.<br />
<br />
Dengan kekasihku sekarang, aku belum pernah melakukan hubungan seks. Paling bercumbu sampai aku telanjang dan dia tinggal CD-nya saja. Kuharap ini kekasihku yang terakhir. Terus terang aku ingin menikahinya. Makanya aku tahan seksku padanya sampai pernikahan nanti.<br />
<br />
Dua bulan lalu, kira-kira jam 9 malam, aku ditelepon istri bossku untuk menemuinya di hotel Santika. Dari suaranya, pasti ada masalah dengan suaminya. Hampir jam 10 malam aku baru sampai di lobby hotel. Dari lobby, aku kontak Cik Ling dan menyarankan aku lewat lift dari basement dan langsung masuk ke kamarnya. Aku turun ke bawah (basement) dan dari sana aku dengan lift naik ke lantai 6. Aku memencet bel kamarnya dan dibuka oleh Cik Ling sendiri yang memakai kaos dengan bukaan rendah dan celana pendek. Wah, aku terkesiap melihat bukaan dadanya yang makin montok sehingga membuatku berpikir yang bukan-bukan dengannya. Di kantor, kalau aku menghadapnya (Cik Ling juga direktur keuangan) aku seolah dibiarkannya melihat belahan dadanya. Bukannya ditutup (mestinya bisa) dengan blasernya, tapi blaser diregakkan saja dan dibuka lagi seolah membiarkan kedua belahan dadanya untuk kunikmati. Belahannya putih agak kecoklatan dengan leher panjang. Wah.. aku menelan ludahku sendiri.<br />
<br />
Aku dipersilahkannya masuk dan duduk.<br />
“Dimana koh Edward(suaminya), Cik..” kataku.<br />
“Ooo suamiku ke Jakarta,” katanya.<br />
“Ada apa sih Cik kok malam-malam begini?” Tanyaku.<br />
Cik Ling mengambil dua minuman coke dan mematikan TV kemudian duduk di kursi (dia menariknya ke arah tempat tidur) agak mengahadapku. Cik Ling menerahkan Coke padaku dan aku minum hampir setengahnya. Cik Ling mulai gelisah dan aku bertanya lagi, “Ada apa Cik?”. Dengan menahan tangis Cik Ling menceritakan WIL suaminya yang di Jakarta. Cik Ling memang sudah tahu perselingkungan suaminya itu. Tadi sebelum ke Jakarta, Cik Ling pesan agar Ko Edward hati-hati. “Kurang apa sih aku ini,” katanya. “Aku istri baik, memberikan padanya tiga anak.” Cik Ling menikah sangat muda dengan tiga anak. Anak yang bungsu sudah kelas 1 SD. “Aku juga ikut senam dan membuat tubuhku tambah seksi,” katanya melanjutkan sambil menangis. “Sejak suamiku punya WIL, aku dibiarkannya merana dua tahun terakhir ini,” lanjutnya sambil menangis.<br />
<br />
Aku terpaku mendengar itu semua, tidak tahu apa yang harus kukerjakan. Apalagi ketika dia tambah menangis keras. Kedua tangannya menutup wajahnya yang tertunduk. Wah, untung ruangannya kedap dan terkunci. Lalu kutarik kursiku dan duduk lebih dekat dengannya, di depannya.<br />
<br />
“Cik,” kataku memecah kesunyian. “Cik Ling sabar ya? Pasti ini akibat Puber ke dua,” kataku. Aku memberanikan memegang pundaknya dan kepalanya. Cik Ling terdiam mendengar perkataanku seolah membenarkan. Ko Edward usianya 45 tahun, Cik Ling 37 tahun usianya. Jadi kupikir puber kedua setelah membaca buku psikologi yang pernah kupelajari.<br />
<br />
Cik Ling memandangiku sebentar dan kemudian meledak tangisnya dan ya ampun, dia merebahkan kepalanya di pahaku. Aduh, mati aku. Aku nggak bisa menahan sesuatu yang bergerak mengeras di balik celanaku. Kuelus lagi kepalanya dan beberapa nasehat meluncur dari mulutku sementara pikiranku macam-macam. Apalagi aku bisa melihat belahan pungungnya (karena pakai kaos rendah). “Kok nggak pakai BH,” batinku. Kuraba kepala dan pundaknya, kulihat tangisnya mereda walau belum selesai benar. Karena aku tidak tahan dengan birahi di dadaku, aku telusurkan saja tanganku ke arah punggungnya yang terbuka bagian atas. Aku saat itu sudah sangat sengaja melakukannya dengan takut-takut. Oh my God, Cik Ling diam saja ketika aku melakukannya. Kuelus leher belakang, kepala belakangnya dan kuberanikan mengangkat kepalanya dengan memegang kedua pipi dan telinganya dari samping. “Cik Ling,” kataku sambil mata kami berpandangan. Kuambil sapu tanganku dan kuusap air mata di wajahnya. “Bibirnya bagus sekali,” pikirku. Ini kali pertama aku melihatnya sedekat ini, apalagi dia adalah direktur keuanganku. Kami berpandangan dan ya ampun, dia memejamkan matanya dan membuka sedikit mulutnya. Aku ingat kekasihku kalau kami mau bercumbu, dia pejamkan matanya dan bibirnya dibuka sedikit.<br />
<br />
Kasihan Cik Ling, aku pikir pastilah suaminya sudah lama sekali tidak menjamahnya, menyetubuhinya. Karena kesempatan itu datang, kuraih saja bibir Cik Ling. Kukecup beberapa kali sebelum akhirnya aku mengulum bibirnya dan Cik Ling membalasnya. Oh God, aku dapat durian runtuh malam ini. Pikiranku sudah dipenuhi dengan birahi dan ingin menikmati tubuh Cik Ling di Hotel Santika malam ini. Ahh, lembut sekali bibirnya, kami menikmatinya dan lidahnya, lidahku menari-nari. Kutelusuri lehernya yang panjang dengan mulutku sementara tanganku memegangi tangannya, meremasnya. Ahh, Cik Ling kegirangan menyambut cumbuanku. Dia pasrah. Apalagi ketika tanganku mulai merambati pinggang dan menggapai kedua bukitnya, kuelus dari luar kaosnya yang tanpa BH itu. Aku menikmati sementara mulutku menelusuri lehernya dan turun lagi memutari dada atasnya. Cik Ling mendesah-desah dan mendesis kegirangan. Lalu kami berdekapan, kutuntun Cik Ling ke arah tombol musik yang tersedia dan kuraih chanel yang tersdia di hotel. Kami berdekapan lama sambil berdiri mengikuti irama musik instrument.<br />
<br />
“Aku milikmu Jo, malam ini.” kata Cik Ling memecah kesunyian. Aku dipanggilnya dengan Jo, seperti yang biasa dia lakukan di kantor. Dia berkata begitu sambil tangannya melepas celanaku, bajuku dan semua yang melekat padaku. Aku telanjang di depannya. Didekapnya aku, diraba dan elusnya batang kejantananku yang sudah mengejang keras. Jantungku serasa lepas. Lalu kami bercumbuan lagi. Aku membalikkan tubuhnya dan kucumbui Cik Ling dari belakang. Mulutku menelusuri lehernya, punggungnya, pipinya, telinganya dan dilingkarkannya tangan Cik Ling di kepalaku, kulumat bibirnya. Tanganku meremas kedua bukitnya dengan lembut dan membuat gumpalan itu makin mengeras. Cik Ling menggeliatkan tubuhnya, melengkung ke depan. Ahh, pemandangan yang indah kulihat. Kulepas kaos merahnya dan betapa indahnya kulihat buah dada Cik Ling, masih kencang dan cukup besar, puntingnya berwarna coklat sangat ranum dan membuatku lebih terangsang untuk memetik kedua buah dadanya yang siap panen dan kunikmati dengan mulutku.<br />
<br />
Kubiarkan Cik Ling menikmati sensasi-sensasi yang kustimulasikan pada tubuhnya. Cik Ling membiarkan aku meremasi lembut kedua buah dadanya. Kulihat Cik Ling memejam dan menggeliat-geliat melengkung ke depan. Aku ingin menelanjanginya. Kuraih celana pendeknya dan kulorotkan ke bawah, Cik Ling melepas sendiri. Aku sekarang melihat gundukan pink di balik celana dalamnya. Kuraba gundukan itu dan Cik Ling bertambah menikmati dengan desah dan geliatnya. Kustimulasi dengan kedua tanganku sesaat dan akhirnya tanganku kumasukkan ke celana dalamnya, kulepaskan dan sekarang aku benar-benar melihat Cik Ling telanjang di dekapanku.<br />
<br />
“Basah Cik,” kataku.<br />
“Iya, aku sudah nggak tahan Jo. Aku sangat menikmati cumbuanmu sampai sekarang, dan aku ingin kau membuatku terpuaskan Jo. Ayo lakukanlah..” Pinta Cik Ling dengan manja padaku.<br />
“Tapi Cik.. aku..” aku ingin katakan bahwa aku belum pernah melakukannya pada wanita.<br />
Gelora birahi di dadaku memuncak dan batang kejantananku sudah tidak tertahankan lagi. Cik Ling kupeluk erat dan membiarkan kepalanya bersandar di dada kiriku. Ahh, manja sekali Cik Ling ini, pikirku. Kukecup pipinya, dahinya. Kukecup telinganya dan Cik Ling sangat menikmati sensasi gelora seks yang kulakukan padanya. Kubalikkan tubuhnya lagi dan Cik Ling berhadapan denganku. Aku mencumbuinya lagi. Dibiarkannya mulutku menelurusi leher dan dadanya. Aku hampir tidak tahan menahan geliat tubuhnya. Apalagi ketika aku sampai di dadanya. Ahh, aku sangat menikmati kedua buah dadanya. Kuputar lembut dan membuat Cik Ling membusungkan dadanya sehingga aku semakin leluasa. Lenguhan, desahan dan geliatnya makin membuat birahiku meledak-ledak. Kupaguti bergantian kedua buah dadanya. Kukulum kedua puntingnya bergantian dan membuat tubuh Cik Ling makin menggeliat dan akhirnya aku tidak kuat lagi menahan tubuhnya, kubiarkan terjatuh di tempat tidur.<br />
<br />
Kubiarkan Cik Ling makin ke tengah tempat tidur, aku memandangi tubuhnya yang indah. Cik Ling membuat gerakan-gerakan yang menandakan letupan birahinya sehingga membuatku sangat terangsang. Apalagi ketika dibukanya kedua kakinya dengan diangkat pahanya. Betapa menggairahkan. Kulihat gundukan hitam di puncak selangkangannya. Malam ini, pastilah akan menjadi malam pertamaku menyetubuhi wanita dan Cik Ling lah yang akan membuatku tidak perjaka lagi. Ini tekadku malam ini. Aku ingin memberinya kesan dan sensasi yang mendalam tentang diriku.<br />
<br />
Kudekati tubuh Cik Ling dari samping. Tangannya menarikku. Kucumbui Cik Ling lagi. Aku mencumbuinya dari atas ke bawah dengan tubuhku merambat di atasnya. Kunikmati kedua bukitnya dengan leluasa dan tanganku menggapai kedua kakinya menelusuri liang senggamanya, membuat Cik Ling menggeliat mendesah lagi. Kutelusuri perutnya akhirnya aku sampai di liang senggamanya. “Oh, wangi sekali,” pikirku. Tapi belum sempat aku bertindak lebih lanjut, diraihnya batang kejantananku dan dikulumnya. Aku mendesis kenikmatan. Disedotnya batang kejantananku hingga masuk penuh di mulutnya. Ohh, ini pertama kali mulut wanita mengulum batang kejantananku. Betapa nikmatnya sampai aku hanya bisa berkata “Ooohh Cik.. ahh..” dan pinggulku tergoyang-goyang mengikuti sensasi yang Cik Ling berikan melalui batang kejantananku.<br />
<br />
“Oooh Cik, saya nggak kuat, mau keluar Cik,” kataku.<br />
Tapi tak ada sahutan. Yang ada hanya hisapan dan kuluman yang makin membuat batang kejantananku mengeras. Aku mencoba menahan diri dengan menikmati liang senggamanya dengan mulutku. Akhirnya aku tidak tahan dan kumuntahkan sperma hangatku penuh di dalam mulut Cik Ling. Aku terdiam.. inikah namanya orgasme? Kulihat Cik Ling sangat menikmati dengan apa yang baru saja terjadi.<br />
<br />
“Thanks ya Cik,” kataku. Dia hanya tersenyum tipis dan memelukku. Kucumbui lagi Cik Ling dan aku sangat suka menikmati kedua buah dadanya dengan putingnya yang ranum. Hal ini membuat Cik Ling bergelinjang kenikmatan. Kalau mulutku memaguti dan menggulumi yang kiri, tangan kananku meremas lembut yang kiri, begitu sebaliknya. Aku seperti bayi yang menikmati ASI dari samping. Kulihat gerakan kakinya yang merangsangku. Lalu sambil mulutku mengulum buah dadanya, kujulurkan tanganku menggapai liang senggamanya. Cik Ling makin menikmati permainanku ini. Kuelus liang senggama dan sekitarnya, membuat gerakan kakinya membuka lebar, semakin lebar menantiku menyetubuhinya. Kurasakan liang senggamanya yang makin membasah dan akhirnya ketika kedua kakinya masih mengangkang, aku bergerak dan berada diantara kedua kakinya. Kupandangi liang senggamanya dan kunaikkan kaki kirinya, aku menciumi pahanya lembut menukik ke bawah dan akhirnya aku mencumbui liang senggamanya. Kepalaku diremas-remas dan ditekannya, kudengar geliat dan desahnya makin menjadi-jadi. Kedua kakinya terbuka lebar di depanku. Aku sangat menikmati liang senggamanya. Ini kali pertama aku mencumbui liang senggama wanita. Aku mulai merasakan cairan dan membuatku makin terangsang dan Cik Ling memintaku agar aku segera menyelesaikannya.<br />
<br />
Ditaruhnya kedua kakinya di pundakku dan batang kejantananku yang sudah kembali menegang kutuntun memasuki liang senggamanya. Kumasukkan sedikit demi sedikit dan kuputarkan di seputar liang senggama Cik Ling yang membuatnya melenguh kenikmatan sejadi-jadinya. Aku memasukkan lagi dan lebih dalam lagi dan akhirnya tertanam penuh di liang senggama Cik Ling. Kupegangi kedua tangannya, aku diam sejenak merasakan sensasi kenikmatan di sekeliling batang kejantananku, lalu kugoyangkan lembut sementara mulutku menikmati kedua puting susunya bergantian. Aku terus menggoyang lembut di seputar dinding kemaluannya. Aku merasakan Cik Ling mau orgasme. Kupercepat goyanganku dan kudengar suara teriakan tertahan, tubuh Cik Ling mengejang dan menjepit batang kejantananku kuat-kuat. Seketika itu aku merasakan spermaku mau keluar lagi. Akhirnya aku menikmati saat akhir yang sangat menggairahkan. Cik Ling mencapai orgasme, juga aku. Aku merasakan sangat kenikmatan. Aku tidak perjaka lagi.<br />
<br />
“Thanks ya Cik,” kataku. Kukatakan itu ketika aku mengecup telinganya, bibirnya, dahinya dan menelusuri lehernya juga dadanya yang meninggalkan warna kemerahan. Tangannya masih agak menggelepar di kanan kiri seperti pelepasan.<br />
“Cik, ini kali pertama aku menyetubuhi wanita,” kataku melanjutkan. Cik Ling tersentak dan aku meyakinkannya.<br />
“Cik Ling lah yang merenggut keperjakaanku malam ini,” kataku sambil mengecup dahi dan pipinya.<br />
Aku dipeluknya erat lagi dan aku membalasnya.<br />
<br />
Malam itu aku tidur di hotel sampai pagi dengan kehangatan tubuh Cik Ling di pelukanku. Rasanya tubuh Cik Ling menjadi selimut hangat buatku. Pagi-pagi aku pulang ke rumah dan masuk kerja seperti biasanya walau aku merasa ngantuk. Tapi aku minum obat penguat agar tidak ngantuk dan terbukti cukup kuat menahan rasa kantukku. Apalagi juga dengan kedatangan Cik Ling. Senyumnya sungguh beda. Aku suka. Dan lagi-lagi aku sangat tertarik dengan kedua buah dadanya yang pagi itu nampak lebih mempesona buatku. Cik Ling sepertinya bangga. Aku diteleponnya dari ruangannya dan berkata terima kasih dan senang karena dapat membuatku tidak perjaka lagi.<br />
<br />
“Gila!” Pikirku. Pengalaman dengan Cik Ling membuatku makin terobsesi menikmati tubuh gadis dan istri orang di kantorku. Aku ingin menikmati tubuh Cik Sasa. Aku ingin menyetubuhi Ima, Nia dan Cik Nina adik ipar Cik Ling.<br />
<br />
Gila! Ketika aku menulis tulisan ini, aku sudah makin jauh dengan Nia. Dia istri Mas Budi. Aku ingin menikmatinya. Dan sudah kurencanakan di hotel dekat dengan rumahnya. Aku sudah belikan dia daster hitam untuk dipakai nanti dan dia menerimanya dengan suka hati. Ada hotel berbintang disana.<br />
<br />
Sementara dengan Cik Ling, aku masih terus berhubungan. Yang paling gila adalah aku menyetubuhinya di rumahnya sendiri, di sofa di ruang multimedia. Dia memanggilku ke sana saat suaminya ke luar negeri dua minggu lalu. Karena memang aku pandai komputer dan multimedia. Jadi Cik Ling memakai alasan itu. Aku menyetubuhinya berkali-kali dan Cik Ling mengajariku berbagai posisi. Aku suka posisi dogy style, padahal sudah kurencanakan mau kuterapkan nanti untuk Cik Sasa.. entah kapan, tapi menjanjikan.<br />
<div>
<br /></div>
yunnileehttp://www.blogger.com/profile/15596533211185417604noreply@blogger.comIndonesia-0.789275 113.92132700000002-31.6684965 72.61273300000002 30.0899465 155.22992100000002tag:blogger.com,1999:blog-2527921526551706948.post-4283324280999462192016-12-08T00:01:00.000+07:002016-12-08T00:01:33.381+07:00Terjerat Nafsu Nyonya Majikan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjoHrjmDl1SHR3BeR6lrF_sddKZDeRpL8ev2ediu86GVo437xZCm-DgCSTS_CXVF8tPv-5uksWW96qGsrCra0Ts9He2xfKAfpmj5KdbWUqhPxJuLC6UkBffw0bppbiIy3hPKjRCwrcr_BaF/s1600/images+%25289%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjoHrjmDl1SHR3BeR6lrF_sddKZDeRpL8ev2ediu86GVo437xZCm-DgCSTS_CXVF8tPv-5uksWW96qGsrCra0Ts9He2xfKAfpmj5KdbWUqhPxJuLC6UkBffw0bppbiIy3hPKjRCwrcr_BaF/s320/images+%25289%2529.jpg" width="239" /></a></div>
<br />
Tujuanku datang ke Jakarta sebenarnya untuk merubah nasib. Tapi siapa yang menyangka kalau ternyata kehidupan di kota besar, justru lebih keras dan pada di desa. Aku sempat terlunta-lunta, tanpa ada seorangpun yang mau peduli. Selembar ijazah SMP yang kubawa dari desa, ternyata tidak ada artinya sama sekali di kota ini. Jangankan hanya ijazah SMP, lulusan sarjana saja masih banyak yang menganggur. Dari pada jadi gelandangan, aku bekerja apa saja asalkan bisa mendapat uang untuk menyambung hidup. Sedangkan untuk kembali ke kampung, rasanya malu sekali karena gagal menaklukan kota metropolitan yang selalu menjadi tumpuan orang-orang kampung sepertiku.<br />
<br />
Seperti hari-hari biasanya, siang itu udara di Jakarta terasa begitu panas sekali. Seharian ini aku kembali mencoba untuk mencari pekerjaan. Tapi seperti yang selalu terjadi. Tidak ada satupun yang melirik apa lagi memperhatikan lamaran dan ijazahku. Keputusasaan mulai menghinggapi diriku. Entah sudah berapa kilometer aku berjalan kaki. Sementara pakaianku sudah basah oleh keringat. Dan wajahku juga terasa tebal oleh debu. Aku berteduh di bawah pobon, sambil menghilangkan pegal-pegal di kaki.<br />
<br />
<b>Terjerat Nafsu Nyonya Majikan</b><br />
<br />
Setiap hari aku berjalan. Tidurpun di mana saja. Sementara bekal yang kubawa dari kampung semakin menipis saja. Tiga atau empat hari lagi, aku pasti sudah tidak sanggup lagi bertahan. Karena bekal yang kubawa juga tinggal untuk makan beberapa hari lagi. Itupun hanya sekali saja dalam sehari.<br />
<br />
Di bawah kerindangan pepohonan, aku memperhatikan mobil-mobil yang berlalu lalang. Juga orang-orang yang yang selalu sibuk dengan urusannya masing-masing. Tidak ada seorangpun yang peduli antara satu dengan lainnya. Tiba-tiba pandangan mataku tertuju kepada seorang wanita yang tampak kesal karena mobilnya mogok. Dia ingin meminta bantuan, Tapi orang-orang yang berlalu lalang dan melewatinya tidak ada yang peduli. Entah kenapa aku jadi merasa kasihan. Padahal aku sendiri perlu dikasihani. Aku bangkit berdiri dan melangkah menghampiri.<br />
"Mobilnya mogok, Nyonya..?", tegurku dengan sikap ramah.<br />
"Eh, iya. Nggak tahu ya kenapa, tiba-tiba saja mogok", sahutnya sambil memandangiku penuh Curiga.<br />
"Boleh saya lihat " ujarku meminta ijin.<br />
"silakan kalau bisa."<br />
<br />
Waktu di kampung aku sering bantu-bantu paman yang buka bengkel motor. Terkadang ada juga mobil yang minta diperbaiki. Tapi namanya di kampung, jarang orang yang punya motor. Apa lagi mobil. Makanya usaha paman tidak pernah bisa maju. Hanya cukup untuk makan sehari-hari saja.<br />
<br />
Seperti seorang ahli mesin saja, aku coba melihat-lihat dan memeriksa segala kemungkinan yang membuat mesin mobil ini tidak mau hidup. Dan entah mendapat pertolongan dari mana, aku menemukan juga penyakitnya. Setelah aku perbaiki, mobil itu akhirnya bisa hidup kembali. Tentu saja wanita pemilik mobil ini jadi senang. Padahal semula dia sudah putus asa. Dia membuka tasnya dan mengeluarkan uang lembaran dua puluh ribu. Langsung disodorkan padaku. Tapi aku tersenyum dan menggelengkan kepala.<br />
"Kenapa? Kurang..?", tanyanya.<br />
"Tidak, Nyonya. Terima kasih", ucapku menolak halus.<br />
"Kalau kurang, nanti saya tambah", katanya lagi.<br />
"Terima kasih Nyonya. Saya cuma menolong saja. Saya tidak mengharapkan imbalan", kataku tetap menolak. Padahal uang itu nilainya besar sekali bagiku. Tapi aku malah menolaknya.<br />
<br />
Wanita yang kuperkirakan berusia sekitar tiga puluh delapan tahun itu memandangiku dengan kening berkerut. Seakan dia tidak percaya kalau di kota yang super sibuk dengan orang-orangnya yang selalu mementingkan diri sendiri, tanpa peduli dengan lingkungan sekitarnya, ternyata masih ada juga orang yang dengan tanpa pamrih mau menolong dan membantu sesamanya.<br />
"Maaf, kelihatannya kamu dan kampung..?" ujarnya bernada bertanya ingin memastikan.<br />
"Iya, Nyonya. Baru seminggu saya datang dari kampung", sahutku polos.<br />
"Terus, tujuannya mau kemana?" tanyanya lagi.<br />
"Cari kerja", sahutku tetap polos.<br />
"Punya ijazah apa?".<br />
"Cuma SMP."<br />
"Wah, sulit kalau cuma SMP. Sarjana saja banyak yang jadi pengangguran kok. Tapi kalau kamu benar-benar mau kerja, kamu bisa kerja dirumahku", katanya langsung menawarkan.<br />
"Kerja apa, Nyonya..?" tanyaku langsung semangat.<br />
"Apa saja. Kebetulan aku perlu pembantu laki-laki. Tapi aku perlu yang bisa setir mobil. Kamu bisa setir mobil apa. Kalau memang bisa, kebetulan sekali", sahutnya.<br />
<br />
Sesaat aku jadi tertegun. Sungguh aku tidak menyangka sama sekali Ternyata ijasah yang kubawa dan kampung hanya bisa dipakai untuk jadi pembantu. Tapi aku memang membutuhkan pekerjaan saat ini. Daripada jadi gelandangan, tanpa berpikir panjang lagi, aku langsung menerima pekerjaan yang ditawarkan wanita itu saat itu juga, detik itu juga aku ikut bersama wanita ini ke rumahnya.<br />
<br />
Ternyata rumahnya besar dan megah sekali. Bagian dalamnyapun terisi segala macam perabotan yang serba mewah dan lux. Aku sampai terkagum-kagum, seakan memasuki sebuah istana. Aku merasa seolah-olah sedang bermimpi. Aku diberi sebuah kamar, lengkap dengan tempat tidur, lemari pakaian dan meja serta satu kursi. Letaknya bersebelahan dengan dapur. Ada empat kamar yang berjajar. Dan semuanya sudah terisi oleh pembantu yang bekerja di rumah ini. Bahkan tiga orang pembantu wanita, menempati satu kamar. Aku hitung, semua yang bekerja di rumah ini ada tujuh orang. Kalau ditambah denganku, berarti ada delapan orang. Tapi memang pantas. mengurus rumah sebesar ini, tidak mungkin bisa dikerjakan oleh satu orang. Apalagi setelah beberapa hari aku bekerja di rumah ini aku sudah bisa mengetahui kalau majikanku, Nyonya Wulandari selalu sibuk dan jarang berada di rumah. Juga suaminya yang lebih sering berada di luar kota atau ke luar negeri. Sedangkan kedua anaknya sekarang ini sekolah di luar negeri. Aku jadi heran sendiri. Entah bagaimana cara mereka mencari uang, hingga bisa kaya raya seperti ini.<br />
<br />
Tapi memang nasib, rejeki, maut dan jodoh berada di tangan Tuhan. Begitu juga yang terjadi denganku. Dari jadi pembantu yang tugasnya membersihkan rumah dan merawat tanaman, aku diangkat jadi sopir pribadi Nyonya majikan. Bukan hanya jadi sopir, tapi juga sekaligus jadi pengawalnya. Kemana saja Nyonya Majikan pergi, aku selalu berada di sampingnya. Karena aku harus selalu mendampinginya, tentu saja Nyonya membelikan aku beberapa potong pakaian yang pantas. Terus terang, pada dasarnya memang aku tampan dan memiliki tubuhnya yang tegap, atletis dan berotot. Makanya Nyonya jadi kesengsem begitu melihat penampilanku, setelah tiga bulan lamanya bekerja jadi sopir dan pengawal pribadinya.<br />
<br />
Aku bisa berkata begitu karena bukan cuma jadi sopir dan pengawal saja. Tapi juga jadi pendampingnya di ranjang dan menjadi penghangat tubuhnya. Mengisi kegersangan dan kesunyian hatinya yang selalu ditinggal suami. Dan aku juga menempati kamar lain yang jauh lebih besar dan lebih bagus. Tidak lagi menempati kamar yang khusus untuk pembantu.<br />
<br />
Semua bisa terjadi ketika malam itu aku baru saja mengantar Nyonya pergi berbelanja. Setelah memasukkan mobil ke dalam garasi, aku langsung dipanggil untuk menemuinya. Semula aku ragu dan hampir tidak percaya, karena langsung disuruh masuk ke dalam kamarnya. Tapi memang Nyonya memintaku untuk masuk ke dalam kamarnya. Dia menyuruhku untuk menutup pintu, setelah aku berada di dalam kamar yang besar dan mewah itu.<br />
<br />
Aku tertegun, apa lagi saat melihat Nyonya Majikanku itu hanya mengenakan pakaian tidur yang sangat tipis sekali, sehingga setiap lekuk bentuk tubuhnya membayang begitu jelas sekali. Dan di balik pakaiannya yang tipis itu, dia tidak mengenakan apa-apa lagi. Beberapa kali aku menelan ludah sendiri memandang keindahan tubuhnya. Sekujur tubukku mendadak saja jadi menggeletar seperti terserang demam, ketika dia menghampiri dan langsung melingkarkan kedua tangannya ke leherku.<br />
"Nyonya".<br />
"Malam ini kau tidur di sini bersamaku."<br />
"Eh, oh..?!"<br />
<br />
Belum lagi aku bisa mengeluarkan kata-kata lebih banyak, Nyonya Wulandari sudah menyumpal mulutku dengan pagutan bibirnya yang indah dan hangat menggairahkan. Tentu saja aku jadi gelagapan, kaget setengah mati. Dadaku berdebar menggemuruh tidak menentu. Bcrbagai macam perasaan herkecamuk di dalam dada. Ragu-ragu aku memegang pinggangnya<br />
<br />
Nyonya Wulandari membawaku ke pembaringannya yang besar dan empuk Dia melepaskan baju yang kukenakan, sebelum menanggalkan penutup tubuhnya sendiri. Dan membiarkannya tergeletak di lantai.<br />
<br />
Mataku seketika jadi nanar dan berkunang-kunang. Meskipun usia Nyonya Wulandari sudah hampir berkepala empat, tapi memang dia merawat kecantikan dan tubuhnya dengan baik. Sehigga tubuhnya tetap ramping, padat dan berisi. Tidak kalah dengan tubuh gadis-gadis remaja belasan tahun. Bagaimanapun aku lelaki normal. Aku tahu apa yang diinginkan Nyonya Wulandari. Apa lagi aku tahu kalau sudah dua minggu ini suaminya berada di luar negeri. Sudah barang tentu Nyonya Wulandari merasa kesepian.<br />
"Oh, ah.."<br />
<br />
Nyonya Wulandari mendesis dan menggeliat saat ujung lidahku yang basah kian hangat mulai bermain dan menggelitik bagian ujung atas dadanya yang membusung dan agak kemerahan. Jari-jari tangankupun tidak bisa diam. Membelai dan meremas dadanya yang padat dan kenyal dengan penuh gairah yang membara Bahkan jari-jari tanganku mulai menelusuri setiap bagian tubuhnya yang membangkitkan gairah. Aku melihat Nyonya Wulandari dan sudah tidak kuasa lagi menekan gairahnya. Sesekali dia merintih dengan suara tertahan sambil mendesak-desakkan tubuhnya Mengajakku untuk segera mendaki hingga ke puncak kenikmatan yang tertinggi. Tapi aku belum ingin membawanya terbang ke surga dunia yang bergelimang kehangatan dan kenikmatan itu. Aku ingin merasakan dan menikmati dulu keindahan tubuhnya dan kehalusan kulitnya yang putih bagai kapas ini.<br />
"Aduh, oh. Ahh.., Cepetan dong, aku sudah nggak tahan nih..", desah Nyonya Wulandari dengan suara rintihannya yang tertahan.<br />
<br />
Nyonya Wulandari menjepit pinggangku dengan sepasang pahanya yang putih dan mulus. Tapi aku sudah tidak bisa lagi merasakan kehalusan kulit pahanya itu. Karena sudah basah oleh keringat. Nyonya majikanku itu benar-benar sudah tidak mampu lebih lama lagi bertahan. Dia memaksaku untuk cepat-cepat membawanya mendaki hingga ke puncak kenikmatan. Aku mengangkat tubuhku dengan bertumpu pada kedua tangan. Perlahan namun pasti aku mulai menekan pinggulku ke bawah. Saat itu kedua mata Nyonya Wulandari terpejam. Dan dan bibirnya yang selalu memerah dengan bentuk yang indah dan menawan, mengeluarkan suara desisan panjang, saat merasakan bagian kebanggaan tubuhku kini sudah sangat keras dan berdenyut hangat mulai menyentuh dan menekan, mendobrak benteng pertahanannya yang terakhir. Akhirnya batang penisku menembus masuk sampai ke tempat yang paling dalam divaginanya.<br />
"Okh, aah..!"<br />
<br />
Nyonya Wulandari melipat kedua kakinya di belakang pinggangku. Dan terus menekan pinggulku dengan kakinya hingga batang kebanggaanku melesak masuk dan terbenam ke dalam telaga hangat yang menjanjikan berjuta-juta kenikmnatan itu. Perlahan namun pasti aku mulai membuat gerakan-gerakan yang mengakibatkan Nyonya Wulandari mulai tersentak dalam pendakiannya menuju puncak kenikmatan yang tertinggi.<br />
<br />
Memang pada mulanya gerakan-gerakan tubuhku cukup lembut dan teratur Namun tidak sampai pada hitungan menit, gerakan-gerakan tubuhku mulai liar dan tidak terkendali lagi. Beberapa kali Nyonya Wulandari memekik dan mengejang tubuhnya. Dia menggigiti dada serta bahuku. Bahkan jari-jari kukunya yang tajam dan runcing mulai mengkoyak kulit punggungku. Terasa perih, tapi juga sangat nikmat sekali. Bahkan Nyonya Wulandari menjilati tetesan darah yang ke luar dari luka di bahu dan dadaku, akibat gigitan giginya yang cukup kuat.<br />
<br />
Dan dia jadi semakin liar, hingga pada akhirnya wanita itu memekik cukup keras dan tertahan dengan sekujur tubuh mengejang saat mencapai pada titik puncak kenikrnatan yang tertinggi. Dan pada saat yang hampir bersamaan, sekujur tubuhku juga menegang Dan bibirku keluar suara rintihan kecil. hanya beberapa detik kemudian aku sudah menggelimpang ke samping, sambil menghembuskan napas panjang. Nyonya Wulandari langsung memeluk dan merebahkan kepalanya di dadaku yang basah berkeringat. Aku memeluk punggungnya yang terbuka, dan merasakan kehalusan kulit punggungnya yang basah berkeringat. Nyonya Wulandari menarik selimut, menutupi tubuh kami berdua. Aku sempat memberinya sebuali kecupan kecil dibibirnya, sebelum memejamkan mata. Membayangkan semua yang baru saja terjadi hingga terbawa ke dalam mimpi yang indah.<br />
<br />
Sejak malam itu aku kerap kali dipanggil ke dalam kamarnya. Dan kalau sudah begitu, menjelang pagi aku baru keluar dari sana dengan tubuh letih. Semula aku memang merasa beruntung bisa menikmnati keindahan dan kehangatan tubuh Nyonya Majikanku. Tapi lama-kelamaan, aku mulai dihinggapi perasaan takut. Betapa tidak, ternyata Nyonya Wulandari tidak pernah puas kalau hanya satu atau dua kali bertempur dalam semalam. Aku baru menyadari kalau ternyata Nyonya Majikanku itu seorang maniak, yang tidak pernah puas dalam bercinta di atas ranjang.<br />
<br />
Bukan hanya malam saja. Pagi, siang sore dan kapan saja kalau dia menginginkan, aku tidak boleh menolak. Tidak hanya di rumah, tapi juga di hotel atau tempat-tempat lain yang memungkinkan untuk bercinta dan mencapai kenikmatan di atas ranjang. Aku sudah mulai kewalahan menghadapinya. Tapi Nyonya Wulandari selalu memberiku obat perangsang, kalau aku sudah mulai tidak mampu lagi melayani keinginannya yang selalu berkobar-kobar itu. Aku tetap jadi supir dan pengawal pribadinya. Tapi juga jadi kekasihnya di atas ranjang.<br />
<br />
Mungkin karena aku sudah mulai loyo, Nyonya Wulandari membawaku ke sebuah club kesegaran. Orang-orang bilang fitness centre. Di sana aku dilatih dengan berbagai macam alat agar tubuhku tetap segar, kekar dan berotot. Dua kali dalam seminggu, aku selalu datang ke club itu. Memang tidak kecil biayanya. Tapi aku tidak pernah memikirkan biayanya. Karena ditanggung oleh Nyonya Wulandari. Dan di rumah, menu makanankupun tidak sama dengan pembantu yang lainnya. Nyonya Wulandari sudah memberikan perintah pada juru masaknya agar memberikan menu makanan untukku yang bergizi. Bahkan dia memberikan daftar makanan khusus untukku.<br />
<br />
Terus terang, aku merasa tidak enak karena diperlakukan istimewa. Tapi tampaknya semua pembantu di rumah ini sudah tidak asing lagi. Bahkan dari Bi Minah, yang tugasnya memasak itu aku baru tahu kalau bukan hanya aku yang sudah menjadi korban kebuasan nafsu seks Nyonya Wulandari. Tapi sudah beberapa orang pemuda seusiaku yang jadi korban. Dan mereka rata-rata melarikan diri, karena tidak tahan dengan perlakuan Nyonya Wulandari.<br />
<br />
Aku memang sudah tidak bisa lagi menikmati indahnya permainan di atas ranjang itu. Apa lagi Nyonya Wulandari sudah mulai menggunakan cara-cara yang mengerikan, Untuk memuaskan keinginan dan hasrat biologisnya yang luar biasa dan bisa dikatakan liar. Aku pernah diikat, dicambuk dan di dera hingga kulit tubuhku terkoyak. Tapi Nyonya Wulandari malah mendapat kepuasan. Wanita ini benar-benar seorang maniak. Dan aku semakin tidak tahan dengan perlakuannya yang semakin liar dan brutal. Meskipun kondisi tubuhku dijaga, dan menu makanankupun terjamin gizinya, tapi batinku semakin tersiksa. Beberapa orang pembantu sudah menyarankan agar aku pergi saja dan rumah ini. Rumah yang besar dan megah penuh kemewahan ini ternyata hanya sebuah neraka bagiku.<br />
<br />
Aku memang ingin lari, tapi belum punya kesempatan. Tapi rupanya Tuhan mengabulkan keinginanku itu. Kebetulan sekali malam itu suami Nyonya Wulandari datang. Aku sendiri yang menjemputnya di bandara. Dan tentu tidak sendiri saja, tapi bersama Nyonya Wulandari. Di dalam perjalanan aku tahu kalau suami Nyonya Majikanku itu hanya semalam saja. Besok pagi dia sudah harus kembali ke Tokyo. Dari kaca spion aku melihat tidak ada gurat kekecewaan di wajah Nyonya Wulandari. Padahal sudah hampir sebulan suaminya pergi Dan kini pulang juga hanya semalam saja. Nyonya Wulandari malah tersenyum dan mencium pipi suaminya yang kendur dan berkeriput.<br />
<br />
Setelah memasukkan mobil ke dalam garasi, aku bergegas ke kamar. Kesempatan bagiku untuk kabur dan rumah neraka ini. Karena Nyonya Wulandari sedang sibuk dengan suaminya. Aku langsung mengemasi pakaian dan apa saja milikku yang bisa termuat ke dalam tas ransel. Saat melihat buku tabungan, aku tersenyum sendiri. Sejak bekerja di rumahi ini dan menjadi sapi perahan untuk pemuas nafsu Nyonya Majikan, tabunganku di bank sudah banyak juga. Karena Nyonya Wulandan memang tidak segan-segan memberiku uang dalam jumlah yang tidak sedikit. Dan tidak sepeserpun uang yang diberikannya itu aku gunakan. Semuanya aku simpan di bank. Aku masukan buku tabungan itu ke dalam tas ransel, diantara tumpukan pakaian. Tidak ada yang tahu kalau aku punya cukup banyak simpanan di bank. Bahkan Nyonya Wulandari sendiri tidak tahu. Karena rencananya memang mau kabur, aku tidak perlu lagi berpamitan. Bahkan aku ke luar lewat jendela.<br />
<br />
Malam itu aku berhasil melarikan diri dari rumah Nyonya Wulandari. Terbebas dari siksaan batin, akibat terus menerus dipaksa dan didera untuk memuaskan nafsu birahinya yang liar dan brutal. Tapi ketika aku lewat di depan garasi, ayunan langkah kakiku terhenti. Kulihat Bi Minah ada di sana, seperti sengaja menunggu. Dadaku jadi berdebar kencang dan menggemuruh. Aku melangkah menghampiri. Dan Wanita bertubuh gemuk itu mengembangkan senyumnya.<br />
"Jangan datang lagi ke sini. Cepat pergi, nanti Nyonya keburu tahu..", kata Bi Minah sambil menepuk pundakku.<br />
"Terima kasih, Bi", ucapku.<br />
Bi Minah kembali tersenyum. Tanpa membuang-buang waktu lagi, aku bergegas meniggalkan rumah itu. Aku langsung mencegat taksi yang kebetulan lewat, dan meminta untuk membawaku ke sebuah hotel.<br />
<br />
Untuk pertama kali, malam itu aku bisa tidur nyenyak di dalam kamar sebuah hotel. Dan keesokan harinya, setelah mengambil semua uangku yang ada di bank, aku langsung ke stasiun kereta. Aku memang sudah bertekad untuk kembali ke desa, dan tidak ingin datang lagi ke Jakarta.<br />
<br />
Dari hasil tabunganku selama bekerja dan menjadi pemuas nafsu Nyonya Wulandari, aku bisa membuka usaha di desa. Bakkan kini aku sudah punya istri yang cantik dan seorang anak yang lucu. Aku selalu berharap, apa yang terjadi pada diriku jangan sampai terjadi pada orang lain. Kemewahan memang tidak selamanya bisa dinikmati. Justru kemewahan bisa menghancurkan diri jika tidak mampu mengendalikannya.yunnileehttp://www.blogger.com/profile/15596533211185417604noreply@blogger.comIndonesia-0.789275 113.92132700000002-31.6684965 72.61273300000002 30.0899465 155.22992100000002tag:blogger.com,1999:blog-2527921526551706948.post-45511299234497278852016-12-07T23:59:00.001+07:002016-12-07T23:59:41.922+07:00Tetanggaku Nakal<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkIdKGOpB46gT-RK1w_QgwMNcXuY-nWldIoXhXOUFEjGCefYfSxh891vP9_EC-fvFv1n1CLoF0omt5UVAQW6oDITy-JWiEsm5W1MhuiffeD4kFPZyAPqIK6ifqjN25y0R9dkwqfZ3oCoSF/s1600/images+%25287%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkIdKGOpB46gT-RK1w_QgwMNcXuY-nWldIoXhXOUFEjGCefYfSxh891vP9_EC-fvFv1n1CLoF0omt5UVAQW6oDITy-JWiEsm5W1MhuiffeD4kFPZyAPqIK6ifqjN25y0R9dkwqfZ3oCoSF/s320/images+%25287%2529.jpg" width="266" /></a></div>
<br />
Suatu ketika rumahnya sedang kosong cuma tinggal Tante Juliet bertiga dengan anak asuhnya yang masih berumur 3 tahun dan pembantunya. Tante Juliet meneleponku untuk meminta tolong membetulkan kran kamar mandinya. Tentu saja kupenuhi karena aku baginya sudah dianggap seperti keluarga di rumahnya dengan sendirinya cepat saja kupenuhi permintaan itu. Aku datang dengan segera tapi kran rusak ternyata hanya alasan saja melainkan diminta untuk menemani sambil membantu memijiti kakinya yang katanya sedang kram. Di ruang tengah Tante waktu itu duduk di sofa panjang sedang menonton acara telenovela di televisi.<br />
<br />
“Abis kalo nggak pake alesan betulin keran nanti nggak enak didengar keluargamu. Sini dong Son, Sony bisa bantuin mijetin kaki Tante, nggak? kaki Tante agak keram sedikit..” begitu katanya menyambutku dan langsung meminta bantuanku.<br />
<br />
Aku mengangguk dan mendekat berlutut di depannya akan mulai memijit sebelah kakinya di bagian bawah tapi rupanya bukan di situ.<br />
<br />
“Oo bukan di situ Son.. Di sini, di selangkangan ini. Nggak apa ya Tante begini, nggak usah kikuk, Sony kan udah kayak anak Tante sendiri. ” katanya sambil menyingkap roknya ke atas menunjukkan daerah yang harus kupijit yaitu di selangkangan pahanya.<br />
<br />
Tidak tanggung-tanggung, rok itu disingkap sampai di atas celana dalamnya sehingga mau tak mau terpandang juga gundukan vaginanya menerawang dari balik kain tipis celana dalamnya itu. Tentu saja, biarpun sudah dipesan lebih dulu agar aku tidak usah kikuk-kikuk, tidak urung mukaku langsung berubah merah malu dengan pemandangan yang seronok ini. Tante seperti tidak mengerti apa yang kurasakan, dia menyuruh aku mendekat masuk di tengah selangkangannya dan mengambil kedua tanganku, meletakan di masing-masing paha atasnya persis di tepi gundukan bukit vaginanya. Dia minta bagian yang katanya sering pegal itu kutekan pelan-pelan dan waktu kumulai agak bergetaran juga tanganku mengerjainya sementara Tante Juliet memejamkan matanya pura-pura menikmati pijitanku. Padahal sungguh, aku sama sekali tidak tahu bahwa aku sedang diperangkap olehnya.<br />
<br />
<b>Tetanggaku Nakal</b><br />
“Iya di situ sering pegel Son, tapi ntar dulu.. Kurang pas yang itu, Tante naikin kaki dulu.. Ya.. “katanya. Berikutnya dengan alasan kurang puas Tante menaikan kedua telapaknya ke atas tepi sofa di mana dia sekarang minta aku memijit lebih ke dalam lagi sehingga boleh dibilang aku hanya memijit-mijit otot seputar kemaluannya saja. Pikiranku mulai terganggu karena bagaimanapun meremas-remas tepi bukit yang sedang terkangkang menganga ini mau tidak mau membuat nafasku memburu juga. Maklum, meskipun masih remaja tapi aku sudah kenal tidur dengan perempuan sehingga jelas mengenal rasa yang bisa diberikan bukit menggembung di depanku. Apalagi dalam pemandangan yang merangsang seperti ini. Nah, di tengah-tengah kecamuk lamunan seperti ini Tante semakin jauh menggodaku.<br />
<br />
“Ngomong-ngomong Sony udah pernah maen ama cewek, belum?” katanya agak genit.<br />
“Ngg.. Maen cewek maksud Tante pacaran?” kataku balik bertanya pura-pura tidak mengerti.<br />
“Maksudnya tidur sama cewek, ngerasain ininya,” katanya sambil menunjuk vaginanya.<br />
<br />
Ditanya begini wajahku merah lagi, jadi gugup aku menjawab, “Ngmm.. Belum pernah Tan..” jawabku berbohong. Mungkin aku salah menjawab begini karena kesempatan ini justru dipakai tante makin menggodaku.<br />
<br />
“Ah masak sih, coba Tante pegang dulu..” begitu selesai bicara dia sudah menarikku lebih dekat lagi dengan menjulurkan kedua tangannya, satu dipakai untuk menggantol di leherku menahan tubuhnya tegak dari sandaran sofa, satu lagi dipakai untuk meraba jendulan penisku.<br />
<br />
“Tante pengen tau kalo bangunnya cepet berarti betul belum pernah..” lanjutnya lagi.<br />
<br />
Entah artinya yang sengaja dibolak-balik atau memang ini bagian dari kelihaiannya membujukku, namanya aku masih berdarah muda biarpun sudah terbiasa menghadapi perempuan tapi dirangsang dalam suasana begini tentu saja cepat batangku naik mengeras. Kalau sudah sampai di sini sudah lebih gampang lagi buat dia.<br />
<br />
“Wihh, memang cepet bener bangunnya.. Tapi coba Son, Tante kok jadi penasaran kayaknya ada yang aneh punyamu..” katanya tanpa menunggu persetujuanku dia sudah langsung bekerja membuka celanaku membebaskan penisku. Aku sulit menolak karena kupikir dia betul-betul sekedar penasaran ingin melihat keluarbiasaan penisku. Memang, waktu batangku terbuka bebas matanya setengah heran setengah kagum melihat ukuran penisku.<br />
<br />
“Buukan maen Sonyy.. Keras banget punyamu..” katanya memuji kagum tapi justru melihat yang begini makin memburu niatnya ingin cepat menjeratku.<br />
“Tapi masak sih yang begini belum pernah dipake ke cewek. Kalo gitu sini Tante kenalin rasa sedikit, deket lagi biar bisa Tante tempelin di sini..” lanjutnya, lagi-lagi tanpa menunggu komentarku dia memegang batangku dan menarikku lebih merapat kepadanya.<br />
<br />
Apa yang dimaksudkannya adalah dengan sebelah tangan bekerja cepat sekedar menyingkap sebelah kaki celana dalamnya membebaskan vaginanya, lalu sebelah lagi membawa penisku menempelkan kepala batangku di mulut lubang vaginanya. Di situ digosok-gosokannya ujung penisku di celah liangnya beberapa saat dulu baru kemudian menguji perasaanku.<br />
<br />
“Gimana, enak nggak digosok-gosokin gini?” katanya tambah super genit.<br />
<br />
Tentu, jangan bilang lagi kalau sudah begini aku yang sudah tegang dengan sinar mata redup sudah sulit untuk melepaskan diri, berat rasanya menolak kesempatan seperti ini. Aku cuma mengiyakan dengan mengangguk dan Tante Juliet meningkat lebih jauh lagi.<br />
<br />
“Kalo gitu Sony yang nyoba sendiri biar bisa tahu gimana rasanya, tapi tunggu Tante buka aja sekalian supaya nggak ngalangin..” lanjutnya dengan cepat melepas celana dalamnya untuk kemudian kembali lagi pada posisi mengangkangnya.<br />
<br />
Menggosok-gosokan sendiri ujung kepala penisku di mulut lubang vaginanya yang menganga tambah membuatku semakin tegang dalam nafsu, tapi untuk menyesapkan masuk ke dalam aku masih tidak berani sebelum mendapat ijinnya. Padahal itu justru yang diinginkan tante hanya saja mengira aku benar-benar masih hijau dia masih memakai siasat halus untuk menyeretku masuk.<br />
<br />
“Ahh.. Kedaleman gosokinnya..” katanya menjerit geli memaksudkan aku agak terlalu menusuk. Padahal rasanya aku masih mengikuti sesuai anjurannya, tapi ini memang akal dia untuk masuk di siasat berikut, “Tapi gini, supaya nggak keset sini Tante basahin dulu punyamu. ” katanya mengajak aku bangun berdiri.<br />
<br />
Kali ini apa yang dimaksudkannya adalah dia langsung mengambil penisku dan mulai menjilati seputar batangku, sambil sesekali mengulum kepalanya. Kalau sudah sampai di sini rasanya aku bisa menebak ke mana kelanjutannya. Dan memang, ketika dirasanya batangku sudah cukup basah licin dia pun menarik lagi tubuhku berlutut dan kembali memasang vaginanya siap untuk kumasuki. Dalam keadaan seperti itu aku betul-betul sudah buntu pikiranku, terlupa bahwa dia adalah istri dari Mas Fadli-kakak angkatku. Rangsangan nafsu sudah menuntut kelelakianku untuk tersalurkan lewat dia.<br />
<br />
Sehingga sekalipun Tante Juliet tidak lagi menyuruh dengan kata-katanya, aku sudah tahu apa yang akan kulakukan. Ujung penis mulai kusesapkan di lubang vaginanya segera kuikuti dengan gerakan membor untuk menusuk lebih dalam. Tante sendiri meskipun mimik mukanya agak tegang, dia ikut membantu dengan jari-jari tangannya lebih menguakkan bibir vaginanya menjadi semakin menganga, untuk lebih memudahkan usaha masuk batangku. Tapi baru saja terjepit setengah, tiba-tiba Jul anak asuhnya datang mengganggu konsentrasi teristimewa bagi Tante Juliet. Si kecil yang belum mengerti apa-apa ini naik ke sofa langsung menunggangi perut Tante seolah-olah ingin ikut bergabung dengan kami.<br />
<br />
“Nanti dulu Dek, Mama lagi dicuntik Mas Sony.. Adek maen dulu sana, ya?” agak kerepotan Tante membujuk SonJul untuk menyingkir dan kembali bermain, sementara aku sendiri tetap sibuk membor dan menggesek keluar masuk penisku untuk menanam sisa batang yang masih belum masuk. Di atas dia repot meredam kelincahan SonJul, sedang di bawah dia juga repot menyambut batangku. Sesekali merintih memintaku jangan terlalu kuat menyodokkan penisku.<br />
<br />
“Aashh.. Sonn.. Pelan Son.. Memek mama sakit.. Jangan dicuntik keras-kerass..” erangnya.<br />
<br />
Untung berhasil Tante Juliet membujuk SonJul tepat pada saat seluruh batangku habis terbenam. Lega wajahnya ketika SonJul sudah mau turun kembali bermain.<br />
<br />
“Naa, sekarang Mama Adek mau maen sama Mas Sony dulu, ya? Ayo Mas Son.. Pindah ke bawah dulu, Mama Adek juga pengen ikutan ngerasain enaknya.. ” Tanpa melepas kemaluan masing-masing kami pun berpindah ke karpet, Tante Juliet yang di bagian bawah. Di situ begitu posisi terasa pas kami segera menikmati asyik gelut kedua kemaluan denganku memompa dan Tante Juliet mengocok vaginanya.<br />
<br />
Nikmat sanggama mulai meresap dan meskipun di tengah-tengah asyik itu SonJul juga sering datang mengganggu, tapi kami sudah tidak peduli karena masing-masing sedang berpacu menuju puncak kepuasan. Dan ini ternyata bisa tercapai secara bersamaan. Agak terganggu dengan adanya SonJul lagipula suasana kurang begitu bebas, tapi toh cukup memuaskan akhir permainan itu bagi kami berdua. Kelanjutan hubungan kami memang sulit mencari kesempatan yang lowong seperti itu lagi. Setelah yang pertama ini masih sempat dua kali kami melakukan hubungan badan tapi kemudian terputus.<br />
<br />
Ada satu keasyikan tersendiri yang kurasakan jika sedang bercinta dengan Tante Juliet yang bertubuh montok ini. Enak rasanya bergelut dengan daging tebalnya, seperti menari-nari di atas kasur empuk berbantalkan susunya yang juga montok dan besar itu. Rasanya dalam sejarah percintaanku dengan para wanita yang kesemuanya cantik-cantik lagi berlekak-lekuk padat menggiurkan, maka cuma dengan dia satu-satunya yang berbeda. Tapi, inilah yang kusebut asyik tadi. Aku sama sekali tidak merasa menyesal dan justru selalu merindukan untuk mengulang kenangan bersama dia, hanya saja kesempatan sudah sulit sekali untuk didapat.<br />
<br />
Kesempatan kali keempat kudapat tiga tahun setelah itu yaitu ketika aku diminta mengantar Tante Juliet untuk menghadiri upacara perkawinan seorang keluarga mereka di Las Vegas. Waktu itu rencananya aku hanya mengantar saja dan setelah acara selesai akan pulang langsung ke LA ke tempat kuliahku, tapi rupanya Tante Juliet berubah pikiran ingin pulang menumpang lagi denganku. Mau tak mau aku pun berputar melewati Washington, DC untuk mengantarkan Tante Juliet ke rumahnya dulu sebelum ke LA. Tante memang rupanya tidak ingin berlama-lama dalam kunjungannya, itu sebabnya SonJul tidak diajak serta dan ditinggal bersama pembantu serta suaminya di rumah.<br />
<br />
Begitu, dalam perjalanan yang cuma kami berdua di mobil kami pun ngobrol dengan akrab, dengan Tante Juliet yang lebih banyak bertanya-tanya tentang keadaanku sementara aku sendiri sibuk mengemudi. Sampai kemudian menyinggung tentang kegiatan seksku, Tante Juliet memang bisa menduga bahwa aku tentu sudah banyak pengalaman galang-gulung dengan perempuan.<br />
<br />
“Ngomong-ngomong soal kita dulu kalo sekarang Sony udah kenal banyak cewek cakep pasti kamu nyesel kenapa bikin gitu sama Tante waktu hari itu, ya nggak Son?”<br />
“Nyesel sih enggak Tan, gimanapun kan Tante yang pertama kali ngenalin rasa sama Sony. Apalagi Sony juga punya kenangan manis dari Tante..” jawabku menyinggung hubungan intimku waktu itu dengannya.<br />
“Tapi itu kan duluu.. Sekarang dibanding-bandingin sama kenalan-kenalanmu yang lebih muda pasti kamu mikir-mikir lagi, kok mau-maunya aku sama Tante model gitu. Itupun waktu dulu, sekarang apalagi.. Tambah nggak nafsu liatnya, ya nggak?” Aku langsung menoleh dengan tidak enak hati.<br />
“Jangan bilang gitu Tan, Sony nggak pernah nyesel soal yang dulu. Malah kalo masih boleh dikasih sih sekarang pun Sony juga masih mau kok.”<br />
“Jangan menghibur, ngeliat apanya sama Tante kok berani bilang gitu?”<br />
“Lho kenyataan dong.. Tante emang sekarang gemukan tapi manisnya nggak kurang. Malah tambah ngerangsang deh..” jawabku memuji apa adanya.<br />
<br />
Karena memang, sekalipun dia sekarang terlihat lebih gemuk dibanding dulu tapi wajahnya masih tetap terlihat manis.<br />
<br />
“Ngerangsang apanya Son?” tanyanya penasaran.<br />
“Ya ngerangsang pengen dikasih kayak dulu lagi. Soalnya tambah montok kan tambah enak rasanya.” jawabku dengan membuktikan langsung meraba-raba buah dadanya yang besar itu, Tante Juliet langsung menggelinjang kegelian.<br />
“Aaa.. Kamu emang pinter ngerayu, bikin orang jadi ngira beneran aja.” katanya mencandaiku.<br />
“Lho Sony serius kok, kalo masih kepengen ngulang sama Tante. Makanya tadi Sony nanya, kalo emang masih boleh dikasih sekarang juga Sony belokin nyari hotel, nih?” Lagi-lagi dia tertawa geli mendengar candaku.<br />
“Yang bilang nggak boleh siapa. Tapi dikasiHPun kamu pasti nggak selera lagi, kan percuma.”<br />
“Ya udah, kalo nggak percaya.. Tapi ngomong-ngomong sebentar lagi udah gelap, Sony lupa kalo lampu mobil kemaren mati sebelah belum sempat diganti. Gimana kalo kita nyari hotel aja Tan, besok baru terusin lagi.” kataku mengajukan usul karena kebetulan memang lampu mobilku padam sebelah. Sebetulnya ada cadangan tapi ini kupakai alasan untuk mengajaknya menginap.<br />
“Duh kamu kok sembrono sih Son.. Ayo cari penginepan aja kalo gitu, dipaksa nerusin nanti malah bahaya di jalan..”<br />
<br />
Kupercepat laju mobilku sebelum gelap dan di kota terdekat aku pun mencari sebuah hotel. Begitu dapat aku langsung turun memesan sebuah kamar sementara Tante menunggu di mobil. Dan setelah kembali ke mobil untuk mengajak Tante turun sempat kubuktikan dulu padanya tentang lampu mobil sebelahku yang memang padam itu.<br />
<br />
Berdua masuk ke kamar, setelah mandi dan makan malam kamipun bersantai dengan ngobrol sampai kemudian Tante mengajakku untuk pergi tidur. Kamar yang kupesan memang hanya satu tapi dilengkapi dua tempat tidur sebagaimana biasanya bentuk kamar hotel. Melihat dari keadaan ini Tante Juliet tidak mengira bahwa aku betul-betul serius dengan keinginanku untuk mengulang lagi kenangan lama. Dia baru saja mengganti baju tidur dan baru akan mulai mengancingnya ketika aku keluar dari kencing di kamar mandi langsung mendekat memeluknya dari belakang. Aku sendiri hanya mengenakan handuk berlilit pinggang setelah membuka bajuku di kamar mandi.<br />
<br />
“Gimana Tan, masih boleh dikasih Sony nggak..” bisikku meminta di telinganya tapi sambil mengecup leher bawah telinganya diikuti kedua tanganku mulai meremasi masing-masing susunya. Tersenyum geli dia karena sudah sampai di situ pun dia masih mengira aku cuma bercanda menggoda.<br />
“Apanya yang enak sih sama orang yang udah gembrot dan tua gini, Son..” tanyanya penasaran.<br />
“Buat Sony sih nggak ada bedanya, malah Sony kangen deh Tan..”<br />
<br />
Sambil bicara begitu kubuka lagi satu kancing daster tidurnya yang baru terpasang, sehingga bagian depan tubuhnya terbuka berikut kedua susunya yang bebas karena Tante sengaja tidur tanpa memakai kutang, untuk kemudian tanganku berlanjut meremasi susu telanjangnya itu. Tante membiarkan saja tapi dia bertanya mengujiku dengan nada setengah ragu kepadaku.<br />
<br />
“Masak sih kangen sama Tante? Kan kamu biasanya sama cewek-cewek cakep, yang masih muda lagi langsing-langsing badannya..?” katanya lagi.<br />
“Justru melulu sama yang begituan, Sony malah bosan.. Sony suka sama Tante yang montok.. ”<br />
“Kamu bisa aja..”<br />
“Lho bener Tan. Montoknya Tante ini yang bikin enak, mantep rasanya. Apalagi yang ini.. Hmm.. Sekarang tambah montok berarti tambah enak lagi rasanya..” kali ini sebelah tanganku sudah kujulurkan ke bawah meremas-remas gemas gundukan vaginanya.<br />
<br />
Tante Juliet merengek senang, sekarang baru dia percaya dengan keseriusanku. Apalagi ketika dia juga membalas menjulurkan tangannya ke belakang, di situ dia mendapatkan bahwa di balik handuk itu aku sudah tidak mengenakan celana dalam lagi. Tanpa diminta lagi dia sendiri membuka lagi daster tidur sekaligus juga celana dalamnya sendiri untuk bersama-sama telanjang bulat naik ke tempat tidur.<br />
<br />
Wanita berwajah cantik diusianya mencapai 32 tahun ini memang sudah mekar tubuhnya, tapi tubuhnya masih cukup kencang lagi mulus sehingga montoknya berkesan sexy yang punya daya tarik tersendiri. Dan aku juga jujur mengatakan bahwa aku merindukan kemontokannya, karena baru saja melihat dia terbuka sudah langsung terangsang gairah kelelakianku. Sebab dia belum lagi merebah penuh, masih duduk di tengah pembaringan untuk mengurai gelung rambutnya, sudah kuburu tidak sabaran lagi. Kusosor sebelah susunya, sebelah lagi kuremas-remas gemas, dengan rakus mulutku mengenyot-ngenyot bagian puncaknya, mengisap, mengulum dan menggigit-gigit putingnya.<br />
<br />
“Ehngg.. Gelli Soon.. Iya, iya, nanti Tante kasih.. Deh.. ” merengek kegelian dia karena serangan mendadakku.<br />
“Abis gemes sih Tan.. ” sahutku cepat dan kembali lagi menyerbu bagian dadanya.<br />
<br />
Melihat begini Tante Juliet mengurungkan merebahkan badannya, untuk sementara bertahan dalam posisi duduk itu seperti tidak tega menunda ketidaksabaranku. Air mukanya berseri-seri senang, sebelah tangannya membelai-belai sayang kepalaku dan sebelah lagi lurus ke belakang menopang duduknya, ditungguinya aku melampiaskan rinduku masih pada kedua susunya yang montok dan besar itu.<br />
<br />
Seperti anak kecil yang asyik sendiri bermain dengan balonnya, begitu juga aku sibuk mengerjai bergantian kedua daging bulat gemuk itu untuk memuaskan lewat rasa mulut dan remasan gemasku. Sampai berkecapan suara mulut rakusku dan sampai meleyot-leyot terpencet, terangkat-angkat dan jatuh terayun-ayun, membuat Tante Juliet kadang meringis merintih atau merengek mengerang saking kelewat gemas bernafsu aku dengan keasykanku, tapi begitupun dia tidak mencegah kesibukanku itu. Baru setelah dirasanya aku mereda, diapun bersiap-siap untuk memberikan tuntutan kerinduanku yang berikutnya.<br />
<br />
Ini karena dilihatnya aku sudah cukup puas bermain di atas dan sudah ingin berlanjut ke bawah, yaitu sementara mulutku masih tetap sibuk tapi tangan yang sebelah mulai kujulurkan meraba selangkangannya, segera Tante Juliet pun merubah posisi untuk memberi keleluasaan bagiku. Tubuhnya direbahkan ke belakang sambil meluruskan kedua kakinya yang duduk terlipat menjepit selangkangannya, langsung dibukanya sekali agar aku bisa mencapai vaginanya. Mulutku masih terus mengejar menempel di sebelah susunya tapi tanganku sekarang sudah bisa memegang penuh bukit vaginanya. Bukit daging tebal setangkup tanganku yang ditumbuhi bulu-bulu keriting halus ini langsung kuremas-remas gemas, darah kelelakianku pun tambah mengalir deras.<br />
<br />
Keasyikan yang baru menarik perhatian baru juga, berpindah dulu aku ke tengah selangkangannya yang kudesak agar lebih mengangkang sebelum kutarik kepalaku dari susunya. Tante mengira aku sudah akan mulai memasukinya, dia sempat menyambar batangku yang sudah tegang dan melocok-locok dengan tangannya sebentar. Seperti ingin lebih mengencangkan lagi tapi ada terasa bahwa dia juga merindukan batangku, bisa terbaca dari remasan gemasnya yang menarik-narik penisku.<br />
<br />
Begitu posisiku terasa pas, aku pun memindahkan mulutku turun menggeser ke bawah dengan cara menciumi lewat perutnya sampai kemudian tiba di atas vaginanya yang terkangkang. Di sini konsentrasiku terpusat dengan mengusap-usap dan memperhatikan dulu bentuk vaginanya. Ini untuk pertama kali aku mendapat kesempatan melihat jelas kemaluannya yang sudah pernah tiga kali kumasuki, tapi karena waktunya sempit tidak sempat kulihat dengan nyata.<br />
<br />
Betul-betul suatu pemandangan yang merangsang sekali. Bukit segitiga yang menjendul dengan dagingnya yang tebal itu ditumbuhi bulu-bulu yang begitu lebat, tidak cukup menutupi bagian celah lubang yang diapit pipi kanan kirinya. Tepi bukit itu persis seperti pipi bayi yang montok menggembung, saking tebalnya sehingga menjepit bibir vagina hanya terkuak sedikit meskipun pahanya sudah kukangkangkan lebar-lebar. Penasaran kukuakkan bibir vaginanya dengan jari-jariku untuk melihat lebih ke dalam, tapi belum lagi jelas, Tante Juliet sudah menegurku dengan muka malu-malu merengek geli.<br />
<br />
“Ahahngg.. Sony mau ngeliat apa di dalem situ sih Son..?” katanya sambil meringis.<br />
<br />
Aku tidak menyahut tapi sebelum dia berubah pikiran untuk mencegahku, langsung saja kusosorkan mulutku ke tengah lubang yang baru kukuakkan itu.<br />
<br />
“Ssshh Sonyy.. Ahh.. Ammpuunn.. Sonn!”<br />
<br />
Betul juga. Tante Juliet menjerit malu, tangannya refleks ingin menolak kepalaku tapi sudah terlambat. Sebab begitu menempel sudah cepat kusambung dengan menjilat dan menyedot-nyedot tengah lubangnya. Adu ngotot berlangsung hanya sesaat karena Tante kemudian menyerah, menganga dengan wajah tegang dia ketika geli-geli enak permainan mulutku mulai menyengat dia.<br />
<br />
Untuk berikutnya aku sendiri mulai meresap enaknya mengisap vagina montok yang baru pertama kudapat darinya. Lagi-lagi ada keasyikkan tersendiri, karena tidak seperti dengan milik cewek lain yang pernah tidur denganku, umumnya celah lubang mereka terasa kecil karena tepi kanan kirinya tidak setebal ini. Milik Tante Juliet justru penampilannya kelihatan sempit tapi kalau dikuakan malah jadi merekah lebar dan dalam. Disosor mulutku yang mengisap rakus, seperti hampir tenggelam wajahku di situ dengan pipiku bertemu pipi vaginanya.<br />
<br />
Di bagian inipun untuk beberapa lama kupuaskan diriku dengan menyedot menjilat-jilat tengah lubangnya, sesekali menyodok-nyodokkan ujung lidah kaku lebih ke dalam, membuatnya mengejang sampai membusung dadanya. Atau juga menggigit-gigit klitoris, menarik-nariknya serta menjilati cepat membuatnya menggelinjang kegelian. Serupa dengan puting susunya, bagian inipun sudah mengeras tanda dia sudah terangsang naik berahinya, tapi Tante Juliet juga tetap membiarkan aku bermain sepuas-puasnya untuk melampiaskan rinduku. Ketika kurasa sudah cukup lama aku mengecap asyik lewat mulutku dan sudah cukup matang dia kubawa terangsang, barulah aku mulai memasukkan penisku ke dalam vaginanya. Di sini baru giliran Tante untuk ikut melampiaskan rindunya kepadaku terasa dari sambutannya yang hangat.<br />
<br />
Seperti pengalaman yang kuingat, Tante Juliet bukan type histeris dengan gaya merintih-rintih dan menggeliat-geliat erotis, tapi dalam keadaan saat ini tidak urung meluap juga gejolak rindunya lewat caranya tersendiri kepadaku. Yaitu seiring putaran vagina laparnya menyambut masuknya penisku, tubuhku pun ditarik menindihnya langsung didekapnya erat mengajakku berciuman. Yang ini juga sama hangatnya karena begitu menempel langsung dilumat sepenuh nafsunya. Berikutnya kami yang sama saling merindukan seolah tidak ingin melepaskan dekapan menyatu ini.<br />
<br />
Seluruh permukaan tubuh depan melekat erat dengan bagian atas kedua bibir saling melumat ketat sedang bagian bawah kedua kemaluan pun bergelut hangat. Aku yang memainkan penisku memompa keluar masuk diimbangi vaginanya yang diputar mengocok-ngocok. Ini baru namanya bersetubuh atau menyatukan tubuh kami, karena hampir sepanjang permainan kami melekat seperti itu. Hanya sekali kami menunda sebentar untuk menarik nafas dan kesempatan ini kupakai dengan mengangkat tubuhku dan melihat bagaimana bentuk wanita montok dalam keadaan sedang kusetubuhi ini. Ternyata suatu pemandangan yang mengasyikkan sekaligus makin melonjakkan gairah kejantananku. Di bawah kulihat vaginanya diputar bernafsu, seolah kesenangan mendapat tandingan yang cocok dengannya.<br />
<br />
Memperhatikan vagina di bawah itu bagaikan mulut bayi berpipi montok yang kehausan menyedot-nyedot botol susunya sudah menambah rangsangan tersendiri, apalagi melihat keseluruhan goyangan tubuh Tante Juliet. Seluruh daging tubuhnya ikut bergerak teristimewa kedua susunya yang berputaran berayun-ayun tambah menaikkan lagi rangsang kejantananku, sampai aku tidak tahan dan kembali turun menghimpit dia karena sudah terasa akan tiba di saat ejakulasiku. Pada saat yang sama Tante Juliet juga sudah merasa akan tiba di orgasmenya, dia yang mengajak lebih dulu dengan menyambung lumatan bibir tadi untuk menyalurkannya dalam permainan ketat seperti ini.<br />
<br />
“Hghh ayyo Soon.. Nnghoog.. Hrrhg..” dengan satu erang tenggorokkan dia membuka orgasmenya disusul olehku hanya selang beberapa detik kemudian.<br />
<br />
Kami sama mengejang dan sempat menunda sebentar ketika masuk di puncak permainan, tapi segera berlanjut lagi melumat dengan lebih ketat seolah saling menggigit bibir selama masa orgasme itu. Baru setelah mereda dan berhenti, yang tinggal hanya nafas turun naik kelelahan dan tubuh terasa lemas. Cukup luar biasa, karena meskipun tidak berganti posisi atau gaya tapi permainan terasa nikmat dengan akhir yang memuaskan. Malah seluruh tubuh sudah terasa banjir keringat saking serunya berkonsentrasi dalam melampiaskan kerinduan lama kami. Untuk itu aku begitu melepaskan diri hanya duduk di sebelahnya agar keringat di punggungku tidak membasahi sprei tempat tidur.<br />
<br />
“Gimana Son rasanya barusan..?” Tante Juliet mengujiku sambil tangannya mengusap menyeka-nyeka keringat di punggungku. Aku berputar menghadap dia.<br />
“Makanya Sony tadi ngotot minta, soalnya udah yakin duluan memek montok Tante ini bakal ngasih enak.. ” jawabku dengan meremas mencubit-cubit vaginanya.<br />
“Udah enak, puas lagi.. Tapi Tante sendiri, gimana rasanya sama Sony?” balik aku bertanya padanya. Mendapat pujianku air mukanya bersinar senang, ganti dia memujiku.<br />
“Sama kamu sih nggak usah ditanya lagi, Son. Dulu aja kalau nggak sayangin kamu masih muda sekali, udah mau terus-terusan Tante ngajakin kamu.”<br />
“Oya? Kok tadi diajak masih kayak ogah-ogahan?”<br />
“Bukan ogah-ogahan, tapi takut ketagihan sama Sony..” jawabnya bercanda sambil tertawa.<br />
“Kalau tante mau, Sony mau kok married ama tante..” kataku.<br />
“Akh.. Apa Son.. Kamu becanda ya.. Tante kan udah punya suami..” katanya.<br />
“Tante nggak usah bohong deh.. Mas Fadli kan nggak bisa normal lagi tante.. Sony tahu kalau Mas Fadli sekarang punya penyakit impoten.. Ya kan tante..” kataku.<br />
“Kamu tahu darimana Son.. Tapi tante akui kalau Mas Fadli nggak bisa bikin tante puas..” katanya sambil menangis.<br />
“Nah.. Gimana tante suka kan ama Sony.. Selama ini hubungan Sony dengan cewek-cewek lain itu hanya sekedar fun aja kok tan.. Sony sebenarnya cinta ama tante dari pertama pertemuan kita dulu..” kataku sambil mengecup bibirnya.<br />
“Son.. Benarkah ucapanmu itu.. Sony benar mencintai tante yang udah tua ini..?” tanyanya.<br />
“Ya tante, Sony cinta ama tante dan Sony mau married ama tante..” kataku sambil meluk tubuh dia.<br />
“Oh.. Son.. Tante juga suka ama kamu..” katanya sambil memeluk tubuhku.<br />
“I Love You Juliet..” kataku.<br />
“I Love You too Sony..” katanya.<br />
<br />
Lalu, kami berpelukan erat dan bahagia menyertai kami berdua.yunnileehttp://www.blogger.com/profile/15596533211185417604noreply@blogger.comIndonesia-0.789275 113.92132700000002-31.6684965 72.61273300000002 30.0899465 155.22992100000002tag:blogger.com,1999:blog-2527921526551706948.post-16416760990140154502016-12-07T23:57:00.000+07:002016-12-07T23:57:15.266+07:00Selingkuh Karena Suami Tidak Bisa Memuaskanku<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh30E33DUZsdC5KSB34luyC-emyRg_XYBk9FUAda9hytNrdXrNDJ8blMjRVL2IGGqLkFIMwlFriJaylm8TjRVwMJoQt-VKZUUy76SSKH6zLqAKSmLVjO2K7bwycrAds2OJOgJAEzZ-TtkH1/s1600/images+%25288%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh30E33DUZsdC5KSB34luyC-emyRg_XYBk9FUAda9hytNrdXrNDJ8blMjRVL2IGGqLkFIMwlFriJaylm8TjRVwMJoQt-VKZUUy76SSKH6zLqAKSmLVjO2K7bwycrAds2OJOgJAEzZ-TtkH1/s320/images+%25288%2529.jpg" width="238" /></a></div>
<br />
Aku menikah pada usia sangat belia, yakni 22 tahun. Aku tak sempat melanjutkan kuliah, karena aku pada usia tersebut sudah dinikahkan olah orang tua, karena ayah memiliki hutang judi yang banyak dengan seorang laki-laki playboy “kampungan”. Aku menikah dengan sang playboy, usianya sangat renta sekali, 65 tahun pada saat aku dinikahinya. Setahun aku hidup sekasur dengan dia, selama itu pula aku tidak pernah merasakan apa yang dinamakan nikmat seksual.<br />
<br />
Padahal, kata teman-teman, malam pertama malam yang paling indah. Sedangkan untuk aku, malam pertama adalah malam neraka !!!. Ternyata, Burhan, suamiku itu mengidap penyakit diabetes (kadar gula darah yg tinggi), yang sangat parah, hingga mengganggu kejantanannya diatas ranjang. Selama lima tahun kami menikah, selama itu pula aku digaulinya hanya dengan mencumbu, mencium, dan meng-elus-elus saja, selebihnya hanya keluhan-keluhan kekecewaan saja. Burhan sering merangsang dirinya dengan memutar film-film porno yang kami saksikan berdua sebelum melakukan aktifitas seksual. Tapi apa yang terjadi ? Burhan tetap saja loyo, tak mampu merangsang penisnya agar bisa ereksi, tapi justru aku yang sangat amat terangsang, konyol sekali. Aku mendapat pelajaran seksual dari film-film yang diputar Burhan. Aku sering berkhayal, aku disetubuhi laki-laki jantan. Aku sering melakukan masturbasi ringan untuk melampiaskan hasrat seksualku, dengan berbagai cara yang kudapat dari khayalan-khayalanku.<br />
<br />
<b>Selingkuh Karena Suami Tidak Bisa Memuaskanku</b><br />
Pada suatu hari, Burhan harus terbaring di rumah sakit yang disebabkan oleh penyakitnya itu. Selama hampir satu bulan dia dirawat di RS, aku semakin terasa kesepian selama itu pula. Pada suatu hari aku harus pergi menebus obat di sebuah apotek besar, dan harus antre lama. Selama antre aku jenuh sekali. Tiba-tiba aku ingin keluar dari apotek itu dan mencari suasana segar. Aku pergi ke sebuah Mall dan makan dan minum disebuah restauran. Disitu aku duduk sendiri disebuah pojok. Karena begitu ramainya restauran itu, sehingga aku mendapat tempat yang belakang dan pojok. Setelah beberapa saat aku makan, ada seorang anak muda ganteng minta ijin untuk bisa duduk dihadapan aku.<br />
<br />
Karena mungkin hanya bangku itu yang satu-satunya masih tersisa. Dia ramah sekali dan sopan, penuh senyum. Singkat cerita, kami berkenalan, dan ngobrol ngalor-ngidul, hingga suatu waktu, dia membuka identitas dirinya. Dia masih bujang, orang tuanya tinggal di luar negeri. Di Jakarta dia tinggal bersama adik perempuannya yang masih di bangku SMU. Hampir satu jam kami ngobrol. Dalam saat obrolan itu, aku memberikan kartu namaku lengkap dengan nomor teleponnya. Cowok itu namanya Ronald, badannya tegap tinggi, kulitnya sawo matang, macho tampaknya. Sebelum kami berpisah, kami salaman dan janji akan saling menelpo kemudian. Sewaktu salaman, Ronald lama menggenggap jemariku seraya menatap dalam-dalam mataku diiringi dengan sebuah senyum manis penuh arti. Aku membalasnya, tak kalah manis senyumku. Kemudian kami berpisah untuk kembali kekesibukan masing-masing. Dalam perjalanan pulang, aku kesasar sudah tiga kali.<br />
<br />
Sewaktu aku nyetir mobil, pikiranku kok selalu ke anak muda itu ? kenapa hanya untuk jalan pulang ke kawasan perumahanku aku nyasar kok ke Ciputat, lalu balik kok ke blok M lagi, lantas terus jalan sambil mengkhayal, eh…..kok aku sudah dikawasan Thamrin. Sial banget !!! Tapi Ok lho ?! Sudah satu minggu usia perkenalanku dengan Ronald, setiap hari aku merasa rindu dengan dia. Suamiku Burhan masih terbaring di rumah sakit, tapi kewajibanku mengurusi Burhan tak pernah absen. Aku memberanikan diri menelpon Ronald ke HP nya. Ku katakan bahwa aku kanget banget dengan dia, demikian pula dia, sama kangen juga dengan aku. Kami janjian dan ketemu ditempat dulu kami bertemu. Ronald mengajak aku jalan-jalan, aku menolak, takut dilihat orang yang kenal dengan aku. Akhirnya kami sepakat untuk ngobrol di tempat yang aman dan sepi, yaitu; ” Hotel”. Ronald membawa aku ke sebuah hotel berbintang. Kami pergi dengan mobilnya dia. Sementara mobilku ku parkir di Mall itu, demi keamanan privacy. Di hotel itu kami mendapat kamat di lantai VII, sepi memang, tapi suasananya hening, syahdu, dan romantis sekali. ” Kamu sering kemari ?” tanyaku, dia menggeleng dan tersenyum. ” Baru kali ini Tante ” sambungnya. ” Jangan panggil aku tante terus dong ?! ” pintaku.<br />
<br />
Lagi-lagi dia tersenyum. ” Baik Yulia ” katanya. Kami saling memandang, kami masih berdiri berhadapan di depan jendela kamar hotel itu. Kami saling tatap, tak sepatahpun ada kata-kata yang keluar. Jantungku semakin berdebar keras, logikaku mati total, dan perasaanku semakin tak karuan, bercampur antara bahagia, haru, nikmat, romantis, takut, ah…..macam-macamlah!!!. Tiba-tiba saja, entah karena apa, kami secara berbarengan saling merangkul, memeluk erat-erat. Ku benamkan kepalaku di dada Ronald, semakin erat aku dipeluknya. Kedua lenganku melingkar dipinggangnya. Kami masih diam membisu. Tak lama kemudian aku menangis tanpa diketahui Ronald, air mataku hangat membasahi dadanya. ” Kamu menangis Yulia ? ” Tanyanya. Aku diam, isak tangisku semakin serius. ” kanapa ? ” tanyanya lagi. Ronals menghapus air mataku dengan lembutnya. ” Kamu menyesal kemari Yulia ?” tanya Ronald lagi. Lagi-lagi aku membisu. Akhirnya aku menggeleng. Dia menuntunku ketempat tidur. Aku berbarin di bagian pinggir ranjang itu. Ronald duduk disebelahku sambil membelai-belai rambutku. Wah….rasanya selangit banget !.<br />
<br />
Aku menarik tangan Ronald untuk mendekapku, dia menurut saja. Aku memeluknya erat-erat, lalu dia mencium keningku. Tampaknya dia sayang padaku. Ku kecup pula pipinya. Gairah sex ku semakin membara, maklum sekian tahun aku hanya bisa menyaksikan dan menyaksikan saja apa yang dinamakan ” penis” semnatar belum pernah aku merasakan nikmatnya. Ronald membuka kancing bajunya satu persatu. Kutarik tangannya untuk memberi isyarat agat dia membuka kancing busananku satu persatu. Dia menurut. Semakin dia membuka kancing busanaku semakin terangsang aku. Dalam sekejap aku sudah bugil total ! Ronal memandangi tubuhku yang putih mulus, tak henti-hentinya dia memuji dan menggelengkan kepalanya tanda kekagumannya. Lantas diapun dalam sekejap sudah menjadi bugil. Aduh……jantan sekali dia. Penisnya besar dan ereksinya begitu keras tampaknya. Nafasku semakin tak beraturan lagi.<br />
<br />
Ronald mengelus payudaraku, lalu……mengisapnya. Oh…..nikmat dan aku terangsang sekali. Dia menciumi bagian dadaku, leherku. Aku tak kalah kreatif, ku pegang dan ku elus-elus penisnya Ronald. Aku terbayang semua adegan yang pernah ku saksikan di film porno. Aku merunduk tanpa sadar, dan menghisap penisnya Ronald. Masih kaku memang gayaku, tapi lumayanlah buat pemula. Dia menggelaih setiap kujilati kepala penisnya. Jari jemari Ronald mengelus-elus kemaluanku, bulu memekku di elus-elus, sesekali manarik-nariknya. Semakin terangsang aku. Basah tak karuan sudah vaginaku, disebabkan oleh emosi sex yang meluap-luap.<br />
<br />
Aku lupa segalanya. Akhirnya, kami sama-sama mengambil posisi ditengah-tengah ranjang. Aku berbarimng dan membuka selangkanganku, siap posisi, siap digempur. Ronald memasukkan penisnya kedalam vaginanku, oh….kok sakit, perih ?, aku diam saja, tapi makin lama makin nikmat. Dia terus menggoyang-goyang, aku sesekali meladeninya. Hingga….cret…cret…cret…air mani Ronald tumpah muncrat di dalam vaginaku. Sebenarnya aku sama seperti dia, kayaknya ada yang keluar dari vaginaku, tapi aku sudah duluan, bahkan sudah dua kali aku keluar. Astaga, setelah kami bangkit dari ranjang, kami lihat darah segar menodai seprei putih itu. Aku masih perawan !!! Ronald bingung, aku bingung. Akhirnya aku teringat, dan kujelaskan bahwa selama aku menikah, aku belum pernah disetubuhi suamiku, karena dia impoten yang disebabkan oleh sakit kencing manis. ” Jadi kamu masih perawan ?! ” Tanyanya heran. Aku menjelaskannya lagi, dan dia memeluk aku penuh rasa sayang dan kemesraan yang dalam sekali. Kami masih bugil, saling berangkulan, tubuh kami saling merapat. Aku mencium bibir nya, tanda sayangku pula. Seharusnya kegadisanku ini milik suamiku, kenapa harus Ronald yang mendapatkannya? Ah….bodo amat ! aku juga bingung ! Hampit satu hari kami di kamar hotel itu, sudah tiga kali aku melakukan hubungan sex dengan anak muda ini.<br />
<br />
Tidak semua gaya bisa ku praktekkan di kamar itu. Aku belum berpengalaman ! Tampaknya dia juga begitu, selalu tak tahan lama !! Tapi lumayan buat pemula . Setelah istirahat makan, kami tudur-tiduran sambil ngobrol, posisi masig dengan busana seadanya. Menjelang sore aku bergegas ke kamar mandi. membrsihkan tubuh. Ronald juga ikut mandi. Kami mandi bersama, trkadang saling memeluk, saling mencium, tertawa, bahkan sedikit bercanda dengan mengelus-elus penisnya. Dia tak kalah kreatif, dimainkannya puting payudaraku, aku terangsang……dan…….oh,….kami melakukannya lagi dengan posisi berdiri. Tubuh kami masih basah dan penuh dengan sabun mandi. Oh nikmatnya, aku melakukan persetubuhan dalam keadaan bugil basah di kamar mandi. Ronal agak lama melakukan senggama ini, maklum sudah berapa ronde dia malakukannya,. kini dia tampak tampak sedikit kerja keras. Dirangsangnya aku, diciuminya bagian luar vaginaku, dijilatinya tepinya, dalamnya, dan oh….aku menggeliat kenikmatan.<br />
<br />
Akupun tak mau kalah usaha, ku kocok-kocok penis Ronald yang sudah tegang membesar itu, ku tempelkan ditengah-tengah kedua payudaraku, kumainkan dengan kedua tetekku meniru adegan di blue film VCD. Tak kusangka, dengan adegan begitu, Ronald mampu memuncratkan air maninya, dan menyemprot ke arah wajahku. Aneh sekali, aku tak jijik, bahkan aku melulurkannya kebagian muka dan kurasakan nikmat yang dalam sekali. ” Kamu curang ! Belum apa-apa sudah keluar !” Seruku. ” Sorry, enggak tahan….” Jawabnya. Kutarik dia dan kutuntun ****** ronal masuk ke memekku, kudekap dia dalam-dalam, kuciumi bibirnya, dan kugoyang-goyang pinggulku sejadinya. Ronald diam saja, tampak dia agak ngilu, tapi tetap kugoyang, dan ah….aku yang puas kali ini, hingga tak sadar aku mmencubit perutnya keras-keras dan aku setengah berteriak kenikmatan, terasaada sesuatu yang keluar di vaginaku, aku sudah sampai klimaks yang paling nikmat.<br />
<br />
Setelah selesai mandi, berdandan, baru terasa alat vitalku perih. Mungkin karena aku terlalu bernafsu sekali. Setelah semuanya beres, sebelum kami meninggalkan kamar itu untuk pulang, kami sempat saling berpelukan di depan cermin. Tak banyak kata-kata yang kami bisa keluarkan. Kami membisu, saling memeluk. ” Aku sayang kamu Yulia ” Terdenga suara Ronald setengah berbisik, seraya dia menatap wajahku dalam-dalam. Aku masih bisu, entah kenapa bisa begitu. Diulanginya kata-kata itu hingga tiga kali. Aku masih diam. Tak kuduga sama sekali, aku meneteskan airmata, terharu sekali. ” Aku juga sayang kamu Ron ” Kataku lirih.” Sayang itu bisa abadi, tapi cinta sifatnya bisa sementara ” Sambungku lagi. Ronald menyeka air mataku dengan jemarinya. Aku tampak bodoh dan cengeng, kenapa aku bisa tunduk dan pasrah dengan anka muda ini ? Setelah puas dengan adegan perpisahan itu, lantas kami melangkah keluar kamar, setelah check out, kami menuju Blok M dan kami berpisah di pelataran parkir. Aku sempat mengecup pipinya, dia juga membalasnya dengan mencium tanganku. Ronald kembali kerumahnya, dan aku pulang dengan gejolak jiwa yang sangat amat berkecamuk tak karua.<br />
<br />
Rasa sedih, bahagia, puas, cinta, sayang dan sebaginya dan sebagainya. Ketika memasuki halaman rumahku, aku terkejut sekali, banyak orang berkumpul disana. Astaga ada bendera kuning dipasang disana. Aku mulai gugup, ketika aku kemuar dari mobil, kudapati keluarga mas Burhan sudah berkumpul, ada yang menangis. Ya ampun, mas Burhan suamiku sudah dipanggil Yang Kuasa. Aku sempat dicerca pihak keluarganya, kata mereka aku sulit dihubungi. Karuan saja, HP ku dari sejak di Hotel kumatikan hingga aku dirumah belum kuhidupkan. Kulihat mas Burhan sudah terbujur kaku ditempat tidur. Dia pergi untuk selamanya, meninggalkan aku, meninggalkan seluruh kekayaannya yang melimpah ruah. Kini aku jadi janda kaya yang kesepian dalam arti yang sebenarnya. Tiga hari kemudian aku menghubungi Ronald via HP, yang menjawab seorang perempuan dengan suara lembut. Aku sempat panas, tapi aku berusaha tak cemburu. Aku mendapat penjelasan dari wanita itu, bahwa dia adik kandungnya Ronald. Dan dijelaskan pula bahwa Ronald sudah berangkat ke Amerika secara mendadak, karena dipanggil Papa Mamanya untuk urusan penting.<br />
<br />
Kini aku telah kehilangan kontak dengan Ronald, sekaligus akan kehilangan dia. Aku kehilangan dua orang laki-laki yang pernah mengisi hidupku. Sejak saat itu sampai kini, aku selalu merindukan laki-laki macho seperti Ronald. Sudah tiga tahun aku tak ada kontak lagi dengan Ronald, dan selama itu pula aku mengisi hidupku hanya untuk shopping, jalan-jalan, nonton, ah…macam-macamlah. Yang paling konyol, aku menjadi pemburu anak-anak muda ganteng. Banyak sudah yang kudapat, mulai dari Gigolo profesional hingga anak-anak sekolah amatiran. Tapi kesanku, Ronald tetap yang terbaik !!! Dalam kesendirianku ini . . . Segalanya bisa berubah .. . Kecuali, Cinta dan kasihku pada Ronad, Aku tetap menunggu, sekalipun kulitku sampai kendur, mataku lamur, usiaku uzur, ubanku bertabur, dan sampai masuk kubur, Oh….Ronald, kuharap engkau membaca kisah kita ini. Ketahuilah, bahwa aku kini menjadi maniak seks yang luar biasa, hanya engkau yang bisa memuaskan aku Ron ?yunnileehttp://www.blogger.com/profile/15596533211185417604noreply@blogger.comIndonesia-0.789275 113.92132700000002-31.6684965 72.61273300000002 30.0899465 155.22992100000002tag:blogger.com,1999:blog-2527921526551706948.post-89748829090248753712016-12-07T23:55:00.003+07:002016-12-07T23:55:50.904+07:00Karena Hutang Aku Disetubuhi<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjE9t29oRdirg7x8zmcsFwO4-YZQFaRVOBM1YpMIxUB_eMq497e93x2FHIzxp-rt0TiG6Ie6bkT4D8nuQLcGEfMKp1e652z6JXleFVrCipB-yHJMvNvE4sF5c9_hxUWZBb-2qn4ULCpFAQu/s1600/images+%25285%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="239" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjE9t29oRdirg7x8zmcsFwO4-YZQFaRVOBM1YpMIxUB_eMq497e93x2FHIzxp-rt0TiG6Ie6bkT4D8nuQLcGEfMKp1e652z6JXleFVrCipB-yHJMvNvE4sF5c9_hxUWZBb-2qn4ULCpFAQu/s320/images+%25285%2529.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
Cerita panas berikut ini memang murni pengalaman pribadiku yang bermula dari keterpaksaan hingga menimbulkan rasa ketagihan. Aku menjadi semakin binal sejak kejadian itu. Kenikmatan dari lelaki yang bukan suamiku membuat aku gila seks.<br />
<br />
Perkenalkan, namaku adalah Anti umurku 29 tahun, aku adalah seorang istri dari seorang lelaki bernama Bayu yang umurnya juga sama denganku. Aku hanyalah seorang ibu rumah tangga, sedangkan Bayu bekerja hanya kalau sedang ada proyek saja. Kalau sedang tidak ada proyek maka Bayu hanya diam di rumah dan tidak berusaha untuk mencari pekerjaan tetap yang bisa menjamin hidup kami. Selama 3 tahun pernikahan kami, Bayu tidak pernah bekerja tetap di satu perusahaan. Entah untungnya atau sialnya kami sampai sekarang belum dikarunai seorang anak. Akibat dari Bayu yang tidak mempunyai pekerjaan tetap akhirnya dia mempunyai hutang dimana-mana. Sampai suatu saat ada orang yang datang ke rumah kami dan marah-marah karena Bayu belum juga membayar hutangnya.<br />
<br />
Pada saat itu aku hanya bisa menemani Bayu di sisinya menghadapi kata-kata kasar orang yang dihutangi oleh Bayu. Aku sendiri melihat gelagat yang aneh dari orang itu. Sambil marah-marah matanya seringkali tertangkap olehku sedang melirik ke arahku. Aku sendiri memang mempunyai tubuh yang cukup bagus menurutku. Tinggi 170cm (termasuk tinggi untuk perempuan lokal), berat 60kg, kulit sawo matang, dengan ukuran dada 36.<br />
<br />
<b>Karena Hutang Aku Disetubuhi</b><br />
Kehidupan seks kami tidaklah bermasalah walaupun tidak bisa dibilang istimewa. Bayu selalu dapat memuaskanku walaupun dia adalah seorang yang konservatif yang selalu bermain dengan gaya yang itu-itu saja. Beberapa hari setelah rumah kami didatangi oleh orang yang menagih hutang, aku melihat orang tersebut di jalan ketika aku mau pergi ke rumah saudaraku. Tadinya aku akan meminjam uang dari saudaraku untuk menutupi hutang Bayu pada orang tersebut, tapi ditengah jalan aku mempunyai pikiran lain. Aku ikuti orang tersebut untuk mengetahui dimana rumahnya. Tadinya niatku hanya untuk mengetahui saja, tapi akhirnya aku mempunyai niat lain. Aku putuskan untuk menggadaikan tubuhku untuk melunasi hutang-hutang suamiku kepada orang itu.<br />
<br />
Setelah aku mantap dengan niatku, beberapa hari kemudian aku memberanikan diri untuk mendatangi rumah orang tersebut. Rumah orang itu memang sangat besar dan sangat mewah. Setelah berhasil mengatasi rasa gugupku akhirnya kuberanikan diri untuk memencet bel. Tak lama kemudian seorang lelaki kurus yang kupikir adalah pesuruh di rumah itu keluar.<br />
“Nyari siapa bu?”<br />
“Hmm. Bapaknya ada?” tanyaku pada lelaki tersebut.<br />
“Ibu siapa? Biar saya sampaikan ke Bapak.”<br />
“Bilang aja dari istrinya pak Bayu.”<br />
Akhirnya pesuruh itu masuk ke dalam rumah dan tak lama berselang dia keluar lagi untuk membukakan pagar.<br />
“Tunggu aja di ruang tamu bu.” Katanya padaku. Langsung saja aku menuju ke arah yang ditunjuknya.<br />
<br />
Sebuah pintu dari kayu jati dengan ukiran yang sangat cantik. Belum juga aku sampai ke depan pintu, pintu tersebut sudah dibuka dari dalam. Rupanya yang membukakan pintunya adalah orang yang kucari. Orang dengan perawakan kurang lebih 180cm dan kuperkirakan beratnya 75kg. Aku perkirakan umurnya sekitar 50 tahun. Berkulit hitam dan terlihat masih segar. Kesan angker yang ditunjukkannya pada saat menagih hutang tidak ada sama sekali pada saat aku datang. Justru aku menangkap kesan ramah dan sopan dari dia. Dia langsung menjabat tanganku sambil menyebut namanya.<br />
“Broto. Mari masuk bu…”<br />
“Anti” Jawabku langsung ketika melihat dia kebingungan.<br />
“Oh iya. Bu Anti silahkan masuk”<br />
Aku langsung masuk menuju ruang tamu. Dan Pak Broto langsung memersilakan aku untuk duduk.<br />
“Mau minum apa bu Anti?”<br />
“Ah gak usah repot-repot pak” jawabku dengan gaya basa-basi bangsa timur.<br />
Akhirnya Pak Broto menyuruh pembantunya untuk membuatkan sirup.<br />
Sambil menunggu minuman datang pak Broto memulai pembicaraan, sekaligus untuk mencairkan suasana yang kaku. Seolah-olah dia tahu kalau aku gugup dan grogi bertemu dengannya. Kuakui dia adalah sosok yang bisa membuat pembicaraan menjadi santai. Ditambah lagi mungkin dengan wawasan yang cukup luas sehingga dia sepertinya tidak pernah kehabisan bahan pembicaraan layaknya penyiar radio yang selalu ngoceh sepanjang jam siaran. Semakin jauh kami berbicara justru aku semakin kehilangan rasa gugupku yang tadi menghinggapi. Obrolan kami sempat terhenti karena pembantu pak Broto datang membawakan minuman pesananan majikannya.<br />
“Silahkan diminum bu Anti”<br />
“Oh iya pak. Terima kasih.” Tak lama langsung saja kuteguk minuman yang disuguhkan.<br />
“Koq sepi ya pak? Istri bapak lagi keluar?” Tanyaku unuk memulai obrolan kembali.<br />
“Istri saya sudah lama meninggal.”<br />
“Oh maaf pak, saya gak tahu”<br />
“Oh gak apa-apa. Oh iya bu Anti sudah berapa lama menikah dengan pak Bayu?”<br />
“Tiga tahun pak. Tapi ya gitu deh pak. Mas Bayu gak pernah punya kerjaan tetap. Jadi makin lama makin numpuk aja hutangnya. Ditambah lagi sampai sekarang kami belum juga punya anak” kataku sekalian curhat sedikit ke pak Broto.<br />
<br />
Setelah disinggung soal hutang, pak Broto akhirnya menanyakan perihal hutang suamiku. Dan dia juga bercerita bahwa sebenarnya suamiku tidak hanya berhutang kepadanya tapi juga ke teman-teman pak Broto. Jujur saja aku kaget, karena selama ini suamiku tidak pernah berkata jujur perihal hutangnya. Rupanya pak Broto sudah menyimpan rencana sendiri yang kurang lebih mirip dengan rencanaku. Dan akhirnya rencana itu disampaikan kepadaku, bahwa hutang suamiku bisa lunas dengan catatan aku mau diajak bercinta dengannya. Pengurangan hutang suamiku satu juta setiap aku melayaninya. Dan itu berlaku juga untuk hutang suamiku dengan teman-temannya yang ternyata ada dua orang lagi. Dan ternyata suamiku berhutang sepuluh juta ke setiap orangnya. Ini berarti aku harus bercinta tiga puluh kali, dengan setiap orangnya aku layani sepuluh kali. Aku sempat berpikir juga melihat keadaan yang seperti itu, tapi demi melunasi hutang suamiku akhirnya aku sanggupi permintaannya. Akhirnya aku disuruh kembali lagi keesokan harinya, karena hari itu Pak Broto sudah mempunyai janji dengan rekan bisnisnya. Sebelum pulang aku menanyakan apakah teman-temannya berkenan dibayar hutangnya dengan tubuhku? Dan Pak Broto berhasil meyakinkan bahwa teman-temannya pasti akan satu suara dengannya.<br />
<br />
Akhirnya keesokan harinya aku datang kembali ke rumah Pak Broto. Hari itu aku untuk pertama kalinya berdandan bukan untuk suamiku, tapi untuk laki-laki lain. Aku datang dengan pakaian tetap casual saja. Toh pikirku nantinya pakaian ini juga tidak berguna karena ketika aku menunaikan tugasku baju ini harus dilepas. Yang jelas aku mempersiapkan mentalku untuk hal ini. Karena ini juga untuk pertama kalinya aku akan disetubuhi oleh laki-laki yang bukan suamiku. Dan yang jelas aku juga mempersiapkan vaginaku. Semua bulu-bulu yang tumbuh disekitar vaginaku kucukur habis, sehingga vaginaku bisa terlihat dengan jelas. Sesampainya di rumah Pak Broto aku disambut dengan hangat, Pak Broto mencium punggung tanganku dan kedua pipiku. Diriku agak canggung menerima perlakuan yang diberikan kepadaku, karena dia bukan suamiku. Tetapi aku sendiri tidak pernah diperlakukan seperti itu oleh suamiku. Saat itu aku merasa diperlakukan layaknya seorang perempuan. Dia tidak menunjukkan bahwa dia hawa nafsunya, tapi justru menunjukkan sikap seorang lelaki dewasa yang membuatku sedikit “terbius” oleh perlakuannya.<br />
<br />
Setelah sambutan hangatnya aku langsung diajak menuju kamarnya. Kamar yang cukup mewah bagiku. Dan rupanya Pak Broto telah menyulap kamarnya menjadi begitu indah. Wangi bunga telah memenuhi seisi kamarnya. Ketika aku masih terpesona dengan kamarnya yang mewah tiba-tiba dia memelukku dari belakang. Refleks dan sedikit terkejut membuat diriku agak memberontak. Tetapi dia meyakinkan diriku untuk tenang dan menikmati saja saat-saat tersebut. Dia mulai menciumi leher dan kupingku yang jelas membuatku terangsang. Lalu dia membalikkan tubuhku sehingga kami saling berhadapan.<br />
“Boleh kupanggil Anti saja?” tanyanya padaku.<br />
“Hmm.. boleh aja pak”<br />
“Wah. Jangan panggil pak dong. Panggil saja Broto. Supaya lebih mesra.”<br />
“Iya Broto. Boleh aja kalau kamu mau panggil aku Anti.” aku mulai menikmati keadaan.<br />
“Hmm.. Anti. Sebenarnya ada satu lagi kejutan untukmu hari ini.”<br />
“Apa itu?”<br />
Belum dia menjawabnya tiba-tiba pintu kamar terbuka. Lalu ada dua orang memasuki kamar tersebut. Hal itu jelas saja membuat aku kaget.<br />
“Ini dia kejutannya. Ada dua orang lagi temanku yang dihutangi suamimu yang ingin ikut bermain dengan kita.”<br />
“Tapi Broto…” “Tenang saja. Kalau kau melayani kami sekaligus maka bayarannya dinaikkan menjadi 1,5 juta untuk sekali main. Tidak lagi satu juta.”<br />
<br />
Sebenarnya aku agak keberatan juga dengan keadaan itu. Tapi karena suasana yang tercipta sudah kunikmati akhirnya aku menyetujuinya. Kedua temannya memang berbeda sekali dengannya. Temannya yang satu bernama Faisal, keturunan Arab mempunyai dan berkulit putih. Sedangkan yang satunya bernama Hans, keturunan Cina. Tapi yang jelas ketiganya mempunyai postur tubuh yang sama. Tinggi besar dan tegap. Beda sekali dengan suamiku yang tingginya kira-kira sama denganku dan mempunyai tubuh yang tidak sebagus mereka. Jujur saja diam-diam aku mulai mengagumi mereka bertiga dan mulai membayangkan disetubuhi oleh mereka bertiga.<br />
<br />
Aku sudah lagi tidak peduli dengan suasana romantis di kamar Pak Broto, tapi aku sudah mulai membayangkan suasana liar yang akan terjadi berikutnya. Tiba-tiba saja Pak Broto sudah mulai mencium bibirku. Aku yang dari tadi sedang menghayal jelas terkejut, walaupun tidak lama dan langsung membalas ciuman dari Pak Broto. Tak lama berselang Faisal dan Hans langsung bergabung. Faisal datang dari belakangku dan langsung menciumi leherku sedangkan Hans langsung ke tujuan dengan meremas kedua dadaku. Hal ini jelas saja membuat nafsuku meledak. Aku tidak tahan untuk tidak bersuara, dan akhirnya akupun mulai mengeluarkan desahan dari mulutku.<br />
<br />
Setelah itu bajuku dan celana panjang yang aku pakai mulai dilepas dari tubuhku sehingga terlihat bra dan cd yang aku kenakan. Hal ini jelas saja membuat mereka bertiga tambah liar untuk menjamah tubuhku. Dan tak lama berselang bra dan cdku pun ikut lepas dari tubuhku sehingga aku benar-benar bugil. Sudah tidak ada lagi perasaan canggung dan malu di diriku. Yang ada hanya nafsu yang sudah berada di ubun-ubun. Setelah itu mereka bertiga pun melepas pakaiannya masing-masing. Dan aku benar-benar tidak bisa menyembunyikan rasa kagetku ketika mereka bertiga sudah bugil. Karena mereka semua mempunyai ukuran penis yang sangat besar bagiku. Panjang penisnya sekitar 20 cm dan berdiameter kira-kira 4-5 cm. Aku sendiri tidak dapat membedakan secara pasti punya siapa yang paling besar. Karena ukuran penis mereka yang hampir sama. Tapi yang jelas berbeda sekali dengan punya suamiku yang hanya sekitar 13cm dengan diameter 2 cm. Aku dihadapkan dengan tiga penis raksasa. Perasaan takut dan penasaran bercampur aduk di diriku. Takut karena belum pernah melihat penis dengan ukuran sebesar itu. Penasaran karena perempuan mana yang tidak mau vaginanya dimasuki penis seperti itu.<br />
<br />
Setelah semuanya bugil mereka membimbingku untuk jongkok, dan setelah itu mereka semua mengelilingiku. Mereka minta dioral secara bergantian. Lalu kulakukan permintaan itu dengan senang hati walaupun agak bersusah payah. Aku sering mengoral suamiku, tetapi yang ini beda. Tiga penis dengan ukuran jauh dari penis suamiku. Ukuran penis mereka membuat aku agak gelagapan dan sedikit sesak nafas awalnya. Tapi lama-lama akhirnya aku bisa menguasai keadaan juga. Ketika aku mengoral penis pak Broto kedua tanganku mengocok penis Hans dan Faisal, begitu seterusnya. Jika satu sedang kuoral maka yang dua lagi kebagian kocokan tanganku.<br />
“Aarrrgghhh nikmat sekali seponganmu anti” ucapan itu terlontar dari Faisal ketika mendapat giliran dioral olehku. Hans mendapat giliran terakhir untuk kuoral.<br />
<br />
Dan ketika giliran Hans mereka membimbingku ke arah tempat tidur. Rupanya mereka memintaku untuk mengoral Hans sambil terlentang sementara penis Hans berada di atas mulutku. Ketika sedang asik-asiknya menikmati penis Hans, tiba-tiba kurasakan rangsangan hebat di kedua payudaraku dan di vaginaku. Rupanya Faisal sedang asik menggerayangi kedua payudaraku. Dia sedang asik meremas dan menjilati kedua payudaraku. Sedangkan Pak Broto berada di selangkanganku, dia terlihat asik menjilati vaginaku. Terang saja aku mengoral Hans sambil mengerang (ingin berteriak tidak bisa karena mulutku disumpal penis Hans) keenakan karena perlakuan kedua orang tadi terhadap dua tempat sensitif di tubuhku. Tak lama kemudian Hans melepaskan penisnya dari mulutku lalu bergabung dengan Faisal untuk menikmati payudaraku. Faisal menggarap payudara kiriku sedangkan Hans yang kanan pak Broto tetap menjilati vaginaku. Hal ini membuatku terangsang hebat sehingga tidak tahan lagi untuk berteriak dan meracau.<br />
<br />
“Aarrrrgghhh, nikmat banget… teruuussss… aaarrgghhh… aayoo teruusss”<br />
Akhirnya aku sampai juga pada orgasmeku yang pertama. Tak lama kemudian aku merasakan sesuatu menempel di bibir vaginaku. Setelah kulirik ternyata pak Broto sudah siap memasukkan penisnya itu ke dalam vaginaku. Aku merasakan penis pak Broto semakin lama semakin mendesak vaginaku. Aku merasa seperti perawan lagi karena begitu susahnya penis pak Broto memasuki vaginaku. Terang saja susah, penis sebesar itu mencoba masuk ke dalam vaginaku yang biasanya hanya dimasuki penis Bayu yang sekarang menjadi biasa bagiku. Terbantu oleh vaginaku yang sudah basah akhirnya penis pak Broto berhasil masuk juga. Perlahan-lahan pak Broto mulai menggoyangkan penisnya keluar masuk di vaginaku. “Arrrghhh broto… terus… cepetin donkk.. ent*tin…” aku sudah meracau tak karuan karena penis pak Broto yang menghadirkan kenikmatan yang luar biasa. Ditambah lagi Hans dan Faisal yang masih sibuk dengan kedua payudaraku.<br />
<br />
Akhirnya setelah dirasa lancar pak Brotopun mulai mempercepat goyangannya. Baru beberapa goyangan saja aku sudah orgasme lagi padahal kulihat pak Broto masih kuat menggoyang penisnya. Makin lama makin cepat dan cepat sampai akhirnya aku tak tahan dan sampai pada orgasme ku yang kesekekian kali. Setelah agak lama terasa goyangan pak Broto semakin cepat dan cepat kemudian sampai pada goyangan dia yang terakhir, tubuhnya mengejang keras sekali, suaranya melenguh setengah berteriak. Dan aku bisa merasakan kalau dia orgasme. Semburan spermanya di dalam vaginaku terasa sekali. Tak lama berselang pak Broto mencabut penisnya dan aku didatangi oleh Hans dan Faisal yag tampak sudah tidak sabar. Aku lihat Hans membawa baby oil. “Untuk apa?” tanyaku. “Sudahlah nikmati saja” begitu kata Hans.<br />
<br />
Karena memang gairahku masih diatas akhirnya aku tidak pedulikan lagi. Tak lama mereka memintaku untuk berposisi doggy style, dan aku iyakan saja toh aku juga terbiasa dengan gaya itu. Tapi betapa kagetnya ketika kurasakan Hans menumpahkan baby oil di lubang pantatku dan di penisnya lalu kemudian berusaha memasukkan penisnya itu ke pantatku. Tadinya aku ingin berontak, tetapi Faisal memegangi tubuhku dengan erat supaya tidak berontak. Terasa sedikit sakit ketika penis Hans mencoba untuk memasuki lubang pantatku tetapi kemudian setelah masuk terasa nikmat yang luar biasa juga. Tidak kalah dengan nikmatnya ketika masuk ke vagina. Lalu Hans kemudian mulai untuk menggoyang penisnya di dalam pantatku. Ketika sudah lancar dan baru beberapa saat Hans meminta merubah posisi tanpa melepaskan penisnya dari pantatnya. Kami berdua terlentang dan bertindihan dengan aku diatasnya. Sehingga makin kurasa Penis itu bergerilya di lubang pantatku.<br />
<br />
Tak lama kemudian Faisal menghampiri kami dan sudah siap dengan penisnya yang sudah berdiri tegak dan diarahkan ke vaginaku yang terbuka menantang. Akhirnya Faisal memasukkan penisnya ke dalam vaginaku berbarengan dengan Hans dia menggoyangkan penisnya keluar masuk vaginaku. Sebuah pengalaman luar biasa yang belum aku alami sebelumnya. Aku disetubuhi dua laki-laki secara bersamaan. Benar-benar terasa nikmat sekali, ditambah lagi keduanya ditambah pak Broto merupakan sosok lelaki gagah, tampan dan enak dipandang. Pergumulan kami bertiga tak terasa membuatku orgasme berkali-kali, karena rasa nikmat yang luar biasa. Dan akhirnya Faisal dan Hans secara bersamaan mencapai orgasmenya. Hans mengerluarkan spermanya di dalam pantatku sedang Faisal di dalam vaginaku.<br />
<br />
Setelah itu kami berempat mebersihkan diri, dan rupanya di meja makan sudah disiapkan makanan untuk kami berempat. Setelah kami makan akhirnya aku izin untuk pulang dan tidak lupa membuat janji untuk pertemuan berikutnya dengan mereka.<br />
<br />
Setelah kejadian itu aku merasakan tidak nafsu lagi dengan Bayu ketika dia mengajakku untuk bersetubuh. Aku hanya berusaha menjalankan kewajibanku saja. Tetapi jujur saja aku tidak merasa puas. Karena aku sudah menemukan sesuatu yang lebih diluar sana. Dan setelah semua hutang-hutang Bayu lunas aku sering kali mendatangi mereka atau salah satu dari mereka untuk minta disetubuhi. Aku sudah sampai pada taraf ketagihan yang luar biasa. Pada akhirnya akupun jujur kepada Bayu tentang hal yang selama ini terjadi. Dia terkejut, tapi tak biasa marah karena aku melakukan itu untuk melunasi hutang-hutangnya. Setelah kutanyai apakah dia ingin menuntut cerai diriku, dia tidak mau menceraikanku dengan alasan dia masih sayang. Aku memberikan syarat kepada Bayu yaitu, aku bebas bersetubuh dengan ketiga orang itu kapanpun dan dimanapun aku mau tanpa harus dicemburui. Akhirnya Bayu menyetujuinya, karena masih menyayangiku.<br />
<br />
Pernah suatu saat ketika Bayu pulang ke rumah dia mendapati diriku sedang bersetubuh dengan ketiga pria tersebut. Ketika dia akan pergi justru dia dipaksa untuk duduk dan menyaksikan kami oleh pak Broto, Hans dan Faisal. Bahkan dia juga ditelanjangi oleh mereka didepanku. Mereka sengaja melakukan itu hanya untuk membandingkan ukuran penis mereka dan Bayu dan memang penis Bayu menjadi terlihat kecil sekali. Sebenarnya aku kasihan melihatnya diperlakukan seperti itu. Tetapi karena hawa nafsu yang sudah menguasai diriku, maka tak kuacuhkan dia dan aku hana melayani penis-penis raksasa yang dapat memuaskan vaginaku.yunnileehttp://www.blogger.com/profile/15596533211185417604noreply@blogger.comIndonesia-0.789275 113.92132700000002-31.6684965 72.61273300000002 30.0899465 155.22992100000002tag:blogger.com,1999:blog-2527921526551706948.post-68414696482269636662016-12-07T23:53:00.005+07:002016-12-07T23:53:54.404+07:00Kutaklukkan 2 Wanita Dalam 1 Ranjang<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwFowbQRlQVHP7Fzncu-8dAOtv0pL_-miVDaTfETtfm-1c2mhUgk2DFZ-29fNRYqjlO5-ssZwfrSxKSfWk1_yD9zrVoTsP6PMQe_zdH7Lv4OMHs_NfOeU-FZvzid5ZGF2cAq3hk9oD-ybe/s1600/images+%25283%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwFowbQRlQVHP7Fzncu-8dAOtv0pL_-miVDaTfETtfm-1c2mhUgk2DFZ-29fNRYqjlO5-ssZwfrSxKSfWk1_yD9zrVoTsP6PMQe_zdH7Lv4OMHs_NfOeU-FZvzid5ZGF2cAq3hk9oD-ybe/s320/images+%25283%2529.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
Tak lama setelah aku makan sebuah restoran Sea food,niatku kembali kerumah tapi kayaknya masih terlalu banyak waktu.Aku tidak mau buang-buang waktu,ku pikir berenang lebih bagus.Ya ini mumpung ada gunanya juga,jaga kesehatan tidak salah saya juga itung-itung menabung untuk sehat di hari esok. Dari pada waktu itu saya gunakan untuk happy yang tidak tentu kapan habisnya.berenang di kolam renang milik sebuah Country Club tepatnya sambil menikmati suasana ya begitu,cewek-cewek yang nampang berbikini tak asing karena disini adalah kolam renang jadi sudah sewajarnya. dimana saya tercatat sebagai membernya juga. Saat itu sudah amat sore, sekitar pukul 5 . matahri sudah mulai tenggelam berganti malam yang segera menjelang, Saya baru saja naik ke pinggir kolam renang untuk handukkan. Saya melihat ada seorang gadis mungil bersama anak perempuan kecil, gadis itu kira-kira berusia antara 14-15 tahun. Karena gadis itu berdiri tidak jauh dari saya, saya liatin aja dia. Untuk usia segitu, badannya bolah dibilang bagus, wajah manis, kulit putih bersih, rambut panjang, swimsuit yang benar-benar sexy dan sekilas saya lihat bibir dan dadanya yang menantang sekali. Setelah saya perhatikan baik-baik, tiba-tiba ?adik kecil? saya bangun, bagaimana tidak,… ternyata dia tidak mengenakan celana dalam. Hal ini nyata sekali dari belahan vaginanya yang tercetak di baju renangnya itu.<br />
<br />
Eh,…ngak disangka-sangka, si anak kecil (yang ternyata adiknya), menghampiri saya, lalu dia bilang ?Om, mau main bola sama Grisa gak ??<br />
?Eh,… mmh,… boleh,… kamu sama kakakmu ya ?? tanya saya gugup.<br />
?Iya,… itu kakak !? katanya sambil menunjuk kakaknya. Lalu saya hampiri dia dan kami berkenalan. Ternyata, gadis manis itu bernama Revi, dan juga, dia baru kelas 2 SMP. ?Mmh, Revi cuma berdua sama Grisa ?? tanya saya mencoba untuk menghangatkan suasana.<br />
?Nggak Om, kami sama mami. Mami lagi senam BL di Gym diatas!? kata Revi sambil menunjuk atas gedung Country Club. ?Ooo,… sama maminya, toh? kata saya,?Papi kamu ndak ikut Rev ??<br />
?Nggak, Papi kan kalo pulang malem banget, yaa,… jam-jam 2-an gitu deh. Berangkatnya pagiii bener? katanya lucu.<br />
Saya tersenyum sambil memutar otak untuk dapat berkenalan sama maminya, ?Mmh, mami kamu bawa mobil Rev ? kalo ndak bawa, nanti pulang sama Om saja, mau ndak ? Sekalian Om kenalan sama mami kamu, boleh kan ??<br />
?Boleh-boleh aja sih Om. Tapi, rencananya, habis dari sini, mau ke Mall sebentar. Grisa katanya mau makan McD.?<br />
?O,.. ya udah ndak apa-apa. Om boleh ikut kan ? Nanti pulangnya Om anterin? Tapi yang menjawab si kecil Grisa, ?Boleh,… Om boleh ikut,….”<br />
<br />
<b>Kutaklukkan 2 Wanita Dalam 1 Ranjang</b><br />
Sekitar ½ jam kami mengobrol, mami mereka datang. Dan ternyata, orangnya cantik banget. Tinggi dan postur tubuhnya benar-benar mengingatkan saya pada Mirna, mirip abis. Buah dada yang besar dan ranum, leher dan kulit yang putih,… pokoknya mirip. Singkat cerita, kami pun berkenalan. Revi dan Grisa berebut bercerita tentang awal kami semua berkenalan, dan mami mereka mendengarkan sambil tersenyum-senyum, sesekali melirik ke saya. Nama mami mereka Imel, umurnya sudah 29 tahun, tapi bodinya,… 20 tahun. Ngobrol punya ngobrol, ternyata Imel dan suaminya sedang pisah ranjang. Saya dalam hati berkata, wah,… kesempatan nih. Makanya setelah makan dari Mall, saya memberanikan diri untuk mengantarkan mereka ke rumah, dan ternyata Imel tidak berkeberatan. Setelah sampai di rumahnya di bilangan Cilandak, saya dipersilahkan masuk, langsung ke ruang keluarganya.<br />
<br />
Waktu itu sudah hampir jam 8 malam. Grisa yang sepertinya capek sekali, langsung tidur. Tapi saya, Imel dan Revi ngobrol-ngobrol di sofa depan TV.?Mel, suamimu sebenarnya kerja dimana??, tanya saya.<br />
?Anu mas,… dia kontaraktor di sebuah perusahaan penambangan gitu,? jawab Imel ogah-ogahan.<br />
?Iya Om, jangan nanya-nanya Papi.Mami suka sebel kalo ditanya tentang dia,? timpal Revi, yang memang kelihatan banget kalo dia deket sama maminya.Mendengar Revi bicara seperti itu, Imel agak kaget, ?Revi, nggak boleh bicara gitu soal Papi, tapi bener mas, aku ngak suka kalo ditanya soal suamiku itu”.<br />
?Iya deh, aku nggak nanya-nanya lagi,…? kata saya sambil tersenyum.?Eh Iya,… Mas Vito mau minum apa ?? tanya Imel sembari bangkit dari sofa, ?Kopi mau ?<br />
?Eh,… iya deh boleh,… ? jawab saya.Tak lama kemudian Imel datang sambil membawa 2 cangkir kopi.?Ini kopinya,…? katanya sambil tersenyum. Revi yang sedang nonton TV, dengan mimik berharap tiba-tiba berkata, ?Om, malem ini nginep di sini mau ya ? bolehkan mam ?? Imel yang ditanya, menjawab dengan gugup, ?Eh,… mmh,… boleh-boleh aja,… tapi emangnya Om Vito mau ?? Merasa dapat durian runtuh, saya menjawab sekenanya, ?Yah,… mau sih,… ?<br />
Singkat cerita, waktu sudah menunjukkan jam ½ 12 malam ketika Imel berdiri dari sofa dan berkata, ?Mas Vito,aku mau ganti baju tidur dulu ya ??<br />
?Eh, iya,… ? jawab saya, ?kamu ndak tidur Rev, kan besok sekolah ???Mmh, belom ngantuk,… ? jawabnya lucu.Tak lama kemudian, Imel datang lagi ke ruang TV dengan mengenakan busana tidurnya yang tipis sekali. Di dalamnya dia hanya memakai celana dalam jenis G-string dan Bra tanpa tali. Revi yang sedang tidur-tiduran di karpet terbelalak kaget melihat maminya memakai baju se-sexy itu.?Ya ampun,… mami,… bajunya itu lho, gak sopan banget.?<br />
?Gak papa Rev?, mami udah lama nggak pake baju ini. Sekalian nyobain lagi,? kata Imel sambil tersenyum ke arah saya, ?Om Vito aja nggak keberatan, masa kamu keberatan sih ??<br />
<br />
Saya yang masih terkagum-kagum dengan kemulusan body Imel, tidak bisa bicara apa-apa lagi.? Rev? kamu tidur sana, sudah malam. Besok terlambat sekolah,… mami masih mau ngobrol sama Om Vito,… sana tidur!? kata Imel.Saya yang memang sudah pingin sekali mencoba tubuh Imel, juga ikut-ikutan ngomong, ?Iya, Rev? besok telat masuk sekolahnya,… kamu tidur duluan sana.?Revi sepertinya kesal sekali di suruh tidur, ?Aaahh,… mami nih. Orang masih mau ngobrol sama Om Vito kok,…? tapi dia masuk juga ke kamarnya.<br />
Setelah ditinggal Revi, saya mulai melakukan agresi militer.?Mel, kok kamu pake baju kaya gitu sih ? kamu tidak malu apa sama aku, kita kan baru kenal. Belum ada 1 hari,… kamu ndak takut apa kalo? aku apa-apain ? ?Mas, aku memang sudah lama nggak pake baju ini. Kalaupun toh pake, suamiku sudah nggak peduli lagi kok sama aku. Dia lebih memilih sekretarisnya itu,? kata Imel dengan mimik muka sedih.?Berarti suami mu itu tolol. Dia nggak liat apa, kalo istrinya ini punya badan yang bagus, kulitnya putih, bibirnya tipis,… wah, kalo aku jadi suamimu, thak perem kamu ndak boleh keluar kamar,? kata saya bercanda.<br />
?Dan lagi kamu punya ?itu? mengkel banget,…?Si Imel menatap saya dengan wajah lugu, ?Itu apa mas ???Mmh, boleh aku jujur tidak ???Boleh,… ngomong aja ??Anu,… payudaramu itu lho,… mengkel banget, dan lagi aku yakin kalo ?anu?mu pasti seukuran satu sendok makan? kata saya sambil melakukan penetrasi dengan mengelus pahanya.?Ooo,… ini,? kata Imel sambil memegang buah dadanya sendiri, ?Mas Vito mau ? terus apaku yang seukuran…?Belum selesai Imel berbicara, langsung saja aku potong dengan memegang dan mengelus kemaluannya, ?Ini,.. mu,… buka dong bajumu !? kata saya asal.<br />
Imel yang sepertinya sudah setengah jalan, langsung melepas kain tipis yang menutupi tubuhnya. Sambil mengulum bibirnya yang tipis dan hangat, saya langsung membuka bra-nya. Imel dengan gerakan spontan yang halus sekali, membiarkan celana dalamnya saya lucuti.?Mas, aku sudah telanjang. Sekarang gantian ya,…? kata Imel tanpa memberi saya kesempatan bicara, Imel langsung melepas baju dan celana serta celana dalam saya, akibatnya dia shock setengah mati melihat batangan saya yang sudah terkenal itu. Hebatnya lagi, dia tanpa minta ijin, langsung jongkok di bawah saya dan mengulum si ?adik? dengan beringas. Sekitar 5 menit kemudian, dia berdiri dan menyuruh saya untuk menjilati bibir vertikalnya. Imel kelojotan setengah mati, ketika lidah saya menyapu dengan kasar klitorisnya.<br />
<br />
Imel saya suruh terlentang di karpet dan membuka kakinya, ?Veggy?nya yang sudah basah itu, saya hajar dengan gerakan tajam dan teratur. Sambil terus menyerang, saya meremas buah dadanya yang besar, dan menghisap lidahnya dalam-dalam ke mulut saya. Sekitar 10 menit kami melakukan gaya itu, kemudian dia berdiri dan membelakangi saya dengan posisi menungging dan berpegangan di meja komputer didepannya, dia membuat jalan masuk dengan menggunakan kedua jarinya. Langsung saya pegang pantatnya dan saya tusuk dia perlahan-lahan sebelum gerakan makin cepat karena licinnya liang surga itu. Tak lama kemudian, Imel bergetar hebat sekali,… dia orgasme, tapi cairan sperma saya belum juga mau keluar. Saya percepat gerakan saya, dan tidak memperdulikan erangan dan desahan Imel, dalam hati saya berkata, dia enak sudah klimaks, aku kan belum. Tak lama kemudian saya sudah ndak tahan. Saya tanya : ?Mel, aku mau keluar,… dimana nih ??Di tengah cucuran keringat yang amat banyak, Imel mendesah sambil berpaling ke arah saya, ?Di dalam aja mas ! biar lengkap ?Benar saja, akhirnya cairan saya, saya semprotkan semua di dalam liang vaginanya. Banyak sekali, kental dan lengket.<br />
<br />
Setelah itu, kami duduk di sofa sambil dia saya suruh menjilati ?Mr. Penny? saya. Hisapan Imel tetap tidak berubah, tetap penuh gairah, walaupun bibirnya terkadang lengket di kepala ?Mr. Penny? saya.Sekitar 5 menit, Imel menikmati si ?vladimir?, sebelum dia akhirnya melepaskan hisapannya dan bangun.?Mas, aku ke kamar mandi dulu ya,? katanya, ?Aku mau nyuci ?ini? dulu,? sambil dia mengelus vaginanya sendiri.?Ya,… jangan lama-lama,… ? kata saya.Karena sendirian, saya kocok saja sendiri batangan saya. Tiba-tiba si Revi keluar kamar,… dia berdiri di depan pintu kamarnya sambil memperhatikan saya. Saya kaget sekali.?Loh, Rev… kamu belum tidur ?? tanya saya setengah panik.?Belum.? Jawabnya singkat. Lalu dia berjalan ke arah saya, sementara saya berusaha menutupi ?Mr. Penny? saya dengan bantal sofa. ?Om, tadi ngapain sama mami ?? tanyanya lagi.?Eh,… anu,… Om sama mami lagi… ? belum selesai saya menjelaskan, Imel masuk ke ruang TV.<br />
<br />
Dia kaget sekali melihat Revi ada di situ. Sambil tangan kanannya menutupi vaginanya dan tangan kirinya menyilang menutupi buah dadanya yang ranum (tidak semua tertutupi sih…),Imel berkata, ?Rev kamu ngapain, kok belum tidur ??Revi berpaling menghadap Maminya, ?Aku nggak bisa tidur, Mami tadi berisik banget. Ngapain sih sama Om Vito ??Akhirnya saya menjelaskan, setelah sebelumnya menyuruh Imel duduk di samping saya, dan Revi saya suruh duduk di karpet, menghadap kami.?Revi, kamu kan tahu, Papi sama Mamimu sudah pisah ranjang selama hampir 4 bulan. Sebenarnya Om sama Mami sedang melakukan kegiatan yang sering dilakukan sama Mami dan Papimu setiap malam. Om dan istri Om juga sering melakukan ini,? kata saya sambil melirik Imel yang terlihat sudah agak santai. ?Tapi karena sekarang ndak ada Papi, Mami minta tolong Om Vito untuk melakukan hal itu.?Revi terlihat sedikit bingung, ?Hal itu hal apa Om ??Di sini, Imel mencoba menjelaskan, ?Rev, Mami jangan disalahin ya,…Revi sayang Mami kan ??Revi tersenyum, ?Iya lah, mi. Revi saayyaaaang banget sama Mami. Tapi Revi mau tahu, Mami sama Om Vito ngapain ??Saya tersenyum sendiri mendengar rasa ingin tahu Revi yang cukup besar, ?Om Vito sama Mami lagi making love.<br />
<br />
Kamu tahu artinya kan ???Mmh,… iya dikit-dikit. Jelasin semua dong Om,… Revi mau lihat,? jawab Revi.Wah,… kaget sekali mendengar Revi bicara begitu. Lalu saya melirik Imel, dan Imel mengangguk mengerti. ?Revi beneran mau lihat Mami sama Om Vito making love ?? tanya Imel.Revi menjawab dengan polos, ?Iya mau. Dan kalau Om Vito mau ngajarin, Revi juga mau diajarin,… biar bisa?. Saya beneran seperti ketiban durian runtuh, ?Mmhh, tanya Mami ya ?! soalnya Om tidak bisa ngajarin, kalo Mamimu tidak ngijinin,… Om sih mau aja ngajarin.?Revi merajuk, merayu Maminya, ?Mi, boleh ya ??Imel ragu-ragu menjawab, ?Kamu lihat aja dulu deh ya ?!?Sambil tersenyum Revi menjawab, ?Iya deh,…,? senang sekali ia.<br />
Setelah itu, Revi saya suruh mundur beberapa langkah, dia masih duduk dan memperhatikan dengan serius, ketika saya ?memamerkan? batangan besar saya. Dan Revi hanya bisa melongo ketika saya mengulum bibir Maminya sambil mengelus-elus vagina yang tanpa bulu itu. Tak lama kemudian, Imel saya suruh untuk melakukan pekerjaan menghisap lagi. Sambil Imel disibukkan dengan pekerjaannya itu, saya menyuruh Revi untuk duduk mendekat disamping saya.?Lihat Rev, Mami seneng banget kan ?? kata saya. Sementara Imel melirik kami sambil terus menjilati ?Mr. Penny? saya. ?Revi sudah pernah ciuman belom ?? tanya saya.?Belum Om.??Mau Om ajarin ndak ?? tanya saya lagi sambil melingkarkan tangan saya di lehernya.?Mau !? jawabnya singkat.?Ya sudah,… Revi ikutin Om aja ya,… apa yang Om Vito lakukan, diikutin ya ?!?Belum sempat Revi menjawab, saya langsung saja mengulum bibirnya, tegang sekali si Revi. Ketika saya menarik lidah saya dengan lembut di dalam mulutnya, Revi terasa berusaha mengikuti, walaupun dengan gerakan yang tidak beraturan.<br />
<br />
Imel terus menghisap batangan saya, ketika saya melucuti tubuh anaknya yang putih bersih dan mulus itu. Buah dada Revi memang belum begitu besar, tapi untuk ukuran anak kelas 2 SMP, sudah cukup ranum. Puting susunya masih berwarna merah muda dan ketika saya memilin-milinnya, si Revi bergelinjang kegelian. Tak lama kemudian, Imel berlutut di depan saya dan membantu Revi melepas celana dalamnya yang berwarna hijau muda. Revi menurut aja ya sama Om Vito ?kata Imel. Sementara saya meremas-remas toketnya, Imel menyuruh Revi untuk menggenggam batang ?Mr. Penny? saya.?Rev, sekarang kamu jongkok disini ya ? kata Imel, ?Kamu hisap ?Mr. Penny?nya Om Vito, seperti Mami tadi. Jangan dihisap terus, nanti kamu kehabisan nafas, ? Imel tersenyum sayang kepada Revi, ?Kadang di lepas, terus di jilat-jilat. Pokoknya kayak Mami tadi. Bisa kan ??Revi menjawab singkat, ?Bisa, mam ?Saya mengarahkan si ?adik? ke mulut Revi, sambil mengelus rambutnya yang hitam legam. ?Pelan-pelan Rev, jangan ditelan semuanya ya !? Revi tersenyum.Imel memperhatikan cara Revi menghisap, kadang dia memberikan instruksi.<br />
<br />
Tak lama setelah itu, saya menyuruh Revi berdiri. Saya tersenyum memandang vaginanya yang masih rapat, tampak bulu-bulu halus menghiasi lubang sempit yang berwarna putih kemerahan itu. Terus terang saya tidak tega untuk menembusnya. Ya sudah, saya ciumi dan jilati saja ?Veggy? muda itu. Revi benar-benar kegelian. Akhirnya, Imel menyuruh Revi istirahat. Pekerjaannya dilanjutkan oleh Imel. Tanpa berbasa-basi, Imel langsung menduduki ?Mr. Penny? saya, dan mulai melakukan gerak maju mundur, nikmat sekali. Sambil Imel terus mengerjai ?Mr. Penny? saya, saya meremas-remas toketnya. Setelah itu, kami pindah tempat. Saya berbaring di karpet, dengan Imel masih menduduki si ?adik?, kali ini dia membelakangi saya. Revi yang hanya diam melihat aksi kami, saya suruh mendekat ke arah saya. Saya menyuruh dia untuk jongkok, dengan posisi ?Veggy?nya di mulut saya. Sambil saya remas pantatnya, saya tembus liang sempit itu dengan lidah, terkadang, saya sapu dengan jari, sampai akhirnya, setengah jari tengah saya, masuk ke ?Veggy?nya dan direspon dengan gerakan yang sangat liar. Revi mulai mendesah tidak karuan, sementara pada saat bersamaan, Maminya mendesah keenakkan.<br />
<br />
Saya mulai serius menanggapi Imel. Revi saya suruh menyingkir. Setelah itu, saya membalik tubuh Imel, sekarang dia yang dibawah. Saya lebarkan kakinya dan saya tusuk dengan tajam dan tanpa ampun. Kali ini, Imel bertahan cukup lama, dia sudah mulai terbiasa dengan tusukan-tusukan saya. Akhirnya Imel tidak tahan juga, begitu juga saya. Dia orgasme, berbarengan dengan saya yang kembali memuntahkan sperma ke dalam liang kemaluannya. Setelah melepas si ?vladimir?, Revi saya suruh menjilatinya.?Mmmhhh,….. Om… kok asin sih rasanya ?? protes Revi.Imel sambil terengah-engah menjawab, ?Memang gitu rasa sperma. Tapi enak kan ? Mami bagi dong ?!?Saya senyum-senyum saja melihat anak beranak itu berebut menjilati ?Mr. Penny? saya. Pada saat itu, saya teringat Vina (anak Mirna) yang selalu senang dan tertawa ketika melihat ibu dan tantenya berebutan ?Mr. Penny? dan menjilati sisa sperma di ujungnya. Begitu juga Imel dan anaknya, Revi, yang seperti mengagungkan batangan saya. Saya memegang kepala ibu dan anak itu, dan dengan maksud bercanda, kadang saya buat gerakan yang memaksa mereka harus berciuman dan menempelkan lidah masing-masing. Mereka tertawa dan tersenyum ceria, tanpa beban.<br />
<br />
Sekali dua kali, kami masih sering bersenggama bertiga. Tapi sekali tempo, saya hanya berdua saja dengan Revi, yang benar-benar telah merelakan keperawanannya saya ambil. Tapi kalau dengan Imel,… wow, jangan ditanya berapa kali, kami sering janjian di sebuah restoran di PIM, dan Grisa, anak bungsu Imel, selalu diajak. Pernah suatu saat, ketika saya dan Imel sedang ?perang alat kelamin? di kamar mandi rumahnya (tanpa menutup pintu), Grisa tiba-tiba masuk dan menonton dengan bingung adegan saya dan Maminya yang sedang nungging di bathtub. Dia bertanya kepada Maminya (walaupun tidak dijawab, karena sedang ?sibuk? ?Mami diapain Om Vito, kok teriak-teriak ?? katanya. Dan dia pun ikut menyaksikan kakaknya, yang saya senggamai di ruang TV, di samping Maminya yang telanjang bulat, dengan sperma di buah dadanya yang besar itu (bila saya buang di luar, dia tidak mau membersihkan sendiri, selalu menyuruh Revi untuk menjilatinya.<br />
<br />
Kami masih sering melakukan itu sampai sekarang. Untuk yang satu ini, saya tidak mau berbagi rezeki dengan teman kantor saya, tidak seperti sewaktu dengan Mirna dan Rere.yunnileehttp://www.blogger.com/profile/15596533211185417604noreply@blogger.comIndonesia-0.789275 113.92132700000002-31.6684965 72.61273300000002 30.0899465 155.22992100000002tag:blogger.com,1999:blog-2527921526551706948.post-8602480583181310852016-12-07T23:52:00.000+07:002016-12-07T23:52:02.671+07:00 Wanita Hamil Penggoda<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgH2DboOPDZQIPDLzRihjkyNab7IAJq3ZLzFZYcBEiz0wP8U0SJVKaunGSRDvtxZOm1K7iVgjXrNbzHIrjQ60EdsrbombLyS2pAxhoQe55gzYwPaI_1AGE05_X3QmjPyyr_hVC1L_KadFwF/s1600/images+%25286%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="239" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgH2DboOPDZQIPDLzRihjkyNab7IAJq3ZLzFZYcBEiz0wP8U0SJVKaunGSRDvtxZOm1K7iVgjXrNbzHIrjQ60EdsrbombLyS2pAxhoQe55gzYwPaI_1AGE05_X3QmjPyyr_hVC1L_KadFwF/s320/images+%25286%2529.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
Saya adalah mahasiswa di salah satu perguruan tinggi swasta di selatan Jakarta. Salam kenal untuk warga situs 17tahun. Awal cerita saya dimulai saat saya menghadiri sebuah acara pemberian penghargaan, di sana saya datang bersama teman saya, sebut saja Hamdan. Saya diperkenalkan oleh teman saya kepada salah satu tamu yang hadir di acara tersebut, dan ternyata setelah dipertegas, nama tamu tersebut adalah DB. Yang belakangan saya ketahui dia adalah salah satu artis Indonesia. Singkat cerita, malam itu berlalu begitu saja.<br />
<br />
Seminggu setelah perkenalan tersebut, saya ditawari untuk menggarap proyek perayaan Hari Ulang Tahun oleh teman yang mengenalkan saya dengan DB, memang bidang saya adalah entertaiment. Teman saya yang mengenalkan saya namanya Shebi. Singkat kata, saya terima proyek yang diberikan oleh Shebi. Dan ternyata yang punya kerjaan itu adalah DB, untuk perayaan ulang tahunnya yang ke 34.<br />
<br />
Saya pun dipertemukan oleh Shebi dengan DB di rumah DB yang terlihat cukup megah. Saya dan Shebi menunggu DB yang sedang mandi di ruang keluarga. Di sana saya ngobrol cukup banyak dengan Shebi (yang perlu pembaca ketahui, Shebi sedang hamil 7 bulan). Obrolan berlangsung santai dan sampai menyerempet ke masalah kehidupan seks Shebi, ternyata Shebi yang memiliki tinggi 170 cm, ukuran BH 38, dan m size ini memiliki libido seks yang cukup tinggi. Shebi pun mulai merapatkan posisi duduknya mendekati saya (karena kami duduk di atas sofa yang sama/sofa panjang).<br />
<b><br /></b>
<b>Wanita Hamil Penggoda</b><br />
<br />
"Dra.. coba kamu pegang perutku, sepertinya jabang bayiku ini ingin berkenalan denganmu deh..!" kata Shebi.<br />
"Ah kamu bisa saja Sheb..!" kata saya yang belum tahu arti sinyal dari Shebi itu.<br />
"Kalau nggak percaya, coba saja kamu pegang perutku ini..!" ujar Shebi yang kali ini memaksa tangan saya untuk memegang perutnya yang sudah terlihat buncit.<br />
Dan benar, sepertinya ada yang bergerak-gerak dari dalam perutnya.<br />
"Dra.. kamu pernah ngerasain begituan dengan orang hamil..?" ujar Shebi yang membuat saya kaget.<br />
"Mmm.. mm, belum tuh Sheb..""Memangnya enak apa rasanya..?" tanya saya keheranan.<br />
"Wah endang loh rasanya.."<br />
"Itu kuketahui dari suami dan brondong-brondongku.." ujar Shebi yang membuat saya tersentak tambah kaget.<br />
"Mmm.. begitu.." kata saya agak sedikit sok tenang, meskipun tegangan tubuh sudah agak naik.<br />
"Kok jawabannya cuma segitu, apa kamu nggak mau nyobain..?" ucap Shebi yang sedikit kesal karena tanggapan saya hanya sebatas itu, sedang posisi kami sudah semakin dekat.<br />
<br />
Shebi menarik sedikit ke atas long dress yang dikenakannya, dan terlihat paha mulus yang sedikit memperlihatkan timbunan lemak di sisi-sisinya dan sedikit CD hitam. Saya pun terdiam sejenak, lalu saya pegang kepala dan menatapnya serta meyakinkannya.<br />
"Sheb.., bukannya aku tidak ingin mencoba tawaran yang spektakuler ini, tetapi kamu harus lihat kita ini dimana..? Tetapi bila kamu tawari aku di posisi yang tepat, tentulah aku tak akan menolak..!" kata saya mencoba menenangkan suasana yang semakin panas itu.<br />
<br />
Saya sadar bahwa kami datang ke tempatnya DB dalam rangka suatu kerjaan, dan aku termasuk orang yang menjunjung tinggi profesionalisme.<br />
"Aku tau apa yang kamu khawatirkan Dra.." balas Shebi sambil menutup bibir saya dengan jari telunjuknya.<br />
"Kau harus tau bahwa DB itu penganut seks bebas, dan tentu doi tak akan marah kalau kita bercinta di sini, dan lagi pula di sini tidak ada orang lain selain DB.." kata Shebi mencoba meyakinkan saya sambil perlahan mengangkat kaos yang saya pakai ke atas, dan jarinya bermain di atas puting saya sambil memainkan lidahnya sendiri membasahi bibirnya yang sudah basah.<br />
<br />
Mendengar perkataannya yang meyakinkan dan juga ditambah dengan perlakuannya yang mencoba merangsang birahi saya, saya semakin yakin akan situasi yang ada. Saya pun mulai berani untuk meraba dada Shebi yang besar tanpa membuka pakaian yang melekat di tubuhnya. Shebi pun bertambah liar dengan menyusupkan tangannya mencari batang kemaluan saya yang sudah menegang sejak tadi. Sambil memilin putingnya tanpa membuka pakaiannya, tangan kiri saya pun bergerak ke bawah sambil membiarkan tangan kanan saya untuk tetap berada di atas dan Shebi pun mendesah.<br />
<br />
Sampai di tempat yang saya tuju, tangan kiri saya pun meraba dari luar CD Shebi, dan terasa ada yang basah dan lengket di sana. Lalu bibir kami pun saling mendekat dan terjadi perciuman yang cukup lama. Kami pun terlihat sudah semakin berkeringat. Kemudian tangan yang berada di daerah sensitif Shebi pun sepertinya mulai aktif melorotkan CD hitam Shebi, dan saya merasakan sentuhan bulu-bulu lebat yang sepertinya tertata rapih. Shebi pun telah sukses mengeluarkan senjata kemaluan saya dan mengocok-ngocoknya perlahan. Saya yang merasa penasaran ingin melihat kemaluan orang hamil, lalu menghentikan ciuman kami dan turun ke arah kemaluan Shebi yang duduk di sofa. Ternyata tebakan saya benar, liang kemaluan Shebi yang lebat ternyata benar-benar tertata rapih. Saya pun mulai tergiur untuk merasakan bibir kewanitaan itu dengan mulai mejilatinya secara lembut.<br />
<br />
"Achh.., achh.. kamu pintar Dra..! Truuss.. Draa..!" Shebi pun terlihat sudah tidak dapat mengontrol ucapan dan intensitas suaranya.<br />
Shebi meluruskan tubuhnya di atas sofa sambil mengocok senjata kemaluan saya. Mendapat perlawanan yang demikian nafsunya, saya pun merubah posisi menjadi 69. Saya di bawah dan Shebi di atas. Ternyata benar kata orang, kemaluan orang yang sedang hamil itu gurih rasanya.<br />
<br />
15 menit berlalu dalam posisi 69.<br />
"Dra.. please..! Masukin sekarang Say..!" pinta Shebi yang sudah tidak kuasa lagi menahan gejolak nafsunya.<br />
Mendengar itu saya tidak langsung menuruti, tetapi saya tetap saja mengigit, menjilat, meludahi liang kewanitaannya, terutama klitoris-nya yang sudah mengkilap karena basah.<br />
"Dra.., kamu jahat..!" teriak Shebi diikuti dengan melelehnya air kemaluan Shebi yang cukup banyak dari liang senggama Shebi, yang menandakan Shebi sudah mencapai orgasmenya. Saya jilat habis cairan kental yang keluar itu sampai tidak tersisa. Senjata kejantanan saya yang terhenti bergerak itu dikulum oleh Shebi. Karena orgasmenya, Shebi mengulum kemaluan saya hingga menjadi merah. Lalu dengan bantuan tangan, saya masukkan kembali senjata saya itu ke dalam mulut Shebi sambil menaik-turunkan di dalam mulutnya.<br />
<br />
"Aawww..!" saya berteriak karena batang kemaluan saya tergigit Shebi, "Kamu nakal ya..?" kata saya sambil menarik batang kejantanan saya dari mulutnya, lalu mengarahkannya ke vagina Shebi.<br />
Saya tidak langsung memasukkannya, tetapi memainkannya terlebih dulu di bibir vaginanya sampai Shebi sendiri yang memajukan pantatnya agar batang kemaluan saya dapat langsung masuk, tetapi tetap saja saya tahan agar tidak masuk.<br />
"Dra.., kamu jahat..!" ujar Shebi kesal.<br />
"Habis kamu duluan yang mulai..!" jawab saya.<br />
<br />
Tanpa kami sadari, ternyata pertempuran kami dari tadi sudah ada yang mengawasi, yaitu DB yang entah dari kapan dia sudah ada di dekat kami dengan mengunakan daster tanpa BH. Pemandangan itu kami ketahui karena daster DB sudah ada di bawah kakinya. Karena saya merasa sudah tidak tahan, akhirnya saya mulai memasukkan penis saya perlahan tapi pasti ke liang senggama Shebi. Memang awalnya sulit, tetapi karena Shebi minta untuk terus dipaksa, ya akhirnya masuk juga.<br />
<br />
"Achh.. achh..!" teriak Shebi dengan wajah memerah entah karena nafsu atau karena sakit.<br />
Ternyata liang kemaluan orang yang sedang hamil itu lebih hangat dibandingkan kemaluan wanita normal. Karena sempit dan hangatnya liang senggama Shebi, membuat saya tidak dapat bertahan lama, meskipun goyangan Shebi tidak terlalu "hot", tetapi tetap saja rasanya lebih asyik dari liang kemaluan wanita yang tidak hamil.<br />
"Sheb.. aku mau keluar..!" kata saya ditengah-tengah nikmatnya persetubuhan kami.<br />
"Aku.. keluarkan di mana Say..?" tanya saya menambahkan.<br />
"Terserah kau saja Dra..!" jawab Shebi yang ternyata juga sudah orgasme kembali.<br />
<br />
Akhirnya karena lebih enak, saya keluarkan cairan panas itu di dalam vaginanya, "Cret.. cret.. cret..!" mungkin sampai tujuh kali air mani saya tersembur di dalam liang senggama Shebi.<br />
"Ohh.., ternyata kalian di sini sudah nyolong start ya..?" ujar DB yang membuka pembicaraan.<br />
"Abis kita udah nggak tahan Mba..!" jawab Shebi.<br />
"Trus gimana proyek ultah-ku..?" tanya DB sambil memakai dasternya kembali yang tadi dilepaskan ke bawah, karena DB dari tadi menyaksikan pergulatan kami sambil bermasturbasi.<br />
"Kalau masalah itu tenang, di sini sudah ada ahlinya, tinggal kucuran dananya saja, konsepnya sudah Indra susun kok..!" jawab Shebi sambil menahan saya untuk mengeluarkan penis saya dari liang senggamanya.<br />
"Ooo.., ok aku percaya.." kata DB, "Tapi biar Indra istirahat dong..! Masa kamu monopoli sendiri itu batang..!" jawab DB sambil mengambil wine yang ada di mini bar, lalu duduk di sana, memperhatikan kami yang akhirnya mengambil pakaian kami masing-masing.<br />
<br />
"Dra.., kamu besok bisa ambil dananya di sini.." kata DB.<br />
"Lo nggak mau nyobain punyanya Indra..?" celetuk Shebi, "Ntar nyesel..?" tambahnya.<br />
"Jangan sekarang deh, abis tanggung, sebentar lagi Bapak mau jemput gue.." jawab DB.<br />
"Ooo.." jawab Shebi yang sepertinya mengetahui bahwa DB kalau main itu tidak cukup kalau hanya 3 atau 4 ronde saja.<br />
<br />
"Ya sudah, kami pamit dulu deh kalau gitu, biar besok si Indra saja yang datang ke sini sendiri.." kata Shebi.<br />
Saya yang dari tadi diam saja hanya manggut tanda setuju untuk datang lagi esok.<br />
"Tapi besok kamu datangnya malam saja ya..!" pinta DB.<br />
"Ooo.., sekalian kamu cobain ya..?" pancing Shebi sambil tersenyum.<br />
"Apa kamu mau ikutan Sheb..?" tanya DB.<br />
"Nggak ah, abis main sama lo harus lama, gue takut kandungan gue bermasalah lagi.""Kalau dokter gue bilang nggak apa-apa sich gue ok aja, tapi kalau kebanyakan digenjot nanti bocor lagi..!" kata Shebi sambil tertawa.<br />
"Ya udah ngga pa-pa, tapi kamu pasti datang kan Dra..?" tanya DB.<br />
"Ya.." jawab saya singkat.<br />
"Ya sudah kita cabut ya..?" ujar Shebi ke DB.<br />
"Ya, ok lah.."<br />
"Bye, Dra jangan lupa ya atau kontrak kita batal nich..!" sambil mencubit dagu saya.<br />
<br />
Begitulah kisah saya dengan Shebi, pembaca tunggu saja kisah saya dengan DB, artis ibu kota yang terkenal sampai sekarang masih singgle di edisi selanjutnya. Terima kasih atas perhatian rekan pembaca sekalian.yunnileehttp://www.blogger.com/profile/15596533211185417604noreply@blogger.comIndonesia-0.789275 113.92132700000002-31.6684965 72.61273300000002 30.0899465 155.22992100000002tag:blogger.com,1999:blog-2527921526551706948.post-19868331509186247992016-12-07T23:50:00.005+07:002016-12-07T23:50:41.471+07:00Ibu Maya Yang Baik Hati<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMKoNhqpAfUErKV3Jf79BFsEmZAvF4VIpswU-mmhooxEQySCI6BtH552hcaWCHK03qwV7fGfL-YQ2bRd64eDs6PrIjg7QEN-jcQTiRsBmuEFjHQbS9uaEO1M8Hb9hRGyTRga6A0kIlAxbV/s1600/images+%25282%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMKoNhqpAfUErKV3Jf79BFsEmZAvF4VIpswU-mmhooxEQySCI6BtH552hcaWCHK03qwV7fGfL-YQ2bRd64eDs6PrIjg7QEN-jcQTiRsBmuEFjHQbS9uaEO1M8Hb9hRGyTRga6A0kIlAxbV/s320/images+%25282%2529.jpg" width="212" /></a></div>
<br />
Setelah tamat dari SMU, aku mencoba merantau ke Jakarta. Aku berasal dari keluarga yang tergolong miskin. Di kampung orang tuaku bekerja sebagai buruh tani. Aku anak pertama dan memiliki dua orang adik perempuan, yang nota bene masih bersekolah.<br />
<br />
Aku ke Jakarta hanya berbekal ijazah SMU. Dalam perjalanan ke Jakarta, aku selalu terbayang akan suatu kegagalan. Apa jadinya aku yang anak desa ini hanya berbekal Ijazah SMU mau mengadu nasib di kota buas seperti Jakarta. Selain berbekal Ijazah yang nyaris tiada artinya itu, aku memiliki keterampilan hanya sebagai supir angkot. Aku bisa menyetir mobil, karena aku di kampung, setelah pulang sekolah selalu diajak paman untuk narik angkot. Aku menjadi keneknya, paman supirnya. Tiga tahun pengalaman menjadi awak angkot, cukup membekal aku dengan keterampilan setir mobil. Paman yang melatih aku menjadi supir yang handal, baik dan benar dalam menjalankan kendaraan di jalan raya. Aku selalu memegang teguh pesan paman, bahwa : mengendarai mobil di jalan harus dengan sopan santun dan berusaha sabar dan mengalah. Pesan ini tetap kupegang teguh.<br />
<br />
Di Jakarta aku numpang di rumah sepupu, yang kebetulan juga bekerja sebagai buruh pabrik di kawasan Pulo Gadung. Kami menempati rumah petak sangat kecil dan sangat amat sederhana. Lebih sederhana dari rumah type RSS ( Rumah Susah Selonjor). Selain niatku untuk bekerja, aku juga berniat untuk melanjutkan sekolah ke Perguruan Tinggi. Dua bulan lamanya aku menganggur di Jakrta. Lamar sana sini, jawabnya selalu klise, " tidak ada lowongan ".<br />
<br />
<b>Ibu Maya Yang Baik Hati</b><br />
<br />
Pada suatu malam, yakni malam minggu, ketika aku sedang melamun, terdengar orang mengucap salam dari luar. Ku bukakan pintu, ternya pak RT yang datang. Pak RT minta agar aku sudi menjadi supir pribadi dari sebuah keluarga kaya. Keluarga itu adalah pemilik perusahaan dimana pak RT bekerja sebagai salah seorang staff di cabang perusahaan itu. Sepontan aku menyetujuinya. Esoknya kami berangkat kekawasan elite di Jakarta. Ketika memasuki halaman rumah yang besar seperti istana itu, hatiku berdebar tak karuan. Setelah kami dipersilahkan duduk oleh seorang pembantu muda di ruang tamu yang megah itu, tak lama kemudian muncul seorang wanita yang tampaknya muda. Kami memberi hormat pada wanita itu. Wanita itu tersenyum ramah sekali dan mempersilahkan kami duduk, karena ketika dia datang, sepontan aku dan pak RT berdiri memberi salam " selamat pagi". Pak RT dipersilahkan kembali ke kantor oleh wanita itu, dan diruangan yang megah itu hanya ada aku dan dia si wanita itu.<br />
<br />
" Benar kamu mau jadi supir pribadiku ? " tanyanya ramah seraya melontarkan senyum manisnya. " Iya Nyonya, saya siap menjadi supir nyonya " Jawabku. " jangan panggil Nyonya, panggil saja saya ini Ibu, Ibu Maya " Sergahnya halus. Aku mengangguk setuju. " Kamu masih kuliah ?" " Tidak nyonya eh...Bu ?!" jawabku. " Saya baru tamat SMU, tapi saya berpengalaman menjadi supir sudah tiga ahun" sambungku.<br />
<br />
Wanita itu menatapku dalam-dalam. Ditatapnya pula mataku hingga aku jadi slah tingkah. Diperhatikannya aku dari atas samapi kebawah. " kamu masih muda sekali, ganteng, nampaknya sopan, kenapa mau jadi supir ?" tanyanya. " Saya butuh uang untuk kuliah Bu " jawabku. " Baik, saya setuju, kamu jadi supir saya, tapi haru ready setiap saat. gimana, okey ? " " Saya siap Bu." Jawabku. " Kamu setiap pagi harus sudah ready di rumah ini pukul enam, lalu antar saya ke tempat saya Fitness, setelah itu antar saya ke salon, belanja, atau kemana saya suka. Kemudian setelah sore, kamu boleh pulang, gimana siap ? " " Saya siap Bu" Jawabku. " Oh..ya, siapa namamu ? " Tanyanya sambil mengulurkan tangannya. Sepontan aku menyambut dan memegang telapak tangannya, kami bersalaman. " Saya Leman Bu, panggil saja saya Leman " Jawabku. " Nama yang bagus ya ? tau artinya Leman ? " Tanyanya seperti bercanda. " Tidak Bu " Jawabku. " Leman itu artinya Lelaki Idaman " jawabnya sambil tersenyum dan menatap mataku. Aku tersenyum sambil tersipu. lama dia menatapku. Tak terpikir olehku jika aku bakal mendapat majikan seramah dan se santai Ibu Maya. Aku mencoba juga untuk bergurau, kuberanita diri untuk bertanya pada beliau. " Maaf, Bu. jika nama Ibu itu Maya, apa artinya Bu ? " " O..ooo, itu, Maya artinya bayangan, bisa juga berarti khayalan, bisa juga sesuatu yang tak tampak, tapi ternyata ada.Seperti halnya cita-citamu yang kamu anggap mustahil ternyata suatu saat bisa kamu raih, nah,,,khayalan kamu itu berupa sesuiatu yang bersifat maya, ngerti khan ? " Jawabnya serius. Aku hanya meng-angguk-angguk saja sok tahu, sok mengerti, sok seperti orang pintar.<br />
<br />
Jika kuperhatikan, body Ibu Maya seksi sekali, tubuhnya tidak trlampau tinggi, tapi padat berisi, langsing, pinggulnya seperti gitar sepanyol. Ynag lebih, gila, pantatnya bahenol dan buah dadanya wah...wah...wah...puyeng aku melihatnya.<br />
<br />
Dirumah yang sebesar itu, hanya tinggal Ibu Maya, Suaminya, dan dua putrinya, yakni Mira sebagai anak kedua, dan Yanti si bungsu yang masih duduk di kelas III SMP, putriny yang pertama sekolah mode di Perancis. Pembantunya hanya satu, yakni Bi Irah, tapi seksinya juga luar biasa, janda pula !<br />
<br />
Ibu Maya memberi gaji bulanan sangat besar sekali, dan jika difikir-fikir, mustahil sekali. Setelah satu tahu aku bekerja, sudah dua kali dia menaikkan agjiku, Katanya dia puas atas disiplin kerjaku. Gaji pertama saja, lebih dari cukup untuk membayar uang kuliahku. Aku mengambil kuliah di petang hari hingga malam hari disebuah Universitas Swasta. Untuk satu bulan gaji saja, aku bisa untuk membayar biaya kuliah empat semster, edan tenan....sekaligus enak...tenan....!!! dasar rezeki, tak akan kemana larinya.<br />
<br />
Masuk tahun kedua aku bekerja, keakraban dengan Ibu Maya semakin terasa. Setelah pulang Fitness, dia minta jalan-jalan dulu. Yang konyol, dia selalu duduk di depan, disebelahku, hingga terkadang aku jadi kagok menyetir, eh...lama lama biasa.<br />
<br />
Disuatu hari sepulang dari tempat Fitnes, Ibu Maya minta diatar keluar kota. Seperti biasa dia pindah duduk ke depan. Dia tak risih duduk disebelah supir pribadinya. Ketika tengah berjalan kendaraan kami di jalan tol jagorawi, tiba-tiba Ibu maya menyusuh nemepi sebentar. Aku menepi, dan mesin mobil BMW itu kumatikan. Jantungku berdebar, jangan-jangan ada kesalahan yang aku perbuat.<br />
<br />
" Man,?, kamu sudah punya pacar ? " Tanyanya. " Belum Bu " Jawabku singkat. " Sama sekali belum pernah pacaran ?" " Belum BU, eh...kalau pacar cinta monyet sih pernah Bu, dulu di kampung sewaktu SMP" " Berapa kali kamu pacaran Man ? sering atau cuma iseng ?" tanyanya lagi. Aku terdiam sejenak, kubuang jauh-jauh pandanganku kedepan. Tanganku masih memegang setir mobil. Kutarik nafas dalam-dalam. " Saya belum pernah pacaran serius Bu, cuma sebatas cintanya anak yang sedang pancaroba" Jawabku menyusul. " Bagus...bagus...kalau begitu, kamu anak yang baik dan jujur " ujarnya puas sambil menepuk nepuk bahuku. Aku sempat bingung, kenapa Bu Maya pertanyaannya rada aneh ? terlalu pribadi lagi ? apakah aku mau dijodohkan dengan salah seorang putrinya ? ach....enggak mungkin rasanya, mustahil, mana mungkin dia mau punya menantu anak kampung seprti aku ini ?!<br />
<br />
Setelah itu kami melanjutkan perjalanan kepuncak, bahkan sampai jalan-jalan sekedar putar-putar saja di kota Sukabumi. Aku heran bin heran, Bu Maya kok jalan-jalan hanya putar-putar kota saja di Sukabumi, dan yang lebih heran lagi, Bu Maya hanya memakai pakaian Fitness berupa celana training dan kaos olah raga. Setelah sempat makan di rumah makan kecil di puncak, hari sudah mulai gelap dan kami kembali meneruskan perjalanan ke Jakarta. Ditengah perjalanan di jalan yang gelap gulita, Bu Maya minta untu berbelok ke suatu tempat. Aku menurut saja apa perintahnya. Aku tak kenal daerah itu, yang kutahu hanya berupa perkebunan luas dan sepi serta gelap gulita. Ditengah kebun itu bu Maya minta kaku berhenti dan mematikan mesin mobil. Aku masih tak mengerti akan tingkah Bu Maya. Tiba-tiba saja tangan Bu Maya menarik lengaku. " Coba rebahkan kepalamu di pangkuanku Man ?" Pintanya, aku menurut saja, karena masih belum mengerti. Astaga....setelah aku merebahkan kepalaku di pangkuan Bu Maya dengan keadaan kepala menghadap keatas, kaki menjulur keluar pintu, Bu Maya menarik kaosnya ketas. Wow...samar-samar kulihat buah dadanya yang besar dan montok. Buah dada itu didekatkan ke wajahku. Lalu dia berkata " Cium Man Cium...isaplah, mainkan sayang ...?" Pintanya. Baru aku mengerti, Bu Maya mengajak aku ketempat ini sekedar melampiaskan nafsunya. Sebagai laki-laki normal, karuan saja aku bereaksi, kejantananku hidup dan bergairah. Siapa nolak diajak kencan dengan wanita cantik dna seksi seperti Bu Maya.<br />
<br />
Kupegangi tetek Bu Maya yang montok itu, kujilati putingnya dan kuisap-isap. Tampak nafas Bu Maya ter engah-engah tak karuan, menandakan nafsu biarahinya sedang naik. Aku masih mengisap dan menjilati teteknya. Lalu bu Maya minta agar aku bangun sebentar. Dia melorotkan celana trainingnya hingga kebawah kaki. Bagian bawah tubuh Bu Maya tampak bugil. Samar-samar oleh sinar bulan di kegelapan itu. " Jilat Man jilatlah, aku nafsu sekali, jilat sayang " Pinta Bu Maya agar aku menjilati memeknya. Oh....memek itu besar sekali, menjendol seperti kura-kura. tampaknya dia sedang birahi sekali, seperti puting teteknya yang ereksi. Aku menurut saja, seperti sudah terhipnotis. Memek Bu Maya wangi sekali, mungkin sewaktu di restauran tadi dia membersihkan kelaminnya dan memberi wewangian. Sebab dia sempat ke toilet untuk waktu yang lumayang lama. Mungkin disana dia membersihkan diri. Dia tadi ke tolilet membawa serta tas pribadinya. Dan disana pula dia mengadakan persiapan untuk menggempur aku. Kujilati liang kemaluan itu, tapi Bu Maya tak puas. Disuruhnya aku keluar mobil dan disusul olehnya. Bu Maya membuka bagasi mobil dan mengambil kain semacam karpet kecil lalu dibentangkan diatas rerumputan. Dia merebahkan tubuhnya diatas kain itu dan merentangnya kakinya. " Ayo Man, lakukan, hanya ada kita berdua disini, jangan sia-siakan kesempatan ini Man, aku sayang kamu Man " katanya setengah berbisik, Aku tak menjawab, aku hanya melakukan perintahnya, dan sedikit bicara banyak kerja. Ku buka semua pakaianku, lalu ku tindih tubuh Bu Maya. Dipeluknya aku, dirogohnya alat kelaminku dan dimasukkan kedalam memeknya. Kami bersetubuh ditengah kebun gelap itu dalam suasana malam yang remang-remang oleh sinar gemintang di langit. Aku menggenjot memek Bu Maya sekuat mungkin. " jangan keluar dulua ya ? saya belum puas " Pintanya mesra. Aku diam saja, aku masih melakukan adegan mengocok dengan gerakan penis keluar masuk lubang memek Bu Maya. Nikmat sekali memek ini, pikirku. Bu Maya pindah posisi , dia diatas, dan bukan main permainannya, goyangnyanya.<br />
<br />
" Remas tetekku Man, remaslah....yang kencang ya ?" Pintanya. Aku meremasnya. " Cium bibirku Man..cium ? Aku mencium bibir indah itu dan kuisap lidahnya dalam-dalam, nikmat sekali, sesekali dia mengerang kenikmatan. " Sekarang isap tetekku, teruskan...terus.....Oh....Ohhhh.....Man...Leman...Ohhh...aku keluar Man....aku kalah" Dia mencubiti pinggulku, sesekali tawanya genit. " kamu curang....aku kalah" ujarnya. " Sekarang gilirang kamu Man....keluarkan sebanyak mungkin ya? " pintanya. " Saya sudah keluar dari tadi Bu, tapi saya tetap bertahan, takut Ibu marah nanti " Jawabku. " Oh Ya?...gila..kuat amat kamu ?!" balas Bu Maya sambul mencubit pipiku.<br />
<br />
" Kenapa Ibu suka main di tempat begini gelap ?" " Aku suka alam terbuka, di alam terbuka aku bergairah sekali. Kita akan lebih sering mencari tempat seperti alam terbuka. Minggu depan kita naik kapal pesiarku, kita main diatas kapal pesiar di tengah ombak bergulung. Atau kita main di pinggir sungai yang sepi, ah... terserah kemana kamu mau ya Man ?"<br />
<br />
Selesai main, setelah kami membersihkan alat vital hanya dengan kertas tisue dan air yang kami ambil dari jiregen di bagasi mobil, kami istirahat. Bu Maya yang sekarang tidur di pangkuanku. Kami ngobrol panjang lebar, ngalor ngidul. Setelah sekian lama istirahat, kontolku berdiri lagi, dan dirasakan oleh kepala Bu maya yang menyentuh batang kejantananku. Tak banyak komentar celanaku dibukanya, dan aku dalam sekejap sudah bugil. Disuruhnya aku tidur dengan kaki merentang, lalu Bu Maya membuka celana trainingnya yang tanpa celana dalam itu. Bu Maya mengocok-ngocok penisku, diurutnya seperti gerakan tukang pjit mengurut tubuh pasiennya. Gerakan tangan Bu Maya mengurut naik-turun. Karuan saja penisku semakin membesar dan membesar. Diisapnya penisku yang sudah ereksi besar sekali, dimainkannya lidah Bu Maya di ujung penisku. Setelah itu, Bu Maya menempelkan buah dadanya yang besar itu di penisku. Dijepitkannya penisku kedalam tetek besar itu, lalu di goyang-goyang seperti gerakan mengocok. " Giaman Man ? enah anggak ? " " Enak Bu, awas lho nanti muncrat Bu" jawabku.. " Enggak apa, ayo keluarkan, nanti kujilati pejuhmu, aku mau kok ?!" . Bu Maya masih giat bekerja giat, dia berusaha untuk memuaskan aku. Tak lama kemudian, Bu Maya naik keposisi atas dan seperti menduduki penisku, tapi lobang memeknya dimasuki penisku. Digoyang terus...hingga aku merasakan nikat yang luar biasa. Tiba -tiba Bu Maya terdiam, berhenti bekerja, lalu berjata :" Rasakan ya Man ? pasti kamu bakal ketagihan " Aku membisu saja. dan ternya Ohh....memek Bu Maya bisa melakukan gerakan empot-empot, menyedot-nyedot dan meng-urut-urut batang kontolku dari bagian kepala hingga ke bagian batang bawah, Oh....nikmat sekali, ini yang namanya empot ayam, luar biasa kepiawaian Bu Maya dalam bidang oleh seksual. " Enak syang ?" tanyanya. Belum sempat aku menjawab, yah....aku keluar, air maniku berhamburan tumpah ditenga liang kemaluan Bu Maya.<br />
<br />
" Itu yang namanya empot-empot Man, itulah gunanya senam sex, berarti aku sukses l;atihan senam sex selama ini " Katanya bangga. " Sekarang kamu puasin aku ya ? " Kata Bu Maya seraya mengambil posisi nungging. Ku tancapkan lagi kontolku yang masih ereksi kedalam memek bu Maya, Ku genjot terus. " Yang dalam man...yang dalam ya..teruskan sayang...? oh....enak sekali penismu.....oh....terus sayang ?!" Pinta Bu Maya. Aku masih memuaskan Bu Maya, aku tak mau kalah, kujilati pula lubang memeknya, duburnya dan seluruh tubuhnya. Ternyata Bu Maya orgasme setelah aku menjlati seluruh tubuhnya. " kamu pintar sekali Man ? belajar dimana ? " " Tidak bu, refleks saja" Jawabku.<br />
<br />
Sebelum kami meninggalkan tempat itu, Bu Maya masih sempat minta satu adegan lagi. Tapi kali ini hanya sedikit melorotkan celana trainingnya saja. demikian pula aku, hanya membuka bagian penis saja. Bu Maya minta aku melakukanya di dalam mobil, tapi ruangannya sempit sekali. Dengan susah payang kami melakukannya dan akhirnya toh juga mengambil posisinya berdiri dengan tubuh Bu Maya disandarkan di mobil sambil meng-angkat sedikit kaki kanannya.<br />
<br />
Sejak saat malam pertama kami itu, aku dan Bu Maya sering bepergian keluar kota, ke pulau seribu, ke pinggir pantai, ke semak-semak di sebuah desa terpencil, yah pokoknya dia cari tempat-tempat yang aneh-aneh. Tak kusadari kalau aku sebenarnya menjadi gigolonya Bu Maya. Dan beliaupun semakin sayang padaku, uang mengalir terus ke kocekku, tanpa pernah aku meminta bayaran. Dia menyanggupi untuk membiayai kuliah hingga tamat, asal aku tetap selalu besama Bu Maya yang cantik itu.yunnileehttp://www.blogger.com/profile/15596533211185417604noreply@blogger.comIndonesia-0.789275 113.92132700000002-31.6684965 72.61273300000002 30.0899465 155.22992100000002tag:blogger.com,1999:blog-2527921526551706948.post-3005503021204242072016-12-07T23:49:00.000+07:002016-12-07T23:49:08.846+07:00Kisah Dengan Ibu Muda<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJxrtD_Ky4j6PR2gtcD8dIwFIG8qlN3AuhTmBFwgFRXpj3XSdYZXg8JbUIax_GcdQV2dzEY3Kqt9yIg8YlP1FE_rE1qIiQUHisShd-VG_iY3J6SPNf5FC9Smpog2e02noQulQJjkWqYqMi/s1600/images+%25281%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="254" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJxrtD_Ky4j6PR2gtcD8dIwFIG8qlN3AuhTmBFwgFRXpj3XSdYZXg8JbUIax_GcdQV2dzEY3Kqt9yIg8YlP1FE_rE1qIiQUHisShd-VG_iY3J6SPNf5FC9Smpog2e02noQulQJjkWqYqMi/s320/images+%25281%2529.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
Sebut saja namaku Dandy 30 tahun, 170/65 berparas seperti kebanyakan orang pribumi dan kata orang aku orangnya manis, atletis, hidung mancung, bertubuh sexy karena memang aku suka olah raga. Aku bekerja sebagai karyawan di salah satu perusahaan besar di kota Surabaya dan statusku married. Perlu pembaca ketahui bahwa sebelum aku bekerja di Surabaya ini, aku adalah tergolong salah satu orang yang minder dan kuper karena memang lingkungan keluarga mendidik aku sangat disiplin dalam segala hal. Dan aku bersyukur sekali karena setelah keluar dari rumah (baca:bekerja), banyak sekali kenyataan hidup yang penuh dengan “warna-warni” serta “pernah-pernik”nya.<br />
<br />
Kisah ini berawal terjadi sebagai dampak seringnya aku main chatting di kantor di saat kerjaan lagi kosong. Mulai muda aku adalah termasuk seorang penggemar sex education, karena buat aku sex adalah sesuatu yang indah jika kita bisa menerjemahkannya dalam bentuk visualnya. Dan memang mulai SD, SMP sampai SMA hidup aku selalu dikelilingi cewek-cewek yang cakep karena memang aku bisa menjadi “panutan” buat mereka, itu terbukti dengan selalu terpilihnya aku menjadi ketua osis selama aku menempuh pendidikan.<br />
<br />
Kembali pada ceritaku, dunia chatting adalah ‘accses’ untuk mengenal banyak wanita dengan segala status yang mereka miliki; mulai ABG, mahasiswi, ibu muda sampai wanita sebaya, di luar jam kantor. Dan mulai dari sinilah aku mulai mengenal apa itu “kehidupan sex having fun”.<br />
<br />
Suatu hari aku chatting dengan menggunakan nickname yang menantang kaum hawa untuk pv aku, hingga masuklah seorang ibu muda yang berumur 32 tahun sebut saja namanya Via. Via yang bekerja di salah satu perusahaan swasta sebagai sekretaris dengan paras yang cantik dengan bentuk tubuh yang ideal (itu semua aku ketahui setelah Via sering kirim foto Via email aku). Kegiatan kantor aku tidak akan lengkap tanpa online sama dia setiap jam kantor dan dari sini Via sering curhat tentang kehidupan rumah tangganya. Karena kita berdua sudah sering online, Dia tidak segan-segan menceritakan kehidupan sex nya yang cenderung tidak bisa menikmati dan meraih kepuasan. Kami berdua share setiap kesempatan online atau mungkin aku sempatkan untuk call dia.<br />
<br />
<b>Kisah Dengan Ibu Muda</b><br />
Hingga suatu hari, kami putuskan untuk jumpa darat sepulang jam kantor, aku lupa tanggal berapa tapi yang pasti hari pertemuan kami tentukan bersama hari Jum’at. Setelah menentukan dimana aku mau jemput, sepulang kantor aku langsung kendarai mobil butut starletku untuk meluncur di tempat yang janjikan. Dengan perasaan deg-deg an, sepanjang perjalanan aku berfikir secantik apakah Via yang usianya lebih tua dari aku 2 tahun. Dan pikiranku terasa semakin amburadul ketika aku bener-bener ketemu dengan Via. Wow! Aku berdecak kagum dengan kecantikan Via, tubuhnya yang sexy dengan penampilannya yang anggun membuat setiap kaum adam berdesir melihatnya. Tidak terlihat dia seorang ibu muda dengan 3 orang anak, Via adalah sosok cewek favorite aku. Mulai dari wajahnya, dadanya, pinggulnya dan alamak.. pantatnya yang sexy membuat aku menelan ludahku dalam-dalam saat membayangkan bagaimana jika aku bisa bercinta dengan Via.<br />
<br />
Tanpa pikir panjang dan menutupi kegugupan aku. Aku memancing untuk menawarkan pergi ke salah satu motel di sudut kota (yang aku tahu dari temanku). Sepanjang perjalanan menuju hotel, jantungku berdetak kencang setiap melirik paras Via yang cantik sekali dan aku membayangkan jika aku dapat menikmati bibirnya yang tipis.. Dan sepanjang itu juga “adik kecilku” mulai bangkit dari tidurnya. Tidak lama sampailah kami di salah satu Motel, aku langsung memasukan mobilku kedalam salah satu kamar 102.<br />
<br />
Didalam kamar aku sangat grogi sekali bertatapan dengan wajah Via..<br />
“Met kenal Dandy,” Via membuka obrolan.<br />
“hey Via..,” aku jawab dengan gugup.<br />
Aku benar-benar tidak percaya dengan yang aku hadapi, seorang ibu rumah tangga yang cantik sekali, sampai sempat aku berfikir hanya suami yang bego jika tidak bisa menyayangi wanita secantik Via.<br />
Kami berbicara hanya sekedar intermezo saja karena memang kami berdua tampak gugup saat pertemuan pertama tersebut. Sedangkan jantungku berdetak keras dibareng “adik kecilku” yang sudah meronta ingin unjuk gigi.<br />
<br />
“Dandy meskipun kita di sini, tidak apa-apakan jika kita tidak bercinta,” kata Via.<br />
Aku tidak menjawab sepatah katapun, dengan lembut aku gapai lengannya untuk duduk di tepi ranjang. Dengan lembut pula aku rangkul dia untuk rebahan diranjang dan tanpa terasa jantungku berdetak keras, bagaikan dikomando aku menciumi leher Via yang terlihat sanagt bersih dan putih.<br />
“Via kamu sangat cantik sayang..,” aku berbisik.<br />
“Dann.. jangan please..,” desahan Via membuat aku terangsang.<br />
Lidahku semakin nakal menjelajahi leher Via yang jenjang.<br />
“Akhh Dandy..”<br />
Tanpa terasa tanganku mulai nakal untuk menggerayangi payudara Via yang aku rasakan mulai mengencang mengikuti jilatan lidahku dibalik telinganya.<br />
“Ooohh.. Danddyy..”<br />
Via mulai mengikuti rangsangan yang aku lakukan di dadanya. Aku semakin berani untuk melakukan yang lebih jauh..<br />
“Via, aku buka jas kamu ya, biar tidak kusut..,” pintaku.<br />
<br />
Via hanya mengikuti pergerakan tanganku untuk memreteli jasnya, sampai akhirnya dia hanya mengenakan tanktop warna hitam. Dadaku semakin naik turun, ketika pundaknya yang putih nampak dengan jelas dimukaku. Setelah jas Via terbuka, aku berusaha naik di tubuh dia, aku ciumi bibir Via yang tipis, lidahku menjelajahi bibirnya dan memburu lidah Via yang mulai terangsang dengan aktivitas aku. Tanganku yang nakal mulai menarik tanktop warna hitam dan..<br />
Wow.. tersembul puting yang kencang.. Tanpa pikir panjang aku melepas lumatan di bibir Via untuk kemudian mulai melpeas BH dan menjilati puting Via yang berwana kecoklatan. Satu dua kali hisapan membuat puting Via berdiri dengan kencang.. sedangkan tangan kananku memilin puting Via yang lain nya.<br />
“Ooohh Danndyy.. kamu nakal sekali sayang..,” rintih Via.<br />
Dan saat aku mulai menegang..<br />
“Tok.. tok.. tok.. room service.” Ahh.. sialan pikirku, menganggu saja roomboys ini. Aku meraih uang 50.000-an dikantong kemejaku dengan harapan supaya dia cepat pergi.<br />
<br />
Setelah roomboy’s pergi, aku tidak memberikan kesempatan untuk Via bangkit dari pinggir. Parfum Via yang harum menambah gairah aku untuk semakin berani menjelajahi seluruh tubuhnya. Dengan bekal pengetahuan sex yang aku ketahui (baik dari majalah, film BF maupun obrolan-obrolan teman kantor), aku semakin berani berbuat lebih jauh dengan Via. Aku beranikan diri untuk mulai membuka CD yang digunakan Via, dan darahku mendesir saat melihat tidak ada sehelai rambutpun di bagian vagina Via. Tanpa berfikir lama, aku langsung menjilati, menghisap dan sesekali memasukkan lidahku ke dalam lubang vagina Via.<br />
<br />
“Oohh.. Dan.. nikmat.. sayang,” Via merintih kenikmatan setiap lidahku menghujam lubang vaginanya dan sesekali menekan kepalaku untuk tidak melepaskan kenikmatan itu. Dan disaat dia sedang menikmati jilatan lidahku, telunjuk jari kiriku aku masukkan dalam lubang vagina dan aku semakin tahu jika dia lebih bisa menikmati jika diperlakukan seperti itu. Terbukti Via menggeliat dan mendesah disetiap gerakan jariku keluar masuk.<br />
“Aakkhh Dann.. kamu memang pintar sayang..,” desah Via.<br />
Disaat kocokkan jariku semakin cepat, Via sudah mulai memperlihatkan ciri-ciri orang yang mau orgasme dan sesat kemudian..<br />
“Dann.. sayang.. aku nggak tahan.. oohh.. Dan.. aku mau..” visa menggelinjang hebat sambil menggapit kedua pahanya sehingga kepalaku terasa sesak dibuatnya.<br />
“Daann.. ookkhh.. aakuu keluaarr.. crut-crut-crut.”<br />
Via merintih panjang saat clitorisnya memuntahkan cairan kental dan bersamaan dengan itu, aku membuka mulut aku lebar-lebar, sehingga carian itu tidak ada yang menetes sedikitpun dalam mulutku.<br />
<br />
Aku biarkan Via terlentang menikmati orgasmenya yang pertama, sambil membuka semua pakaian yang aku kenakan, aku memperhatikan Via begitu puas dengan foreplay aku tadi, itu terlihat dari raut wajahnya yang begitu berbinar-binar. Tanpa memberi waktu panjang, aku segera menghampiri tubuhnya yang masih lemas dan menarik pinggulnya dipinggir ranjang, dan tanpa pikir panjang penisku yang berukuran 19 cm dengan bentuk melengkung, langsung menghujam celah kenikmatan Via dan sontak meringis..<br />
“Aaakhh.. Dandy..,” desah Via saat penisku melesak kedalam lubang vaginanya.<br />
“Dandyy.. penis kamu besar sekali.. aakkh..”<br />
Aku merasakan setiap gapitan bibir vaginanya yang begitu seret, sampai aku berfikir suami macam apa yang tidak bisa merasakan kenikmatan lubang senggama Via ini?<br />
Aku berpacu dengan nafsu, keringatku bercucuran seperti mandi dan menetes diwajah Via yang mulai aku rasakan sangat menikmati permainan ini.<br />
“Danddyy.. sudah.. sayang.. akhh..” sembari berteriak panjang aku rasakan denyutan bibir vagina mengapit batang penisku. Dan aku rasakan cairan hangat mulai meleleh dari vagina Via. Aku tidak mempedulikan desahan Via yang semakin menjadi, aku hanya berusaha memberikan kepuasan bercinta, yang kata Via belum pernah merasakan selama berumah tangga. Setiap gerakan maju mundur penisku, selalu membuat tubuh Via menggelinjang hebat karena memang bentuk penisku agak bengkok ke kiri.<br />
<br />
Tiba-tiba Via mendekap tubuhku erat dan aku tahu itu tanda dia mencapai orgasme yang kedua kalinya. Penisku bergerak keluar masuk dengan cepat dan..<br />
“Dann.. aku.. mau.. keluarr lagi.. aakk.. Kamu hebat sayang, aku.. nggak tahan..,” seiring jertian itu, aku merasakan cairan hangat meleleh disepanjang batang penisku dan aku biarkan sejenak penisku dalam vaginanya.<br />
<br />
Sesaat kemudian aku melepas penisku dan mengarahkan ke mulut Via yang masih terlentang. Aku biarkan dia oral penisku.<br />
“Ahh..,” sesekali aku merintih saat giginya mengenai kepala penisku. Disaat dia asik menikmati batang penisku, jariku yang nakal, mulai menelusuri dinding vagina Via yang mulai basah lagi.<br />
“Creek.. crekk.. crek..,” bunyi jariku keluar masuk dilubang vagina Via.<br />
“Ohh.. Dandy.. enak sekali sayang..”<br />
1.. 2.. 3.. 4.. 5.. jariku masuk bersamaan ke lubang vagina Via. Aku kocok keluar masuk.., sampai akhirnya aku nggak tahan lagi untuk mulai memasukkan penisku, untuk menggantikan 5 jariku yang sudah “memperkosa” lubang kewanitaannya.<br />
<br />
Dan..<br />
“Ohh.. sayang aku keluar lagi..”<br />
Orgasme yang ketiga diraih oleh Via dalam permainan itu dan aku langsung meneruskan inisiatif menindih tubuh Via, berkali-kali aku masukkan sampai mentok.<br />
“Aaakhh.. sayang.. enak sekali.. ohh..,” rintih Via. Bagaikan orang mandi, keringatku kembali berkucuran, menindih Via..<br />
“Sayang aku boleh keluarin di dalam..,” aku tanya Via.<br />
“Jangan.. aku nggak mau, entar aku hamil,” jelas Via.<br />
“Nggak deh sayang jangan khawatir..,” rengekku.<br />
“Jangan Dandyy.. aku nggak mau..,” rintihan Via membuat aku semakin bernafsu untuk memberikan orgasme yang berikutnya.<br />
“Akhh.. oohh.. Dandy.. sayang keluarin kamu sayang.. aakkhh..,” Via memintaku.<br />
“Kamu jangan tunggu aku keluar Dandy.. please,” pinta Via.<br />
<br />
Disaat aku mulai mencapai klimaks, Via meminta berganti posisi diatas.<br />
“Danndy aku pengen diatas..”<br />
Aku melepas penisku dan langsung terlentang. Via bangkit dan langsung menancapkan penisku dlam-dalam di lubang kewanitaannya.<br />
“Akhh gila, penis kamu hebat banget Dandy asyik.. oohh.. enak..,” Via merintih sambil menggoyangkan pinggulnya.<br />
“Aduhh enak Dandy.. ”<br />
Goyangan pinggul Via membuat gelitikan halus di penisku..<br />
“Via.. Via.. akh..,” aku mengerang kenikmatan saat Via menggoyang pinggulnya.<br />
“Dandy.. aku mau keluar sayang..,” sambil merintih panjang, Via menekankan dalam-dalam tubuhnya hingga penisku “hilang” ditelan vaginanya dan bersamaan dengan itu aku sudah mulai merasakan klimaks sudah diujung kepala.<br />
“Via.. Via.. ahh..”<br />
Aku biarkan spermaku muncrat di dalam vagianya.<br />
“Croot.. croot..” semburan spermaku langsung muncrat dalam lubang Via, tetapi tiba-tiba Via berdiri.<br />
“Aakhh Dandy nakal..”<br />
Dan Via berlari berhamburan ke kamar mandi untuk segera mencuci spermaku yang baru keluar dalam vaginanya, karena memang dia tidak menggunakan pernah menggunakan KB.<br />
<br />
Permainan itu berakhir dengan penuh kenikmatan dalam diri kami berdua, karena baru saat bercinta denganku, dia mengalami multi orgasme yang tidak bisa digambarkan dengan kata-kata.<br />
“Dandy, kapan kamu ada waktu lagi untuk lakukan ini semua sayang,” tanya Via.<br />
Aku menjawab lirih, “Terserah Via deh, aku akan selalu sediakan waktu buatmu.”<br />
“Makasih sayang.. kamu telah memberikan apa yang selama ini tidak aku dapatkan dari suami aku,” puji Via.<br />
“Dann.. kamu hebat sekali dalam bercinta.. aku suka style kamu,” sekali lagi puji Via.<br />
<br />
Pertemuan pertama ini kita akhiri dengan perasaan yang tidak bisa digambarkan dengn kata-kata, dan hanya kami berdua yang bisa rasakan itu. Aku memang termasuk orang yang selalu berusaha membuat pasanganku puas dan aku mempuyai fantasi sex yang tinggi sehingga tidak sedikit abg, mahasiswi dan ibu muda yang hubungi aku untuk sekedar membantu memberikan kepuasan buat mereka.yunnileehttp://www.blogger.com/profile/15596533211185417604noreply@blogger.comIndonesia-0.789275 113.92132700000002-31.6684965 72.61273300000002 30.0899465 155.22992100000002